14 - Rey...

55 10 2
                                    

"Yang aku butuhkan kini adalah selimut hatimu, membalut luka yang kini telah menganga lebar. Secercah harapan meredup, gelap hingga pagi hari." ~ Sansekerta

****

Matanya terbelalak Menatapku, terpaku melihat aku bersama Zahfira. Hamzah sosok yang menurutku hanya berpura-pura baik kepada Zahfira. Seharusnya dia sadar diri dengan kekurangan yang ada pada dirinya, soo ... Fikirku mana mungkin Zahfira menyukai Hamzah sosok berkulit coklat kehitam-hitaman itu, dengan tinggi dan postur tubuh layak seorang pendekar. Tidak ... pastinya Zahfira hanya memilihku seorang.

"Mas Hamzah, kita kedatangan temen baru nih ditoko." Ucap Zahfira lembut pada Hamzah.

Aku yang mendengarnya tersenyum sinis, seharusnya dia ... Hamzah yang menjadi sosok baru dan pengganggu dikehidupan Zahfira. Lalu aku menatapnya lagi, ia berikan senyuman hangat lagi palsu kepadaku, seolah permasalahan kemarin terlupakan begitu saja.

"Kok malah pada diem, hayuk salaman. Jangan kayak orang baru kenal aja... Kan kemarin pas kajian sudah ketemuan." Kata Zahfira melihat aku dan Hamzah.

Mendengarnya saja, menjadi geram. Sontak aku membalasnya dengan nada tinggi lagi dingin.

"Baiklah Ra, kalau ini permintaan lu...!" Aku berjalan menghampiri Hamzah, lekas ia berdiri dan tersenyum ramah lagi.

Aku mengulurkan tangan kepada Hamzah, ia meraih tanganku dengan cepat.

"Maasya Allah, Rey. Ba ... bagaimana kabarnya nih...!" Ucap Hamzah dengan nada gugup.

"Alhamdulillah baek, lu sendiri gimana?" Jawabku ketus.

"Alhamdulillah baik juga...." balas Hamzah masih gugup.

Tak lama, suara Zahfira menyelak.

"Nah gitu dong...! Keliatannya kan jadi enak." Kata Zahfira sambil tersenyum lebar.

Aku tersenyum bahagia melihatnya, seperti ada titisan Dewi menyinari hatiku.

"Ada yang bisa gua bantu nggak Ra?" Tanyaku pada Zahfira.

Senyumnya masih mengembang indah, aku melirik Hamzah yang tertunduk. Entah apa yang dia pikirkan tentangku, tak sengajaku senggol dengan siku sedikit kencang. Ia pun menoleh dan mengayunkan kepalanya lalu tersenyum.

"Nah tugas buat Rey, kamu nanti layani pelanggan yah...! Mas Hamzah bawakan barang yang dipesan pelanggan." Jelas Zahfira kepada kami.

"Siap Mbak ...!" Tukas Hamzah.

Aku hanya mengangguk seraya menilik Hamzah berjalan masuk ke dalam gudang.

***

Bunyi dering telpon memecahkan keheningan diruangan itu. Zahfira yang sedang sibuk mencatat, hilang fokus. Ia mengambil handphone didalam tas warna biru tua yang terpampang disamping mejanya. Ternyata yang ia lihat adalah panggilan dari sahabatnya, Salma. Lalu ia mengangkatnya dan menempelkan ditelinga yang tertutup hijab.

Zahfira : Assalamualaikum Sal.... Ada apa nih? Tumben nelpon.

Salma : Waalaikumussalam Ra.... Nggak kok, cuma mau nanya aja. Disitu ada Rey nggak...!?

Zahfira mengerutkan keningnya, menghela nafas lalu mengeluarkannya dari hidup dengan cepat.

Salma : Raa ... Ada nggak!

Lelaki hitam. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang