1.Prolog

1.3K 57 0
                                    

بسم الله الرّ حمن الرّ حيم

Clemira Abidah Darmawan adalah namaku. Ayahku Darmawan, dan Ibuku bernama Mariya. Aku punya kakak perempuan, Sarah Darmawan namanya. Dia telah menikah dua bulan lalu, Khunais nama suaminya.

Aku beruntung berada diantara mereka. Karena mereka adalah orang-orang yang luar biasa.

Alhamdulillah Abi dan Umi hafal Al-Quran. Beliau sangat ingin anak-anaknya juga menjadi penghafal Al-Quran. Sehingga sejak kami dalam kandungan telah dikenalkan dengan Al-Quran.

Satu anaknya telah berhasil mewujudkan mimpinya, Mba Sarah. Giliranku untuk mewujudkan inginnya. Tak hanya inginnya sebenarnya, tapi inginku juga.

Harapan mereka demikian besar, sehingga mampu menghidupkan kembali semangat anaknya yang mulai redup.

Walaupun Abi dan Umi humoris, tapi ketika mereka menerima setoran humorisnya lenyap seketika. Bahkan rotan pun akan dihantamkan jika kami main-main.

Hari ini aku meninggalkan rumahku,menuju tempat yang baru. Hari di mana aku baru satu minggu melepas seragam putih abu-abu. Hari di mana aku baru dua bulan menginjak usia 18 tahun.

"Abi sama Umi targetin Mira khatam berapa bulan?" tanyaku saat dalam perjalanan menuju pesantren.

"Abi hanya menargetkan anak Abi hafal Al-Quran semua."

"Kamu ngga perlu memaksakan diri, yang penting kamu menikmati. Berapapun yang kamu dapatkan dalam sehari harus tetap disyukuri. Semakin kamu bersyukur semakin Allah tambah nikmatmu." Umi menambahkan.

Abi dan Umi sangat mewajibkan kami hafal Al-Quran, bahkan Mba Sarah belum diijinkan menikah sebelum khatam.

Abi selektif betul terhadap para calon menantunya. Bukan soal harta, rupa dan tahta. Tapi akhlak dan agama.

Ketika Mas Khunais meminang Mba Sarah, Abi tanyai dari Sabang sampai Merauke. Hingga wajah Mas Khunais semakin pucat.

Karena pada saat itu Mba Sarah belum khatam, akhirnya Abi menyuruh Mas Khunais untuk ke Kairo, memperkuat hafalannya dan mendalami agamanya.

Aku yakin ketika ada yang meminangku pun Abi akan bersikap yang sama.

"Kamu yang serius di pesantren, jangan banyak tidur, yang prihatin, ta'dim sama guru. Jangan sewenang-wenang sama yang muda, hormati yang tua...." Umi menasehatiku panjang sekali.

"Jangan mikir nikah!" kalimat ini yang paling ditekankan.

"Di sana kamu akan menjumpai berbagai macam sifat dan kelakuan, maka pandai-pandailah kamu memberi perlakuan. Jangan men-judge orang terlalu dini Mir." Mba Sarah menasehati.

"Dan ingat, jangan sekali-kali kamu ghosob," lanjutnya.

Aku sering mendengar cerita Mba Sarah saat di pesantren,termasuk cerita tentang ghosob. Di pesantrennya siapa yang ghosob maka dia akan kena ta'zir. Dan Mba Sarah pernah, karena buru-buru menghadap guru, hingga salah memakai sandal. Tapi akhirnya dimaklumi.

Banyak sekali cerita yang dimiliki Mba Sarah selama di pesantren. Suka duka, tawa dan air mata. Dirinya ditempa menjadi pribadi yang lebih dewasa. Sehingga ketika dia pulang sudah jauh lebih bijaksana.

Semoga aku pun bisa seperti dia, mampu memenuhi harapan orang tua, dan menjadi lebih baik tentunya.


Ta'dim = hormat, patuh.
Ghosob = meminjam barang tanpa izin.
Ta'zir = hukuman


Semoga kalian suka... Jangan lupa vote ya...

Santri Fall In Love || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang