1. JINU - Pulau Imja

669 34 2
                                    


Hari yang kutunggu tiba, setelah setahun lamanya akhirnya aku bisa kembali mengunjungi ayahku. Pulang ke tempat asalku, pulau indah tempat aku lahir dan dibesarkan, Pulau Imja. Mobil yang mengantarku pun mulai masuk pendesaan, aroma khas dan udara yang sejuk membawa naluriku menyusuri kenangan-kenangan yang pernah ku alami disini.

Aku memejamkan mataku, dan mulai mengingat masa-masa itu. Dulu ayahku seorang pecandu alkhohol, sampai membuat ibuku tidak tahan dan memilih bercerai. Aku pernah sangat membenci mereka, saat itu rasanya aku tidak punya lagi semangat hidup. Aku memilih tinggal dengan ayahku, dulu aku malu dengan pekerjaan ayahku, seorang kapten kapal nelayan yang hanya tau soal kapal dan laut. Ayahku tidak seperti ayah orang lain yang berdandan rapi, memakai jas dan pergi ke kantor, sambil mengantar anaknya ke sekolah. Pagi-pagi setelah memberiku sarapan ia langsung berangkat bekerja. Karena jarak rumah ke sekolah tidak begitu jauh, aku berjalan kaki, bergandengan tangan bersama teman-teman yang sekarang bahkan butuh waktu untuk aku mengingat wajahnya. Ya, untungnya masih ada mereka yang seringkali menghiburku, meskipun si Jinu ini tidak semudah itu dihibur.

Itu semua hanyalah kenangan pahit yang selalu ku ingat untuk menjadi pelajaran hidup. Sekarang aku adalah Jinu yang bahagia. Aku merasa sangat bersalah pada kedua orangtuaku karena pernah membenci mereka. Aku amat sangat mencintai mereka, dan aku sangat bangga dengan ayahku, ayahku adalah ayah terbaik sedunia. Dialah yang membuatku bisa sampai saat ini, menjadi Kim Jinu, anggota Winner yang dikenal banyak orang.

Aku membuka mata seiring dengan mobil yang telah sampai pada tujuannya. Dari kaca mobil dapat ku lihat ayahku telah menunggu di depan pintu, wajahnya menua tapi senyumnya selalu sama. Senyum yang selalu mampu menguatkan dan menenangkanku. Aku turun dan menghampirinya,

"Waahh" gumamku dengan penuh kelegaan sembari memeluk ayahku

"Aku sangat merindukanmu, ayah. Maaf membuat ayah menunggu lama" sambungku

"Sudahlah, tidak masalah. Cepatlah masuk dan makan, ayah sudah siapkan pesta besar untukmu!" ucapnya dengan semangat

Memasuki ruang tengah aku terkejut karena ada banyak makanan disana.

"Ayah memesan semua makanan ini? Tidak mungkin kan ayah yang memasak?" tanyaku segera

"Tentu saja tidak, aku mengundang seseorang, tada.." ayahku mengarahkan tangannya ke sisi kiri, yang ku ingat sebagai dapur.

Dan seorang wanita tak ku kenal ada disana,

"Anyeonghaseyo" salam wanita itu sambil membungkukan badan dengan malu.

Dalam hatiku bertanya, tidak mungkin kan ini istri baru ayahku? Wanita ini terlihat masih muda.

"Nugu-seyo?" tanyaku dengan sedikit ragu

"Hey! Kau lupa? Dia Seulbi temanmu!"

Aku terkejut bukan main, sesorang dengan suara besar tiba-tiba merangkulkan tangannya ke leherku. Aku menoleh padanya.

"Hey, kau juga lupa padaku? Aku Taekwang temanmu dulu. Aishh"

Laki-laki tinggi besar yang hampir mengumpat itu membuat ingatanku muncul dan seketika aku menjadi sangat malu.

"Waahhhh, aku sangat merindukan kaliaaan" ucapku dengan penuh bahagia saat ingat mereka adalah teman-teman masa kecilku dulu. Kami pun berpelukan sangat erat.

"Wahhh, maaf, aku sangat minta maaf" aku cengegesan dan ingin memukul diriku sendiri, bisa-bisanya aku lupa wajah mereka.

"Mentang-mentang jadi artis dan mengenal banyak wanita cantik kau jadi lupa pada temanmu ha?" Taekwang tiba-tiba membungkukan tubuhku dan mengunci leherku dengan lengannya.

"Akh!" Teriakku kesakitan

"Mianhaeeyo, neomu mianhaeyo, Taekwang yang paling tampan se-pulau Imja" ucapku sembari menggelitik perutnya

"Akhh!!" Dia tak sanggup menahan geli dan melepaskan tangannya.

"Dulu kau kan gemuk dan gempal, sekarang kau sudah jadi atlet, jadi aku agak lupa" ucapku

"Kau atlet senam ritmik kan?" sambungku menggodanya

"Hahahahaha" Seulbi yang sedari tadi hanya memandang kami akhirnya tertawa dengan ucapanku

"Senam ritmik katamu?? Badanku tinggi besar begini kau bilang atlet senam ritmik??" Taekwang sudah berusaha mengejarku, namun aku segera lari dan akhirnya kami kejar-kejaran.

Ruang tengah itu menjadi ramai dan aku senang bisa melihat ayahku tertawa lepas.

----------

Terlihat Jinu sedang duduk disebuah sofa di kamarnya, matanya tak henti menatap pada telepon genggam ditangannya. Ia mengetik sesuatu, kemudian ia hapus lagi, beberapa kali.

Winner baru saja menyelesaikan rangkaian konsernya dan menutupnya dengan konser encore di Seoul hari ini. Setelah semua urusan selesai para member pun pulang ke dorm masing-masing. Dikamar sebelah terdengar suara-suara aneh Mino yang sedang bermain dengan kucing kesayangannya. Sementara Jinu berkalut dengan pikirannya, entah apa yg ingin ia lakukan dengan telepon genggam itu.

Dikolom penerima tertulis nama "Ayah"

"Ayah, aku ingin bertanya sesuatu. Aku tau ayah sudah tidur, aku mengirim pesan sekarang karena takut besok kelupaan"

Setelah menulis satu kalimat itu ia pun menyentuh ikon 'send'

Jam menunjukan pukul 2 pagi, ia tak berharap pesan itu akan segera dibalas. Jinu pun merebahkan tubuhnya di ranjang dan menarik selimutnya. Namun matanya menolak untuk terpejam, ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Ah sudahlah, lebih baik aku tidur" lirihnya seraya memejamkan mata.

Kling..

Bunyi notifikasi dari handphone segera membuatnya membuka mata kembali dan mengeceknya.

"Minta tolong apa, nak? Ayah terbangun karena ingin ke kamar mandi dan kebetulan melihat pesan darimu" Pesan balasan dari ayahnya.

"Apakah ayah sudah melakukan permintaanku kemarin?" Balas Jinu

"Tentu saja, ayah sudah meminta nomor teleponnya, maaf lupa memberitahumu. Akan ayah kirim sekarang"

"Terimakasih, ayah. Selamat tidur kembali"

......

Aku memutuskan untuk memulai. Kepulanganku ke pulau Imja hari itu, membuatku sadar bahwa aku tidak pernah bisa melupakannya. Bahkan sampai sekarang aku tidak bisa melepaskan pikiranku darinya. Entah dia memiliki rasa yang sama atau tidak, apapun itu aku ingin kembali mengenalnya. Park Seulbi, teman masa kecilku.

Winner Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang