5. Feeling

319 27 0
                                    

Ikbal pov

"Sudah ngapain aja kamu?" ucap Abah dengan nada keras, dibarengi tamparan peci hitam di pipiku.

"Ini niat kamu mondok?" peci hitam itu terus-menerus dihantamkan.

Aku hanya diam lemah sambil bergetar.

"Biar nanti saya panggil orang tuamu, biar tau kelakuan anaknya!"

"Jangan Bah." ucapku lirih

"Mas ambilkan air kolam!" dawuhnya pada santri yang di sampingnya.

"Saya mohon Bah, jangan bilang orang tua saya."

Byurr!

"Astagfirullah." jantungku serasa copot.

"Ganggu orang tidur aja! Jangan Bah, jangan. Mimpi paan sih lu?" ucap Musa yang berusaha menirukanku.

'Alhamdulillah cuma mimpi. Tolong ya Bal, lu jangan suka sama si Mira.'

"Bal!"

"Paan sih?"

"Jangan-jangan lo mimpi kena ta'zir yah?" tanya Musa penuh selidik.

"Oh... Jangan-jangan lo mimpi jalan sama Mira terus ketahuan Abah, abis itu mau dilaporin orang tua. Bener ga?" tanyanya diiringi senyum meledek.

"Lu tu kebangetan banget yah! Main nyiram-nyiram orang, bikin jantung mau copot tau!"

"Lu yang kebangetan, baru juga mau tidur kebangun dah!"

"Serius nih gue tanya, lu mimpi apa? Ko kaya ketakutan gitu." lanjutnya.

Aku memilih diam, bisa-bisa dia ngetawaain aku kalau tau aku mimpi ngintip Mira lagi nyapu ndalem.

Huft.

"Sa, kapan ada tasmi' akbar yah?"

"Kenapa? Cari kesempatan buat ketemu Mira?"

"Astagfirullah lu mah, Miraaa mulu."

"Ngga tau, katanya mundur dua bulan dari seharusnya."

"Dua bulan?? Berarti lima bulan dari sekarang dong?"

"Kenapa sih lu?"

'Lima bulan ga liat Mira dong. Eh masa iya sih gue suka sama Mira, sekali liat doang dan sekali denger suaranya?'

"Bal, gue rasa Mira punya sihir deh."

"Sihir?"

"Seakan terhipnotis gue kalo inget wajah Mira." katanya sambil lihat langit-langit kamar.

"Lo suka beneran sama Mira?"

"Kenapa? Lo suka juga? Jangan deh, kasian gue, kalo lo suka pasti si Mira bakal milih lo." ucapnya sambil mengambil posisi duduk.

"Kenapa?"

"Gue punya feeling."

"Ah feeling lu mah sesalu salah!"

Yang tadinya ada perasaan percaya diri tiba-tiba sirna begitu ingat feeling Musa yang selalu salah.

"Bal gue feeling kita dipanggil seksi keagamaan pasti buat nggantiin yang mau mukim." ucapnya sambil jalan menuju kamar seksi keagamaan. Tapi yang ada adalah suruh bersihin masjid

"Bal feeling gue berkata, kita harus belok kanan." ucapnya saat kami tersesat. Bukannya sampai jalan raya malah dikejar anjing.

Dan masih banyak feeling - feeling Musa yang menyesatkan.

"Bal bantuin gue dong biar cepet khatam, dah kepingin nikah nih."

"Ye yang ada mah macet tuh otak."

"Sumpah deh, kayanya gue emang beneran suka sama si Mira deh."

"Taunya?"

"Feeling." sambil nyengir.

'Gimana kalo ternyata gue juga suka sama si Mira yah? Kasian si Musa. Tapi apa boleh buat jika emang beneran suka.'

"Bal, tolong ya... Lo jangan suka sama si Mira. Gue punya feeling lo bakal suka sama si Mira. Biarin gue  buat berjuang dapetin Mira napa, lo cari yang lain aja dah, lo kan cakep." Musa bangkit dari tidurnya.

"Udah napa sih ngga usah ngomongin Mira mulu, khatamin dulu tuh Alfiyyah buat bekal ngelamar, syukur bisa khatam Al-Quran. Inget Abinya punya pesantren, ngga mungkin biarin orang seenaknya ngelamar anaknya tanpa bawa apa-apa."

"Iya juga yah. Bismillah niat ingsun hafal kitab lillahita'ala."

"Nah gitu kan cakep."

Aku ga tau harus membenarkan atau mengacuhkan feeling Musa kali ini.


Ta'zir = hukuman
Tasmi' = mendengarkan hafalan Al-Quran,menyimak
Mukim=berhenti mondok

Santri Fall In Love || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang