Sixteen

25K 2.2K 634
                                    


Ternyata Yara tidak sebaik yang Lisa kira. Wanita itu dengan kata-kata kejamnya yang cukup congkak, berharap banyak pada suaminya, berharap dicintai Jungkook, membuat Lisa mengerti bahwa seharusnya ia tidak terlalu naif pada seseorang.

Sorot mata Yara yang mengancam, sudah bisa Lisa artikan bahwa wanita itu bisa saja melakukan sesuatu yang berbahaya, yang sebenarnya tidak pernah Lisa duga sebelumnya.

Lisa masih terpaku di atas kakinya sendiri, begitu Yara semakin terisak tapi juga tetap menantangnya lewat tatapan mata. Jungkook tiba-tiba datang, menariknya mundur, menatap Yara dengan kilat tajam.

“Aku menyuruh pergi karena aku tidak akan pernah memintamu untuk kembali.” Jungkook mengetatkan rahang, bagaimanapun Yara adalah perempuan, ia menahan diri untuk tidak melayangkan tinju.

“Pergi, Yara. Aku sudah mencoba agar tidak ada yang terluka, tapi kau melukai perasaan istriku.”

Yara menatap Jungkook lurus. Pria itu berdiri tinggi menjulang, menyembunyikan tubuh istrinya seolah wanita yang berdiri di belakang itu tidak sedang berada di tempat yang nyaman. Padahal yang mereka hadapi hanya Yara, wanita lemah yang mudah mengeluarkan air mata.

“Bisakah saya mengharapkan Tuan mengantar saya?”

“Untuk terakhir kali, saya hanya menginginkan hal itu, saya mohon,” sambung Yara.

“Tidak. Wanita sepertimu akan semakin berharap ketika satu permintaan terpenuhi.”

Yara tersenyum miris, ia mengusap mata lalu berbalik menemui Jack yang sudah menunggu sejak tadi. Seharusnya memang seperti ini, ia bodoh karena berharap banyak terhadap Jungkook. Padahal semua orangpun tahu bahwa pria itu tidak pernah mengesampingkan istrinya meski demi diri sendiri.

Yara membalikkan tubuh, Lisa menatapnya lurus, kepercayaan yang dulu tersimpan di tatapan wanita itu sudah hilang. Yara tersenyum tipis, setidaknya ia tidak melakukan hal buruk. Ia akan pergi, mungkin—di luar sana ia akan menemukan pria seperti Jungkook. Mungkin saja.

Ketika mobil yang membawa Yara telah pergi, Jungkook melirik istrinya yang masih berdiri gamang. Jungkook memeluk wanita itu, menelusupkan telapak tangan ke rambut yang memanjang. “Aku milikmu.”

🌷🌷

Salsa dan Anna masih menetap di mansion Jungkook selama hampir seminggu, sesekali mereka akan keluar bersama, tanpa Jungkook yang lebih memilih bekerja di kantor. Dan pria itu sebenarnya melarang, tapi dengan mulut tajam Salsa dan dukungan dari Anna, Jungkook tidak punya pilihan lain selain membiarkan saja mereka pergi. Dengan syarat, harus memakai pakaian hangat karena memasuki musim dingin, tidak berlama-lama di luar, tidak mengonsumsi sejenis mie atau minuman soda dan tidak boleh pulang terlambat.

Wanita-wanita itu menurut, dengan artinya hanya agar pria itu cepat-cepat pergi dan mereka bisa bebas melakukan apa saja. Jungkook memang semenyebalkan itu.

“Aku tidak tau, tapi sebaiknya jangan Seokjin,” saran Lisa saat mendengar Salsa menjelaskan bahwa Seokjin pernah mengajaknya berhubungan serius.

“Aku juga sebenarnya tidak ingin, tapi dia terlihat serius.” Salsa menyuapkan potongan kue ke dalam mulut.

“Kata Jungkook, dia sudah beberapa kali menghamili wanita, bahkan ada yang bermasalah sekarang.”

“Bermasalah? Yang bagaimana?”

“Seokjin tidak mengatakan siapa nama wanita itu, dia mabuk saat itu lalu memaksa seorang wanita tidur dengannya.”

“Oh, astaga. Seokjin? Laki-laki yang saat tertawa akan memukul meja itu?” timpal Anna. Salsa dan Lisa mengangguk.

MPB|SEASON2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang