FL 17| Pasar Malam.

19 11 9
                                    

"Jam 7 gue jemput" kata Haikal yang menahan pergelangan tangan Queen saat mau keluar dari mobilnya.

"H-hah?"

"Mau ngapain?" tanya Queen.

"Nggak tau" jawab Haikal singkat.

"Ish. Gila. Gue gamau pergi sama lo"

Wajah Haikal berubah, seperti menahan amarah yang ada didalam tubuhnya.

"Mau kemana?" tanyanya dingin.

Queen meneguk salivanya. Percayalah, wajah Haikal saat ini berbeda. Seperti ingin menelannya hidup-hidup.

"Aa-apanya? Si-siapa yang mau kemana?" tanya Queen tersendat-sendat.

"Lo"

"Gue?" tunjuk Queen pada dirinya sendiri.

Haikal membuang nafas kasar, "Mau kemana lo nanti malam sampe-sampe ga mau pergi sama gue?"

Queen mengerjapkan matanya. Ia tak salah dengar kan? Haikalnya kenapa? Kenapa jadi sepertii.. jealous gini?

"Lo kenapa? Sakit?" Queen memangjangkan tangannya ke dahi milik Haikal.

"Nggak panas kok" lanjutnya.

"Malam nanti gue jemput. Nggak.ada.penolakan." kata Haikal penuh penekanan di setiap kata.

Haikal menghidupkan mesin mobilnya, lalu beranjak keluar dari komplek perumahan tunangannya itu, "Gue pulang"

Queen masih tak ada pergerakan sejak tadi. Ia masih memikirkan ajakan Haikal yang menurutnya...itu bukan Haikalnya? Kenapa tiba-tiba dia mendadak ngajak pergi? Kenapa semuanya terasa mendadak? Entahlah, Queen lelah memikirkannya.

"Tauk ah" Queen melangkahkan kakinya ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum" salam Queen.

"Ayah? Ayah pulang? Queen seneng bangett deh" ujar Queen sumringah dan hendak memeluk ayahnya ketika matanya menyadari ada sosok paruh baya yang sudah lama ia rindukan sebab tak pernah pulang, ayahnya, Rivaldi.

Rivaldi melirik sekilas melihat Queen yang hendak menuju ke arahnya, lantas ia mengalihkan saat pandangan itu bertemu dengan bola mata Queen.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Rivaldi yang kembali memusatkan matanya ke arah majalah yang ada di kedua tangannya.

"Ba-baik, yah" jawab Queen setengah gugup.

Oke. Kali ini rasanya Queen ingin menghilang dari pandangan ayahnya. Sebut saja ia tak sopan. Tetapi ia terlalu malas mendengarkan celotehan yang membuatnya harus menahan sesak di dada, yang tentunya itu menyakitkan baginya.

Queen mengangkat bokongnya, hendak pergi menuju ke kamarnya, kabur. Belum ada sempurna berdiri, Queen mengurungkan niatnya untuk kabur setelah suara mengintrupsinya.

"Duduk. Ayah lagi berbicara sama kamu!"

Queen mendudukkan kembali bokongnya yang baru sedikit terangkat.

"Sudah kelas 12" Queen menatap ayahnya takut.

"Rajin belajar. Walaupun sekarang kamu sudah punya tunangan, jangan sampai lupa belajar. Kasian nanti tunangan kamu, punya calon tapi bodoh" lanjut Rivaldi tanpa menyaring terlebih dahulu ucapannya.

Hati Queen mencelos setelah mendengarkan perkataan ayahnya. Benarkan? Berbicara dengan ayahnya hanya membuat hatinya sakit.

"Iya, ayah. Queen pasti belajar" Queen tersenyum tipis.

"Bagus kalau begitu. Nggak nyusahin nantinya" kata Rivaldi santai.

(Heyy Pakk!!.. Dikontrol sedikit donk omongannya. Saya yang nulisnya aja gerammm,- ) -author

First Love❤ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang