31

2.4K 235 76
                                    

"MIIINNN!!!" teriak Hoseok dengan kencangnya.

Hoseok sekarang tak bisa bangun dari tidurnya karena tadi ditarik oleh Yoongi. Setelah Hoseok terlentang di kasur, Yoongi langsung lari pergi meninggalkan Hoseok. Tentu saja dengan perut yang telah besar karena kandungannya yang telah berusia 36 minggu. Diperkirakan Hoseok akan melahirkan pada minggu depan, namun Hoseok sendiri belum mendapat tanda-tanda akan melahirkan. Tapi sebagai calon kakek dan nenek yang siaga, Jiyoung dan Chaerin sudah menyiapkan segalanya.

"Min, bangunkan aku!!" Hoseok masih dengan kesusahan untuk bangun dari tidurnya.

"Sudahlah, diam saja di kasur biar aku yang bawa makan siangmu ke kamar." paksa Yoongi karena melihat Hoseok yang selalu sibuk bolak-balik di rumah.

"Bodoh! Aku harus jalan-jalan agar anak kita bisa keluar dengan mudah." sindir Hoseok. Sekarang ia sudah pasrah dan menyamankan dirinya di kasur dengan tidur menyamping. Punggungnya akan sakit jika tidur terlentang terlalu lama.

"Iya, aku tau. Tapi kau kan sudah cukup berjalan-jalan di taman tadi. Kau juga membantu Eomma membuat salad tadi pagi, lalu sekarang kau bolak-balik dari kamar ke ruang makan hanya untuk memanggilku makan. Kau tau sendiri kan jarak dari kamar kita ke ruang makan itu jauh, apalagi kau harus naik turun tangga. Aku tidak mau kau kelelahan dan sesuatu yang buruk terjadi pada uri Yeonjun." Yoongi mendekat mengelus perut buncit Hoseok.

Min Yeonjun, nama yang Yoongi dan Hoseok berikan pada calon anaknya. Tepat setelah Yoongi tau bahwa anaknya berjenis kelamin laki-laki, ia langsung mencari nama untuk anaknya. Hoseok yang tak terlalu memikirkan nama untuk anaknya membiarkan Yoongi untuk menetapkan nama sendiri. Hoseok hanya berharap anaknya dapat lahir dengan sehat dan sempurna tidak kekurangan satu apapun.

Yoongi melayani istrinya yang sedang hamil besar. Membawa makanan dan susu hamil milik Hoseok ke kamar, tak lupa Yoongi menyuapi Hoseok dengan telaten. Padahal Yoongi sudah menolak dan mau makan sendiri, tapi Yoongi memaksa dan Hoseok sedang malas untuk berdebat karena tak punya energi lebih. Semenjak perutnya membesar hingga lebih dari besarnya buah semangka, Hoseok sudah tak bisa bergerak bebas. Napasnya pun terengah-engah hanya untuk sekedar berjalan bolak-balik di rumah. Belum lagi ia masih harus mengurus berkas agensi hingga mengharuskannya duduk dalam waktu lama hingga rasanya pinggang Hoseok akan patah karena menahan beban berat perut dan badannya yang bertambah gendut.

"Aku akan ke kantor setelah ini. Mau ikut?" tanya Yoongi.

"Ikuut. Aku bosan di rumah." rengek Hoseok.

"Tapi nanti aku bawa tas perlengkapan kelahiranmu ya. Aku takut kau melahirkan di jalanan. Hahaha." tawa Yoongi.

"Jangan mendoakan yang tak baik seperti itu." Hoseok memukul punggung Yoongi karena perkataannya yang tak baik.

"Aww, jangan marah. Aku hanya ingin menjadi ayah yang siaga untuk Yeonjun. Kapan pun dia membutuhkanku, aku akan berada di sisinya. Aku berjanji." janji Yoongi pada bayinya.

Tangan Yoongi mengelus perut besar Hoseok membuat bayi dalam perut Hoseok merespon dengan sebuah tendangan. Hoseok melenguh karena tendangan Yeonjun yang cukup keras. Yoongi mencium bekas tendangan Yeonjun dan membisikan kata-kata manis agar Yeonjun tak nakal pada Eommanya.

Selesai makan dan berbincang sebentar, Yoongi menyiapkan tas melahirkan Hoseok dan membawanya ke mobil. Saat sedang memanaskan mobil, Yoongi berpapasan dengan ayahnya.

"Mau kemana?"

"Studio." jawab Yoongi.

"Hoseok?"

"Ikut."

"Hati-hati."

"Ehhm." dehem Yoongi sebagai jawaban. Memang keduanya sudah terbiasa dengan cara berbicara yang irit namun singkat, padat dan jelas.

Hoseok ikut berpamitan dengan kedua mertuanya. Memasuki mobil dengan bantuan tiga orang agar Hoseok tidak jatuh. Apalagi Chaerin yang merasa bahwa Hoseok begitu bulat hingga takut akan jatuh dan tak bisa bangkit lagi. Terlebih Hoseok memang anak kesayangannya, jadi Chaerin menjadi ekstra waspada.

"Hati-hati dan jangan pulang malam-malam. Tak baik bagi seorang yang sedang hamil besar." Chaerin mengingatkan.

"Kami hanya akan ke kantor selama dua jam dan langsung pulang. Jangan khawatir." Yoongi memberikan jaminan bahwa Hoseok akan baik-baik saja.






*^O^*%>_<%






Jungkook sudah selesai dengan semua berkasnya. Matanya mencari seseorang yang sedari tadi menemaninya bekerja.

"Chim!" panggilnya pada Jimin yang ternyata tertidur pulas di sofa.

Jungkook berjalan mengendap ke arah Jimin. Melihat wajah manis itu saat tertidur. Sepertinya Jungkook jatuh cinta lagi pada pacarnya.

Ya, pacar.

Mereka sudah resmi, namun belum official alias belum dipublikasikan. Walaupun sudah banyak dugaan-dugaan yang muncul, tapi masih belum ada berita kencan tentang mereka. Tentu saja itu karena bantuan dari Yoongi dan Hoseok.

"Jangan melihatku terus, nanti kau jatuh cinta lagi." ucap Jimin dengan mata yang masih tertutup.

"Biarkan aku selalu jatuh dalam cintamu, tenggelam pun aku rela jika itu dalam cintamu." gombal Jungkook yang membuat Jimin terbangun dan berdecih sebal.

"Kau tak cocok gombal seperti itu."

"Benar juga. Aku juga merasa jijik. Hahaha." tawa Jungkook pada kelakuannya barusan.

Mereka duduk berdua di sofa dengan Jimin yang sedang memeriksa ponselnya. Tiba-tiba Jimin mengagetkan Jungkook dengan teriakan nada tingginya.

"Hoseok hyung akan kesini!! Aaakhhh senangnya!" Jimin langsung berdiri dan membawa Jungkook keluar dari ruangannya. Berniat menjemput Hoseok di kafe depan agensi seperti pesan yang tadi Jimin terima di ponselnya.

Jimin dengan semangat menuju kafe depan agensi dengan menggeret pacarnya yang patuh saja dan tak menolak. Toh memang Jungkook juga merindukan Hoseok karena semenjak kehamilan Hoseok menginjak tujuh bulan, Hoseok sudah jarang keluar rumah dengan alasan kesehatan.

Mereka berdua sudah sampai di kafe bertepatan dengan mobil Yoongi yang berhenti di depan pintu agensi. Jimin melambaikan tangannya dengan senyuman tiga jarinya menyambut Hoseok. Yoongi turun terlebih dahulu dan membantu Hoseok untuk turun dari mobil. Saat Hoseok akan berjalan menyeberang ke sisi jalan dimana Jimin dan Jungkook berada, tiba-tiba ia merasakan sebuah pelukan dan suara yang sangat kencang. Tubuhnya tak bisa merasakan apapun selain sakit. Tubuhnya terasa terdorong dengan sangat kuat, sedikit terangkat ke udara lalu jatuh berguling di aspal yang keras. Kepalanya terlindung karena pelukan seseorang, namun tetap saja tubuh Hoseok menghantam aspal dan berguling di jalanan.

Sakit.

Pening.

Darah.

Gelap.

Semua terjadi begitu cepat hingga Hoseok tak sadarkan diri.






Tbc.

Ini dia konflik yang kujanjikan, hohoho.

Silahkan menebak😗😚

My Wedding Story (Sope) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang