Hair

14 4 7
                                    

Gadis cantik bermarga Kim itu tengah berdiri di depan cermin besar di kamarnya, setelah berhenti dengan isakan pilunya gadis itu kini berakhir di sini.. melihat pantulan dirinya di dalam cermin tersebut.

Bisa ia lihat kondisi fisiknya pun tidak jauh berbeda dengan kondisi hatinya, semuanya terlihat berantakan. Mata sembab, hidung merah, rambut berantakan dan jangan lupakan wajah pucatnya.

Mata Jeuna beralih melihat rambut pirang panjang nya. Tak lama Jeuna meraba surai panjang miliknya itu.

"Apakah aku harus melakukan mitos itu?" Tanya nya pada dirinya sendiri.

Jeuna melihat sekeliling, mengedarkan pandangannya mencari barang yang ia maksud.

"Tidak adakah benda tajam di kamar ini?" Ucapnya pada diri sendiri kemudian merotasikan matanya kesal.

Tapi tak lama rotasi matanya berhenti ketika melihat cermin di depannya, setelah melihat cermin itu dirinya kemudian tersenyum.

"Tidak buruk bukan?" Ujarnya dan kemudian mengambil ancang ancang, memposisikan tangan kanannya ke belakang dengan tenaga yang kokoh, serta tangan yang mengepal kuat.

Dan setelahnya tangan milik Jeuna melayang, membogem kaca besar di depannya, dan tak lama suara bising mulai terdengar. Suara benda pecah dengan ubin yang bertabrakan.

Kaca yang awalnya baik baik saja tanpa ada goresan apapun itu kini telah menjadi serpihan serpihan kecil, tergeletak begitu saja di lantai dengan iringan cairan merah kental yang menetes dari tangan kanan Jeuna.

Jeuna yang melihat itu membulatkan matanya. Dirinya terkejut melihat tangannya yang mengeluarkan cairan merah kental itu dengan derasnya.

Dan setelahnya Jeuna terkekeh, menyunggingkan sebelah bibirnya dan kembali ke posisi awal, melihat pantulan dirinya di cermin yang sudah tak utuh itu.

"Ini tidak apa apa, lagian aku benci perempuan yang ada di sana" Ucapnya berucap sendiri sambil menunjuk pantulan wajahnya di cermin, dengan tangan yang masih meneteskan darah.

Setelahnya Jeuna berjongkok, mengambil salah satu dari serpihan kaca itu dan kemudian kembali memandang wajahnya di cermin, ah tepatnya rambut pirangnya yang ia tatap.

Jeuna meraih rambut itu, menggengam dengan tangan kanannya, membuat rambut pirang itu berubah menjadi campuran antara pirang dan merahnya darah. Kemudian Jeuna mulai mengarahkan serpihan kaca itu pada rambutnya, dan dengan sekali tarikan, rambut yang tadinya menggantung panjang itu kini telah berubah menjadi sebahu.

Jeuna tersenyum di bibir pucatnya, tangannya mulai terulur kehadapan wajahnya, memperlihatkan hasil dari ulahnya.

Mitos jaman dahulu di kalangan orang korea, bahwa membuang rambut dalam kata lain memotong rambut itu akan membuang kesialan yang ada. Dan hal itu yang kini tengah Jeuna lakukan.

Sebenarnya Jeuna tidak mempercayai mitos mitos bodoh itu. Tapi entah kenapa dirinya ingin melakukan hal itu.

Tak lama setelahnya, dirinya tertawa, mengeluarkan suara tawa yang benar benar nyaring. Bukan ini bukan suara tawa bahagia, ini suara tawa kesedihan bercampur frustasi di dalamnya.

Jeuna terduduk dengan lesuhnya sambil menjambak jambak rambutnya, dan kini tentu saja darah di tangannya telah mengenai area wajahnya.

"Kau pikir mengikuti mitos bodoh seperti itu akan mengubah hidupmu yang menyedihkan? Hahah bodoh! Sekali menyedihkan tetap menyedihkan, tidak usah mengelak takdir hiks.." Ucapnya sambil menatap cermin pecahnya dengan tatapan mengejek.

Setelahnya, Jeuna kembali pada suasana hatinya. Kembali menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan.

Jeuna mengelap sisi matanya yang mengeluarkan cairan bening itu.

"Hiks tidak boleh.. aku harus ujian! Tidak boleh seperti ini, seorang Jeuna adalah siswa yang selalu mendapatkan peringkat pertama dalam bidang apapun. Aku harus belajar" Ucapnya dan kemudian mulai bangkit dan berjalan ke arah meja belajarnya, meninggalkan kacanya yang sudah tak terbentuk.

Jeuna terduduk di kursinya, mengambil tumpukan buku untuk ia pelajari. Dan perlahan mulai membuka setiap lembar kertas.

Bahkan ketika membuka satu lembar kertas saja tangannya tidak mau berkompromi, tangannya itu selalu mengeluarkan getaran yang tak tentu.

"Ji-jika persamaan kuadrat px²+30X+25 sama dengan hiks 0 mempunyai nilai yang s-sama.. arghh kenapa hanya untuk membaca soalnya saja aku tidak becus?!" Teriak Jeuna frustasi.

Tok tok tok

Suara pintu kamar Jeuna terdengar di ketuk.

"Jeuna, kau baik baik saja?" Tiba tiba suara Seokjin terdengar dari luar sana.

Jeuna yang mendengar itu cepat cepat menarik napasnya, berjaga jaga agar intonasi nada suaranya tidak bergetar.

"A-ah nan gwenchana" ucap Jeuna.












'Berkata baik baik saja bukan berarti orang itu sedang dalam keadaan seperti apa yang ia katakan'




Voment Juseyo^^

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang