4-Lelaki Tegar

88 14 13
                                    

Aku berjalan melintasi trotoar jalan, menatap langit biru nan indah. Seakan Tuhan menghibur diriku yang sedang terkena musibah.

"Haah, Malang nasibku. Apa yang harus aku bilang ke nenek yah, kalau uang yang kudapat dijambret?" Gumam hatiku sembari berfikir.

Tak sadar waktu ashar pun tiba. Sambil berjalan pulang, aku mampir disuatu Masjid.

***

Setelah shalat aku terdiam lagi. Merenung, tentang kejadian tadi.

" Mas-mas, bisa majuan sedikit duduknya?" tersontak kaget, aku pun langsung maju. Sambil menganggukkan kepala dan tersenyum ramah.

Ternyata ada sebuah kajian remaja yang diadakan setiap hari minggu sore. Tak berfikir panjang, diriku ikut serta. Aku bergumam pada hati kecilku ini.

"Hmm, Kajian yah. Semoga aja aku nemu jawaban dari masalah yang aku alami ini." kataku senantiasa mengambil nafas dalam lalu mengeluarkannya kembali.

***

Kajian pun berlangsung, kata demi kata yang terucap dari seorang ustadz. Sedikit demi sedikit menyatu dengan hatinya. Seakan penawar dari prasangka buruk yang ia yakini.

Jawaban sudah berada didalam hati seorang Hamzah. Ketegaran hati dan keluasannya, ia terima dengan hati terbuka. Sesuatu yang baru, indah terdengar sampai menuju ubun-ubunnya.

"Apa yang tertulis didalam Al-Qur'an, itu adalah petunjuk. Setiap ayatnya akan menjadi penerang bagi kita, dan dikatakan bahwa ketika kita berhijrah. Dalam Firman Allah ta'ala menyebutkan yang artinya."

" Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-ankabut :2 )"

Sambil menganggukkan kepala. Aku pun tersenyum, tersipu malu ketika Sang Ustadz menjelaskan tentang surah Al-ankabut. Hatiku kembali yakin untuk selalu berprasangka baik kepada Allah.

***

"Zah, darimana aja. Nenek nunggu kamu lho dari tadi." Ucap nenek dengan nada khawatir.

"Hehe, iya nek maaf. Hamzah tadi singgah dulu dimasjid sewaktu perjalanan pulang. Enggak tahunya ada kajian, Hamzah ikut sebentar Nek." kataku sembari mengulurkan tangan untuk salim ke nenek.

"Hmm gitu yah, kamu sudah jadi anak pengajian dong hehe." canda nenek sambil tertawa pelan.

"Alhamdulillah Nek. Nenek mau kemana, mari Hamzah antar?" Tanyaku pada nenek.

"Nggak kok, nenek nungguin kamu. Supaya makan bareng hehe." Ucap nenek sambil mengusap halus pundakku.

"Hehe iya Nek, sebetulnya Hamzah belum makan dari siang. Ada kejadian tak terduga Nek." Ujarku sembari mengerutkan wajah.

Nenek pun kaget, dengan nada cepat beliau berkata.

"Maasya Allah, kejadian apa Zah?" Tanya nenek khawatir.

"Gini Nek, Hamzah dijambret tadi sewaktu dipasar." Jawabku dengan nada amat bersalah.

"Innalillahi Zah, kamu nggak papa kan. Atau ada yang luka-luka? Kamu yang hati-hati atuh Zah." Tanya nenek membolak-balikan tubuhku kekiri dan kekanan.

"Iya Nek, tadi Alhamdulillah ada yang nolongin Hamzah. Tapi jambretnya udah keduluan nggak bisa dikejar, soalnya mereka pakai motor." Jelasku kepada nenek.

"Ya udah, yang penting kamu nggak papa Zah. Hayuk masuk, nenek sudah siapkan makan malam nih. Kan kamu katanya juga belum makan dari siang yah?" balas nenek sambil tersenyum.

"Hayuk Nek. Hamzah juga sudah keroncongan hehe." ajakku bersemangat.

Lalu aku dan nenek pun masuk ke dalam rumah. Dalam hati aku bersyukur mempunyai keluarga seperti nenekku. Ia selalu berfikir positif tentang setiap kejadian yang menimpa.

Bahwa Allah tidak tidur. Ia senantiasa mengawasi setiap gerak-gerik hamba-Nya. Kapanpun dan dimanapun.

Besambung.....

😇😇
Temen-temen suka ceritanya? Komen dibawah.
Jangan lupa Support yaah hehe
Terimakasih...

Lelaki hitam. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang