14.Terlalu Dalam

226 18 0
                                    

"Panggilan kepada Mba Mira untuk segera ke ndalem." Suara seorang santri dari sentral terdengar.

"Aku ke ndalem dulu ya," ucapku pada Mba santri yang lain.

Melihat dinding depan ndalem hatiku bergemuruh, terlebih melihat sandal Mba Zila.

'Astagfirullah, ngga boleh mikir yang macem-macem Mir.'

"Assalamualaikum,"sapaku.

"Waalaikumsalam." Semua mata langsung tertuju padaku, dan ada satu tatapan yang benar-benar menusuk,Mba Zila. Terkejut bukan main melihat sosok pengantar galon.

"Sini Mir duduk." Umi Badia mempersilakan. Aku pun duduk di sebelah Mba Zila.

"Kamu mengenal laki-laki itu Mir?" Tanya Abah Ali.

"Hanya sekadar tau Bah." Jawabku sambil menunduk.

"Dari mana kamu tau?"

" Pada hari pertama saya kemari saat sedang murajaah,dan pada saat saya didawuh Umi untuk mengantar sayur ke kompleks putra. Dari situ saya tau rupa dan namanya Bah."

"Kalian saling berkenalan?" Suara Abah sedikit tidak mengenakkan.

"Ngga Bah." Ikbal menjawab dengan cepat.

"Aku yang lebih dulu memberi tau namaku. Dan sebelumnya aku sudah tau namanya dari Musa,"lanjutnya.

"Lah kok bisa jadi suka koyo ngene?"1
Ikbal diam.

"Apa kamu suka sama dia juga Mir?" Tanya Umi Badia.

Aku menggeleng.

"Mira ngga suka Mi, karena Mira sadar dia tengah menjalani taaruf dengan Mba Zila."

Hening. Ruang tamu ndalem benar-benar hening. Semenit. Dua menit.

"Gimana Nawi?" Suara Umi Badia di menit ke lima.

"Saya tetap ingin menghentikan taaruf ini Mi."

"Seperti yang kita tau jika ada salah satu yang membatalkan taaruf,maka taaruf ini tidak bisa dilanjutkan,"ucap Abah Ali.

"Nggih Bah, saya menerima jika taaruf ini dihentikan."

"Maaf Zil." Ucap Ikbal pelan.
Tak kudengar jawaban dari Mba Zila, pun tak melihat anggukannya (jika dia mengangguk) karena aku tengah menunduk.

"Ya udah kalian bisa kembali ke asrama Mir,Zil," ucap Umi Badia.

Setelah kami mengucapkan salam kami keluar ndalem. Dan begitu Mba Zila memakai sandal, dia berjalan cepat meninggalkanku. Menuju asrama untuk menumpahkan semua air matanya.

"Mba Zila..." Ucapku lirih saat sudah sampai di dalam kamar.

"APA!" Dia berbalik badan dengan air mata mengucur deras.

"Kenapa kamu marah Mba? Dan seakan-akan aku yang bersalah atas kejadian ini. " Suaraku parau.

"KARENA DIA NGGA BAKAL PUNYA KESEMPATAN BUAT BICARA SAMA KAMU KALO KAMU MENGHINDAR! KENAPA KAMU KASIH DIA KESEMPATAN?!"

Aku tak mampu berkata-kata lagi, genangan di pelupuk mata sudah meluncur.

"Pergi kamu dari hadapanku!" Dia kembali membalikkan badan, suaranya lirih, tapi menusuk.

Aku pun pergi. Pergi ke sawah di belakang asrama. Tempat di mana aku dan Mba Zila sering bertukar cerita. Tempat di mana aku menangis menahan rindu dengan keluarga. Aku di sana sekarang.

Aku duduk di batang pohon di bawah pohon pisang. Menatap hamparan sawah hijau dengan pipi yang banjir air mata.

Hari ini mengukir luka yang sangat dalam, sedalam Palung Mariana.

Besok adalah Harlah, harusnya sekarang aku bersuka cita dengan santri yang lain. Tapi malah sekarang aku dirundung luka. Masihkah besok merasakan bahagia?

*
Sejak aku keluar kamar, aku masuk hanya untuk mengambil baju ganti, setelahnya aku sama sekali tidak masuk kamar. Aku pun tak makan sore.

Setelah Shalat Isya aku ke ruang kelas 2. Tak berbuat apa-apa hanya diam, menatap kosong langit-langit ruang kelas.

"Mira..." Suara Bilqis lirih, dia sudah ada di sampingku bersama Mba Lekha.

"Kenapa jadi gini Mir? Gimana ceritanya?"

Bukannya menjawab malah menangis.

Mereka mengusap bahuku.

"Ikbal membatalkan taarufnya karena dia menyukaiku dan Mba Zila menyalahkanku."

"Astaghfirullah...." Ucap mereka bersamaan.

"Aku harus gimana Bil, Mba?" Mereka saling tatap.

"Kamu mau di sini sampai kapan?" Mba Lekha mengalihkan topik.

"Sampai pagi Mba."

"Tidur di sini?" Tanya Bilqis. Aku mengangguk.

"Ya udah, aku temenin ya."

"Aku juga"

"Ngga usah Bil, Mba, kalian tidur di kamar aja."

"Kita ngga mungkin mbiarin kamu di sini sendiri Mir."

Setelahnya aku milih diam. Kembali menatap langit-langit ruang kelas.

Santri Fall In Love || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang