Mereka pikir, Jungkook akan mengaung seperti singa, mengempas meja atau setidaknya merusak sesuatu karena emosi, tapi alih-alih demikian, Jungkook hanya menyapa dengan senyuman yang dipaksakan, mencium Harin dan bahkan meminta izin untuk membawa dua wanita itu pulang.“Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan mereka,” tolak Lisa.
“Apa itu lebih penting daripada kesehatan bayi kita?”
“Kita bisa bicarakan besok, atau nanti saat ditelepon,” sahut Jisoo. Tahu jika berargumen dengan Jungkook tidak akan mudah, selain karena pria itu menyeramkan, ia juga tidak ingin benda-benda di cafenya hancur.
Lisa bangkit dari kursi, mencium pipi Jisoo kemudian tersenyum pada pria itu. Jungkook mendelik, rasanya ingin menyiapkan ring tinju dan memukuli pria itu dengan beringas.
“Daddy tidak jadi ke Busan?”
Jungkook menggeleng, mencium pipi Harin yang peka dengan kehadirannya. Sementara istrinya sendiri bahkan tidak peduli ia pergi atau mengusahakan diri untuk tetap tinggal.“Harin senang Daddy tidak pergi.”
“Daddy juga. Daddy cepat rindu Mommy.”
Lisa membuka pintu mobil, duduk di belakang.
“Daddy dan Mommy tidak bicara?” tanya Harin saat Jungkook memasang seatbelt untuknya.
“Bicara, ya kan sayang?” sahut Jungkook melirik istrinya yang diam.
“Tapi Mommy tidak.”
“Mommy sakit tenggorokan,” ujar Lisa.
Harin mengangguk-angguk, menutup mata saat Jungkook merapikan rambut yang jatuh ke hidungnya.
🌷🌷
Sesampainya di rumah, Jungkook segera menunjukkan baju dan sepatu yang ia beli pada istrinya, wanita itu tidak tersenyum, bahkan seperti acuh. Jungkook merasa dirinya menyedihkan, ia ingin wanita itu seperti biasa, rewel karena mengidam sesuatu atau marah-marah saja pada Jungkook karena memotong rambutnya. Jungkook tidak tahan didiamkan.
“Sebesar itu salahku, sayang?”
“Tolong bicara.”
“Aku minta maaf kalau menyakitimu.”
“Aku sedang mencoba untuk berubah, kau tahu itu.”
“Sayang..”
Lisa membaringkan tubuhnya, memunggungi Jungkook yang berlutut di samping ranjang. Saat pria itu pergi dengan menutup pintu, Lisa membalikkan badan, merasa bersalah.
Nana terkejut saat tiba-tiba Jungkook duduk di ruang tamu dan menyalakan televisi dengan volume keras, seolah-olah itu rumahnya sendiri. Nana dapat melihat raut wajah Jungkook yang mengeras, menahan amarah dan sesuatu yang meledak-ledak, tapi Nana mendekat. Menaruh teh di atas meja lalu menepuk bahu menantunya itu.
“Wanita hamil, biasa. Aku juga seperti itu saat mengandung istrimu dulu, sering membuat masalah.”
“Aku mengusahakan diri untuk tidak pergi ke Busan, membeli semua hal yang dia sukai, dan dia tetap marah padaku,” ucap Jungkook menekan remot, mengganti-ganti chanel.
“Kau mungkin belum sepenuhnya tau, tapi wanita memang seperti itu saat hamil, mungkin itu juga ulah bayi dalam perutnya.”
“Aku tidak bisa, Bu. Aku tidak bisa didiamkan seperti ini.”
“Aku mengerti. Jangan dibawa ke hati, dia juga akan menyesal telah mendiamimu. Suami sesempurna ini,” kekeh Nana.
🌷🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
MPB|SEASON2✔
Fanfiction[M] You'll always be mine, Dear. Cover designed by @nmcrsika