WARNING AND BLOCKING

2.2K 129 5
                                    

"Apa kamu baik-baik aja?"

Andra terdengar cemas, sementara aku bersandar di kursi penumpang dengan mata terpejam. Kepalaku masih terasa pening, sementara mual masih terasa kuat di ulu hati dan kerongkongan. Aneh sekali rasanya, mengetahui bahwa orang-orang yang berkaitan dengan kematian Mama ternyata berada di lingkaran yang dekat denganku. Bagaimana aku harus bersikap saat bertemu dengan Andika nanti?

"Vini ... Sayang, kamu baik-baik aja, 'kan?"

Terasa sentuhan di keningku. Sepertinya Andra hendak memastikan kalau aku tidak sakit. Tidak ada kata yang bisa kuucap, kecuali air mata yang menetes begitu saja, ditambahkan sengguk yang lolos dari bibir. Tangis yang justru semakin menjadi-jadi, ketika dengan panik Andra mencoba menenangkanku. Setelah sekian lama, apakah kali ini aku benar-benar menemukan seseorang, yang bisa kusalahkan atas kematian Mama?

Bahkan sesampainya di rumah aku masih mengabaikan Andra, berdiam diri, bergelung di balik bed cover setelah membersihkan diri. Berpura-pura tidur agar suamiku itu tidak bertanya lebih jauh lagi. Dari sela kelopak mata yang terpejam, bisa kupastikan Andra masih terbangun. Cahaya lampu masih terlihat jelas.

"Apa kamu bakal diam terus tanpa cerita kenapa tadi kamu histeris?"

Sepertinya aku tertangkap basah berpura-pura tidur. Namun, seolah-olah tidak mendengar, kuabaikan ucapan Andra. Terdengar dia menghela napas, kemudian tepukan tangan beberapa kali yang segera membuat lampu kamar meredup. Hening.

Beberapa saat aku masih berdiam diri, menghitung 1–100 dalam hati. Setelah di angka ke seratus kubuka mata perlahan, berharap Andra sudah jatuh tertidur. Sialnya, wajah Andra justru tepat berada di depan wajah ketika netraku benar-benar terbuka. Senyumnya mengembang, terlihat jelas, meski dengan penerangan ala kadarnya dari lampu tidur yang menyala redup.

Kugigit bibir bawah dengan resah, mencoba memalingkan wajah ke arah lain. Tetapi, telapak tangan kiri Andra menahan pipi kananku hingga tidak bisa menoleh.

"Kamu kenapa?" tanyanya pelan. Mataku mengerjap. "Istriku kenapa?" ulangnya lagi seraya mengelus pipiku.

Mataku kembali mengerjap, kali ini diiringi rasa panas yang menjalar.

"Enggak apa-apa, cerita aja ...."

Lagi, mataku mengerjap. Lebih dramatis karena air mata turut menetes. Cengeng. Dengan sigap Andra mengusap sudut mataku yang basah dengan ibu jarinya. Kemudian menarik tubuhku ke dalam dekapannya.

"A-Ada A-Andika ... di dalam mobil yang menabrak Mama ...."

*

*

*

Cukup sampai di sini spoilernya, Gaes. Hehehe. Lanjut ke novel yak!

Btw, kenapa banget kamu harus beli DOUBLE DATE versi novel?

1. Bakal ada 14 part yang belum pernah aku upload di mana pun + 2 extra part (di ebook nanti, extra part-nya ga ada ya)
2. Isi lebih cakep dan rapi tentunya.
3. Terkuaknya pelaku penabrakan.
4. Manisnya Andra Vini bikin diabetes.
5. Lanjutan hubungan Andika-Lia
6. Mau tau gimana kalau Andra kerja?
7. Lalu, gimana dengan si kecil Clara?
8. Btw, itu rumah jadi dijual enggak ya?

Aku yakin, kamu enggak bakal nyesel baca kisah ini sampai selesai. Terus, ga tanggung jawab kalau bikin kamu ga bisa move on.Kayak aku ....

Jangan lupa, list order kamu dari sekarang, Gaes!

Jangan lupa, list order kamu dari sekarang, Gaes!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOUBLE DATE - TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang