13-Hambar

40 8 2
                                    

"Mulut bisa saja berkata bohong, akan tetapi hati tak akan pernah berbohong disetiap keadaannya." ~Van Java

***

"Raa... Raa, tunggu!"

Panggilnya pada Zahfira, matanya yang menawan itu mulai meliriknya. Tersenyum dan melambaikan tangan sambil mendekap buku-buku ditangan kirinya.

Ternyata Salma sahabat Zahfira memanggilnya. Ia pun lari tergopoh-gopoh dengan tas warna Pink kesukaannya, menuju Zahfira.

"Kamu kenapa Sal..? buru-buru gitu. Nanti jatuh aja hehe." Tanya Zahfira yang sedang berdiri tegak dihadapannya.

Salma mengambil nafas, kedua tangannya menyentuh lutut. Lalu ia tegak kembali sembari merangkul Zahfira.

"Nggak papa Ra... Eh kamu gimana kabarnya?" Tanya Salma sambil menepuk-nepuk bahu Zahfira.

Zahfira menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap Salma sambil tersenyum hangat.

"Alhamdulillah baik Sal, eh... Kamu kenapa sih hari ini. Keliatan beda banget!?" Balas Zahfira, matanya melihat penampilan Salma dari bawah hingga keatas.

"Hehe, nggak kok biasa aja Ra." Ucap Salma menggelengkan kepalanya perlahan.

Dalam fikiran Zahfira bahwa Salma ingin sekali dilihat oleh Rey, ia faham perasaan Salma selama ini. Akan tetapi Zahfira belum bisa mengatakannya dengan jujur pada Salma. Bahwa Rey itu menyukai Zahfira, sedangkan Zahfira tidak menyukai Rey. Sebab ada alasan tersendiri diantara kedua masalah tersebut.

"Ya udah kalau gitu, yuk kita masuk kelas..!, nanti gawat kalau dosennya duluan." Ajak Zahfira pada Salma yang sedang pelangak-pelongok mencari seseorang.

Tak lama kemudian Zahfira memaksanya berjalan perlahan-lahan.

"Ihh... Apa sih Zahfira!?" geramnya Salma pada Zahfira.

"Hayuuk Salma Nur Alifaaa..." Dorong Zahfira perlahan kearah kampus.

***

Seperti biasa Hamzah sedang melayani para pembeli ditoko milik Pak Iksan. Ia tidak sendiri tapi didampingi langsung oleh Pak Iksan, menggantikan tugas Zahfira yaitu menghitung keuangan.

"Zah...!, alhamdulillah ini sudah masuk waktunya istirahat. Silahkan Zah, kalau makan dulu." Ucap Pak Iksan yang sedang duduk dimeja kasir.

"Iya Pak, siap... Saya duluan yaa." Jawab Hamzah penuh semangat.

"Silahkan Zah." balas Pak Iksan sambil lanjut menulis laporan.

Hamzah beranjak menuju lantai atas, segera ia menuju wustafle air untuk mencuci tangan lalu membuka tasnya mengambil bekal yang telah disiapkan nenek tadi pagi.

Ia menyadarkan diri ditembok, kepalanya melihat langit-langit atap, menghempaskan nafas keras sambil menurunkan kepalanya menghadap kebawah.

Tertunduk ia membuka bekal dengan perlahan, tangannya meraih nasi dan lauk pauknya lalu mengucapkan bismillah dan memakannya.

Nikmat dan lezat, ia rasakan semangat yang mengalir didalam tubuhnya. Ia membayangkan Nenek dan Dini, orang-orang yang sangat berharga dalam hidupnya.

Lalu terlintas dibenaknya, sosok Zahfira. Wanita cantik nan anggun itu telah merebut dan menghempaskan hatinya begitu cepat. Insiden Rey selalu membayanginya, membuat fikiran selalu kacau balau.

***

"Alhamdulillah pak, tugas istirahat saya telah selesai. Monggo silahkan bapak yang istirahat." Kataku pada Pak Iksan.

"Iya Zah, kamu jagain dulu yah... Bapak sekalian mau pulang." Ucap Pak Iksan, ia mengemasi barang-barangnya kedalam tas.

"Lhoo, saya sendiri dong pak..!?" Aku tersontak kaget mendengarnya.

"Sebentar lagi Zahfira mau ke sini Zah, mau jaga toko katanya." Jelas Pak Iksan.

"Mbak Zahfira kan baru pulang kuliah, pasti capek pak. Apalagi disana Mbak Zahfira berpikir, nanti malah nambah pusing disini." Tuturku pada Pak Iksan yang sedang memakai tasnya.

"Ya sudah, nanti kamu tanyakan saja sendiri sama Zahfira. Mbok bapak juga sudah mengingatkan Zahfira." Ujar Pak Iksan sembari pamit mengucapkan salam kepadaku.

Aku duduk sambil merenung, kenapa Zahfira ingin ketoko padahal ia sudah cukup lelah dengan kuliahnya itu. Mungkin apa karena Zahfira masih belum mempercayai toko Pak Iksan kepadaku. Ahh... Itu tidak mungkin, sepertinya ada hal lain yang ia lakukan disini.

Tak lama setelah itu terdengar suara Zahfira mengucapkan salam. Aku pun menengok sekaligus tersontak kaget.

"Assalamualaikum." Salam Zahfira bersama sosok lelaki yang kukenal.

"Wa...'alaikumus... salam." Jawabku grogi sembari menatap Zahfira bersama Rey disampingnya.

Rey pun menatap tajam kearahku, keberadaan udara seketika menjadi dingin. Menghembuskan sesuatu yang tak diharapkan olehku.




_____________________________

Assalamualaikum temen-temen.
Di cerita kali ini Mimin mau buat kalian penasaran nih. Heheh.

Yang udah baca, jangan lupa VOTE yah. Karena VOTE itu gratis. Wqwqwq.

Terima kasih atas Support nya yah. Salam berkarya... 😊🙏

Lelaki hitam. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang