3

3.6K 326 20
                                    

Pagi ini Hoseok bangun dengan wajah bingung. Bagaimana tidak jika sang suami yang notabene adalah orang yang males gerak atau biasa disebut mager kini sedang menggerakan tangan pucatnya di dapur. Kepala pelayan dapur pun cengo melihatnya. Kepala pelayan diperintahkan untuk diam dan tak mengganggu kegiatan Yoongi yang sekarang sedang memasak sarapan untuk dirinya dan sang istri. 

Hoseok duduk dengan menyangga wajahnya dengan tangan seperti bunga matahari yang berada di potnya. Hoseok memperhatikan Yoongi yang ternyata sangat cekatan dalam memasak. Tangan putih pucat dengan urat tangan yang mencuat seksi menambah gaya dan kemaskulinan yang dimiliki suaminya itu. Ia baru menyadari jika Yoongi bisa seseksi itu di dapur. Jika dilihat dengan teliti, tubuh Yoongi bukanlah tubuh yang pendek. Tingginya sama dengan Hoseok, namun dengan dada lebih bidang dan bahu yang lebih lebar dari Hoseok. Walaupun kulitnya putih pucat, namun terlihat maskulin dengan otot dan urat tangan yang menonjol. Hoseok suka dengan pemandangan Yoongi di depannya saat ini. Sangat mempesona dan kharismatik, tak seperti Yoongi yang biasanya sarkas dan cuek. 

"Berhenti melihatku dan makan sarapanmu." Yoongi menyodorkan masakan yang telah ia buat. 

Masakan yang Yoongi buat bisa dibilang adalah masakan yang cukup rumit, bukan sekedar roti bakar atau telur mata sapi. Yang Yoongi masak adalah sup tahu bening, ikan panggang, japchae (sejenis mi beras yang dicampur bumbu dna sayuran) dan tak lupa makanan pendamping seperti kimchi dan sayuran lain yang memang sudah ada di kulkas besar di rumah itu. Hoseok masih memandang masakan buatan Yoongi dengan seksama. 

"Tak ada racunnya, Seok. Makan saja." Yoongi memasukkan sesendok sup ke dalam mulutnya. Melihat ke arah Hoseok yang masih memandang makanan dan beralih ke dirinya. 

"Apa?!" gas Yoongi. 

"Aku tidak percaya kau bisa memasak, Tuan Min. Kukira kau hanya bisa merengut dan hibernasi di dalam studio. Hahaha." tawa Hoseok entah menghina atau memuji, Yoongi sungguh tak paham dengan arti tawa Hoseok. 

Hoseok menyendokkan makanan ke dalam mulutnya, mata rusa Hoseok membelalak karena rasa makanan yang sampai ke lidahnya. Tidak mewah seperti masakan restoran, namun terasa sangat familiar dan hangat di hati. Seperti masakan seorang ibu, sesuatu yang sangat jarang Hoseok dapatkan karena ibunya tak bisa memasak. Sejak kecil Hoseok makan masakan dari pelayannya dengan rasa seperti masakan restoran karena memang itulah spesifikasi yang diperlukan untuk menjadi pelayan di dapur Hoseok dulu. 

Kini rasa masakan yang hangat dan seperti masakan rumahan yang dibuat Yoongi telah menyentuh hatinya. Mengingatkannya pada kehangatan masakan rumah yang selama ini jarang ia miliki. Tanpa sadar air mata Hoseok keluar tanpa bisa ia cegah. Yoongi yang melihat Hoseok menangis jadi khawatir dan menghampiri Hoseok, menyeka air mata di pipi Hoseok. Sentuhan tangan Yoongi di pipinya membuat Hoseok tersadar dan menghadap ke arah Yoongi yang ternyata sangat dekat dengan wajahnya. Hanya beberapa senti saja sampai hidung mereka saling bersentuhan, deru napas hangat Yoongi pun terasa di wajah Hoseok membuat wajah itu sedikit merona. Begitu pula dengan Yoongi yang memerah. 

"Kenapa menangis? Apa rasa masakannya begitu mengerikan bagimu?" tanya Yoongi pelan. 

"Tidak. Ini sangat enak hingga mengingatkanku pada sesuatu yang kurindukan."

"Apa itu?"

"Masakan rumahan? Entahlah, ini terasa  familiar namun sangat kurindukan. Aku tak bisa menjelaskannya." bingung Hoseok karena perasaanya tak bisa ia jabarkan. 

My Wedding Story (Sope) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang