19

3K 314 150
                                    

Sorry for typo

"Yoon, yoon... YOONGI!!" teriak Hoseok setelah beberapa kali panggilannya tak disaut oleh suaminya.

"Tanganku sakit. Dan lihat aku masih memakai sandal rumah. Apa sepenting itu Jimin bagimu hingga kau menyeretku sedemikian keras tanpa berpikir bahwa aku sedang hamil. Bagaimana jika tadi aku jatuh saat di tangga?" amarah Hoseok meluap melihat Yoongi yang seperti hilang akal karena Jimin.

"S-seok. Maaf, aku tak sengaja. Aku-"

"Sudahlah. Terserahmu saja." marah Hoseok pada Yoongi. Ia membalik tubuhnya menjauhi Yoongi.

Hoseok memang berjalan menjauhi Yoongi, namun bukan untuk masuk ke dalam rumahnya melainkan masuk ke dalam mobil yang sudah siap di depan pintu rumahnya. Ia memasuki mobil tanpa mengganti dengan sandal rumah yang masih dipakainya. Walau sebenarnya sandal rumah itu sedikit mengganggu tema fashionnya hari ini, tapi tak apalah untuk mencoba style baru.

"Yoongi, kenapa masih di situ sih? Kita sedang buru-buru, bodoh!!" maki Hoseok pada suaminya yang sedang nge-blank seperti komputer eror. Setelah memaki pada suaminya, ia tak lupa untuk mengelus perutnya dan mewanti-wanti anaknya agar tak belajar bahasa kasar dari ibu dan ayahnya yang terkadang barbar ini.

Yoongi segera sadar setelah mendengar teriakan Hoseok. Ia baru menyadari bahwa Hoseok sudah masuk ke dalam mobil. Dengan terburu-buru Yoongi ikut masuk ke dalam mobil menempati kursi kemudi dan menyalakan mesinnya. Yoongi langsung menancap gas menuju tempat pertemuannya dengan Jimin.

"Seok-" Yoongi menolehkan kepalanya ingin melihat istrinya di kursi penumpang tepat di sebelahnya. Namun tangan lentik Hoseok lebih cepat menutup mulut Yoongi dan memutar kepalanya yang menghadap ke arah Hoseok untuk fokus ke jalanan.

"Tolong fokus ke jalan, Pak Supir. Kita harus sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan aman." Hoseok menyuruh supirnya a.k.a Yoongi untuk tak mengurusinya. Ia tak ingin Yoongi bertanya apapun padanya sekarang.

Kini perasaan Hoseok sedang tak karuan. Rasanya ia ingin marah pada suaminya yang panik dan tak bisa mengontrol diri pada saat yang tidak tepat. Ia paham jika Yoongi sedang khawatir akan apa yang bisa saja terjadi pada Jimin, karena sebenarnya dirinya pun merasakan hal yang sama. Tapi jika karena kekhawatiran Yoongi pada Jimin hingga membuat Yoongi sampai lupa diri dan malah menyeret Hoseok seperti tadi, itu benar-benar membuat Hoseok marah. Tak masalah jika Hoseok sedang dalam keadaan tak mengandung seorang anak di perutnya, tapi kini Hoseok sedang hamil dan Yoongi menyeretnya dengan cukup kencang dari kamarnya yang berada di lantai dua dan menuruni tangga dengan sangat terburu-buru. Untung saja kaki Hoseok dapat menyeimbangkan diri dan tak sampai jatuh dari tangga. Huuh, Hoseok masi sebal.

Lain halnya dengan Yoongi yang panik, khawatir, waswas dan merasa bersalah dalam satu waktu. Yoongi baru sadar jika tadi ia memperlakukan Hoseok dengan sangat kasar dan membahayakan, dan Yoongi merasa sangat menyesal akan hal itu. Yoongi cukup panik karena biasanya Jimin tak pernah merasa takut dengan mudah, bahkan saat mereka putus pun Jimin tak terlalu terpengaruh dan cenderung biasa saja. Beberapa lama menjalin hubungan dengan Jimin membuat Yoongi mengerti bahwa Jimin bukan orang yang mudah gentar atau pun takut akan sesuatu. Kini saat Jimin mengirim pesan padanya bahwa dia merasa 'takut' jelas saja Yoongi panik bukan main.

Pandangan Yoongi menghadap ke arah jalanan dengan fokus, walau pikirannya sedang penuh. Ia harus menjaga keamanan bagi dirinya, Hoseok dan juga calon anaknya. Tak lama, mereka kini sampai di salah satu kafe tempat Yoongi dan Jimin biasa bertemu. Yoongi segera turun dan membukakan pintu untuk sang istri. Hoseok yang mendapat perlakuan seperti itu malah mendecih sebal.

My Wedding Story (Sope) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang