3-Ada Rasa Dalam Hati

115 17 9
                                    

Lelah setelah bekerja, adzan pun berkumandang indah menggema keseluruh langit-langit saling bersautan. Pencipta seakan memanggil para hambanya yang beriman.

"Marilah shalat, marilah shalat. Marilah menuju kemenangan."

Hati seakan termotivasi kembali, kekuatan yang merasuki, menggerakkan kaki menuju rumah - Nya.

***

Setelah shalat, ku mulai kembali membuka surat cinta - Nya. Lalu terbukalah surat Ar-Rahman. Hati terhenyak ketika membaca arti dari ayat ke 13 dalam surat itu.

Aku berhenti, menenangkan fikiran sejenak. Sembari merenungi keputusan dalam kehidupanku.

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan."

Aku merasa hidupku ini memang kacau. Akan tetapi masih ada orang baik yang mau mengingatkanku tentang pentingnya ibadah pada Allah. Mungkin kedua orang tuaku sudah tidak ada dimuka bumi ini. Tapi, aku yakin bahwa Ayah dan Ibu disana menginginkan agar anaknya tumbuh menjadi sosok yang shalih, sosok yang lebih baik.

Allah memberikan seorang nenek yang menuntun dalam jalan kebaikan. Membuka hatiku bahwa menjadi orang baik saja belum cukup, akan tetapi menjadi orang yang baik dan bisa memberikan banyak manfaat pada sekitarnya.

Aku meminta kepada Allah, agar menunjukkan jalan hijrahku. Membimbing diri ini agar selalu mengingat - Nya. Saat aku pasrah, tanpa harapan dan ingin menyerah.

***

Aku pun keluar untuk mencari makan diwarteg sekitar pasar. Sambil merogoh uang yang ada dikantong tiba-tiba kejadian yang tak terduga terjadi.

Dua sosok orang menggunakan sepeda motor mengambil paksa uang tersebut dariku.

Ssreeet..

"Wooooy, copeeet." teriakku histeris.

Salah satu pemuda tersebut mendorongku hingga aku terhempas ketanah. Mereka pun lekas pergi menggunakan sepeda motor.

"Woooy, balikin duit guaa." Aku berteriak penuh ambisi, mengejar mereka tapi apalah daya. Mereka sudah hilang tanpa jejak.

Setelah itu orang-orang bermunculan.

"Dek, mana copetnya." Panggil seorang pedagang kepadaku.

Akupun bilang kepada mereka.

"Yaaah, Mereka sudah pergi Pak." Jawabku dengan nada kesal ngos-ngosan.

"Maaf dek, kami telat ya. Tadi saya juga lihat kamu dikeroyok, jadi saya panggil orang-orang dulu. Kamu nggak ada luka-luka kan?" Ucapnya sambil memeriksa bagian lututku.

"Iya Pak, nggak papa. Itu bukan rejeki saya. Makasih ya, bapak-bapak sudah pada dateng nolongin saya." Ucapku sebagai tanda terima kasih.

"Oh, ya sudah dek. Lain kali hati-hati ya." Ucap bapak tersebut.

"Iya Pak, terimakasih."

Mereka pun bubar selangkah demi Selangkah sambil tersenyum padaku satu persatu.

***

Kesialan apalagi yang aku dapatkan hari ini. Seraya aku mengutuk diri sendiri, tidak becus dalam hal apapun. Hatiku menangis dalam hati.

"Ya Allah, cobaan apalagi yang engkau berikan kepadaku."

Besambung......

Lelaki hitam. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang