Tiga bulan akhirnya dilewati, di bulan juni ini Lisa menjadi lebih sering di rumah, selain karena perutnya yang sudah mulai membesar, Jungkook juga melarangnya ke luar. Saat ini ia tengah belajar membuat kue tart, ingin sekali merasakan sensasi memasak bagaimana, bertahun-tahun ia dijauhkan dari alat dapur dan dirinya mulai melupakan semua tata caranya, beruntung sekarang ia bisa memanfaatkan teknologi dari ponselnya, ada juga Riri yang akan mengamati tambahan-tambahan bahan.Lebih dari dua puluh menit ia habiskan, tinggal menunggu kue buatannya matang di dalam oven.
Lisa melirik jam, harusnya Harin sudah pulang dari sekolah. Ia memilih duduk di kursi makan sembari menunggu kue. Ada notifikasi di ponselnya, pesan dari Jungkook yang menanyakan harus dibawakan apa saat ia pulang. Lisa hanya membaca, tidak berniat membalas, masih kesal pada pria itu karena kejadian kemarin.“Mommy!” Harin terlihat berlari, langsung memeluknya dan menyapa dengan manis.
“Selamat siang Mommy, selamat siang Adik Harin yang gendut.” Mengelus perut ibunya sembari terkekeh.
“Selamat siang, Harin.”
“Siapa yang memotong rambut Mom? Jadi lebih pendek dari rambut Harin.” Lisa mendesah, semakin kesal ketika mengingat alasan rambutnya dipotong. Hanya karena Jungkook cemburu pada penata rambut laki-laki yang mengusap rambut istrinya berlama-lama. Mengatakan rambut yang sempat disentuh pria itu harus dibuang secepatnya, tidak boleh ada jejak laki-laki lain di tubuhnya. Dipotong sendiri oleh pria itu, di rumah, dengan gunting rumah juga.
“Daddy, sayang.”
“Tapi Daddy suka rambut panjang Mom, Daddy bilang begitu..”
Lisa tersenyum tipis, tidak perlu menjelaskan dengan detail pada Harin tentang keposesifan ayahnya yang berlebihan. Gadis yang sudah tumbuh semakin cantik itu ia angkat ke pangkuannya, mengelus rambut panjang gadis itu yang mencapai batas perut. Ia rindu rambut panjangnya, yang sepinggang, selalu ia beri perawatan karena ingin itu lebih panjang.
“Apa yang Harin pelajari di sekolah?”
“Harin belajar banyak, sangat banyak. Kami disuruh menghitung bersama, senam--”
“Senam?”
“Ya, senam lompat-lompat.” Harin turun, melompat-lompat seperti senam yang ia pelajari di sekolah tadi. Ibunya tertawa, hendak ikut melompat-lompat juga sebelum langkah besar itu tiba, menyapa mereka.
“Dad!”
Pria itu berjongkok, mencium sekilas kedua pipi putrinya, di tangan kanan ada plastik berisi buah-buahan, untuk istrinya yang belakangan ini sangat suka mengkonsumsi buah-buahan.
“Princess-nya Daddy.” Memeluk Harin sejenak, lalu tersenyum pada istrinya.
“Ini sayangnya Daddy,” gumamnya memeluk wanita itu dengan gemas.
Lisa memberi penolakan kecil, mundur dan melangkah menuju oven, mengeluarkan kuenya yang sudah matang. Sementara Jungkook tidak berpaling menatapnya, sedikit berantakan di dapur, tepung yang berceceran di lantai, mixer, kulit telur dan bahan membuat kue lainnya. Ia perhatikan satu-persatu, kembali lagi pada Lisa. Wanita itu mengolesi krim pada kue buatannya, memenuhi pinggirannya selanjutnya memberi sedikit hiasan di atasnya.
“Membuatnya sendiri?” Masih memilih sibuk, tidak ingin menyahut Jungkook.
Jungkook membawa Harin ke sofa, menyalakan televisi agar gadis itu menonton.
“No, Dad. Harin harus ganti seragam dulu,” tolak Harin. Jungkook mendesah pelan, menyadari bahwa putrinya itu baru pulang dari sekolah.
“Oke, Princess. Jadi ingin Daddy bantu atau menggantinya sendirian?”
KAMU SEDANG MEMBACA
MPB|SEASON2✔
Fanfiction[M] You'll always be mine, Dear. Cover designed by @nmcrsika