Jika saja bisa, Jungkook ingin tetap demam. Setidaknya selama dua minggu, waktu yang cukup singkat, tapi itu sudah cukup, sebab istrinya selalu memberi perhatian lebih disaat-saat seperti itu. Lisa akan memeluknya, mengelus rambutnya sampai tertidur lalu memberi kecupan-kecupan singkat di pipi.
Jungkook senang akan hal itu. Bahkan Harin sering protes karena Lisa kadang lupa untuk mengikat rambutnya dan lebih memilih menidurkan si bayi besar. Wanita itu harus membagi waktu dengan baik, mengurus Harin, mengurus suami, juga menjaga kandungannya yang sudah tidak sabar untuk meledak.
Setelah mengantar Harin ke sekolah, Lisa tergugah saat mendapati diskon mie instan keluaran terbaru di sebuah mini market. Ia menyuruh Jack berhenti lantas masuk ke dalam toko untuk membeli mie instan yang sudah berhasil membuatnya kelaparan. Karena tahu suaminya melarang memakan mie instan, Lisa memilih menyeduh mie tersebut dan langsung menyantapnya di sana. Matanya melebar senang, rasa mie instan memang luar biasa! Selesai dengan cup pertama, ia menyeduh cup baru lalu menyantapnya lagi. Lisa senang bisa merasakan mie instan lagi setelah sekian tahun. Setelah benar-benar puas dengan tiga cup mie, ia segera kembali ke rumah.
Tidak tahu entah mengapa tapi mendadak khawatir terjadi sesuatu pada pria itu. Seolah-olah Jungkook adalah remaja yang tidak bisa mengurus diri sendiri, tapi itu adalah nyatanya. Akhir-akhir ini Jungkook memang selalu mengandalkannya daripada meminta bantuan Riri atau pelayan yang lain. Meski demikian Jungkook tahu kadarnya, ia hanya meminta sesuatu di saat-saat tertentu. Seperti, setelah Lisa makan. Saat wanita itu sudah beristirahat lalu saat Harin sudah mendapat perhatian. Perhatian lebih hanya harus didapat oleh Jungkook. Mengenai Harin, gadis itu tidak rewel, ia hanya akan menggerutu jika Lisa lupa mengikat rambutnya sebelum sekolah.
“Oppa..” Lisa naik ke tempat tidur, memperhatikan wajah Jungkook yang masih damai dalam tidurnya. Tangannya terangkat menyentuh hidung Jungkook, terkekeh karena pria itu merasa terusik. Mata itu kemudian terbuka, tangan-tangan Jungkook segera merengkuhnya, meletakkan kepala di dada wanita itu sembari memejamkan mata yang masih mengantuk.
“Rambutku.” Jika sudah seperti ini, Lisa harus mengelus rambut itu dan biasanya Jungkook akan kembali tertidur. Namun untuk kali ini Jungkook memilih bangun dan mengajaknya bicara.
“Kenapa dia tidak bergerak?” tanya Jungkook menurunkan kepalanya pada perut istrinya.
“Tadi dia bergerak-gerak, mungkin sedang tidur.”
“Kapan dia akan lahir?”
“Dua bulan lagi.”
“Selama itu?”
“Bayinya memerlukan waktu selama sembilan bulan, bukan?”
“Itu benar, aku hampir lupa,” kekeh Jungkook seraya menenggelamkan kepalanya di perut besar itu.
“Oppa sudah merasa baik?”
“Ya. Istriku mengurusku dengan baik.”
Jungkook kemudian mengangkat kepala, mengecup tangan yang mengelus rambutnya lantas beringsut turun dari ranjang.
“Aku harus menemui Seokjin.”
“Iya, katanya Oppa masih meninggalkan banyak barang di Busan.”
Jungkook membalikkan badan. “Kapan kau bertemu dengannya?”
“Dua hari yang lalu. Dia datang ke sini setelah menjemput Harin.”
“Dia datang ke sini? Dan kau tidak memberitahuku? Apa saja yang kalian bicarakan?”
“Tidak banyak, hanya pembicaraan singkat. Saat itu di kamar Harin-”
KAMU SEDANG MEMBACA
MPB|SEASON2✔
Fanfiction[M] You'll always be mine, Dear. Cover designed by @nmcrsika