9-Bukan Kisah Cinta

48 13 0
                                    

"Mas Hamzah, nanti kamu kerjanya ini yah!" kata Zahfira sambil memberikan 2-lembar kertas kepadaku.

"Siap, saya baca dulu ya." balasku sembari mengambil kertas dari tangan Zahfira.

Tugasnya mudah, tapi memang banyak yang harus dikerjakan. Seperti mencatat barang yang masuk dan keluar, menata barang, mengecek persediaan yang ada plus tanggal kadaluarsa pada setiap barang berbentuk makanan dan minuman.

Hal ini sesuatu yang sangat baru bagiku. Aku juga mengingat pesan Nenek, bahwa walaupun mudah tapi memang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

***

"Mas Hamzah, nanti hari sabtu dan minggukan libur. Mau temani Zahfira nggak?" Tanya Zahfira kepadaku.

"Wah, mau kemana nih mbak? Tumben ngajakin segala." Ucapku yang sedang mengunyah makanan.

"Kajian Mas, nanti ajak adiknya juga boleh." tanggap Zahfira yang sedang mencatat keuangan.

"Lhoo, kan mbaknya kuliah."

"Masih libur Mas, apa Mas Hamzahnya keberatan!?" Tegas Zahfira.

"Ndak kok mbak, boleh aja hehe. Nanti saya bilang juga ke Adik saya yah?" kataku sembari menatap mata Zahfira dan tersenyum.

Jam istirahatpun akhirnya usai. Aku melanjutkan pekerjaan dan sekarang giliran Zahfira untuk istirahat.

Ia sosok yang sangat tegas dan disiplin. Dilihat dari cara bicaranya yang berubah drastis ketika ngobrol santai dan saatnya bekerja. Ia rubah sosoknya sesuai dengan keadaan.

***

"Din, hari Minggu kamu kosongkan?" Tanyaku pada Dini.

"Kosong kak ... kenapa nih, Mau ajak Dini jalan-jalan?" Balas Dini dengan nada pe-de'.

"Yaah, ge-er kamu Din. Kakak mau ngajak kamu ke kajian, kamu mau?" jelasku pada Dini.

Dini berfikir sejenak, menghela nafas dan akhirnya ia memandangiku dengan tatapan sinis.

"Kajian dimana kak?" Tanya Dini penuh penasaran.

"Eh iya, sebenarnya sih kakak diajak sama Mbak Zahfira. Nah dia ngajak kamu juga, kamu mau kan?" kataku sambil merenggangkan kaki disofa yang penuh tambalan.

Dini pun senyum-senyum sendiri, berbalik badan dan mulai terdengar suara tawanya.

"Hehe kalau Dini nggak ikut gimana, biar Kakak So Sweet-an sama Mbak Zahfira? Dan akhirnya nikah deh." canda Dini sambil cekikikan sendiri.

"Kamu nge-jebak kakakmu yah Din, aslinyakan ndak boleh jalan berdua aja. Pokoknya kamu harus ikut, titik ndak pake koma jebbreeett." Balasku sembari melempar bantal kesofa.

"Iya kak, iya ... Dini ikut kok. Jangan manyun bebek gitulah, nanti gantengnya ilang." Kata Dini seolah dia yang ngajak.

"Nah, gitu baru adeknya Mas Hamzah. Tapi inget, jangan ngomongin kakak dari belakang yah. Tak cubit hidungmu nanti sampe mancung, kalau Mbak Zahfira bilang ke kakak yang aneh-aneh." Ucapku sambil menggertak Dini yang senyum-senyum sendiri.

Aku sadar bahwa ini bukanlah kisah cinta ala' pemuda dan pemudi hijrah. Sesuatu yang membuatku tersenyum ialah saat Allah menggerakkan hati orang-orang baik yang senantiasa mengingatkanku dijalan kebaikan.

Meski dalam perjalanan ini, hati tersentuh cinta dari sosok makhluk-Nya yang lemah. Aku senantiasa mengalah kepada takdir yang seharusnya bisa aku tolak seperti dahulu, tapi entah kenapa semua itu berubah drastis dari apa yang aku fikirkan dulu.

Takdir akan menjawab semua pertanyaan hati yang lemah ini, dijalan-Nya yang penuh dengan ujian dan cobaan. Dan Allah sedang menguji diri ini, apakah aku dapat bertahan dalam perubahan ini atau terjatuh.

Bersambung....



Wah, kerjaannya bikin penasaran aja nih Mimin. 🤣
Emang bener, asal nggak buat kamu baperan Eaa hehe.

Silahkan dikomen temen-temen, kekurangan dan kelebihan Mimin dalam bercerita juga boleh. Sejujurnya saya masih belajar, suka baca-baca juga di wattpad. 😊

Sok kalau punya referensi bacaan Wattpad yang menarik kasih tempe yaaak ke Mimin. Mari sama-sama saling Support yaa 🤣🤣🙏

#JanLupaBagahia😜

Lelaki hitam. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang