Jungkook tidak tahu pasti mengapa Seokjin meneleponnya sore tadi. Tapi di sinilah ia sekarang, di depan pintu apartemen pria itu. Ia menekan bel, perlu bermenit-menit hingga pintu akhirnya terbuka lebar. Seokjin seolah terkejut, padahal dirinya sendiri yang menelepon.“Masuk.”
Jungkook terkejut saat melihat seorang perempuan tengah merapikan penampilannya. Bukan Claire atau wanita yang pernah diperkenalkan Seokjin. Wanita itu menarik tas kecilnya. Mengambil uang dari atas nakas lalu pergi dari dalam ruangan.
“Pernikahanmu besok, Seokjin. Apa yang kau lakukan dengan wanita itu?"
“Apa lagi?” ucap Seokjin sembari menaikkan bahu.
“Bagaimana dengan Jisoo?”
“Kami menikah besok, apalagi yang dia minta?”
“Kau tidak bersiap-siap? Orangtuamu? Undangan pernikahan kalian, pakaianmu, cincin, kau tidak melakukan sesuatu?”
“Aku membayar orang untuk mengurus semuanya.”
“Tapi itu pernikahanmu.”
“Lalu?”
“Lalu? Kau bertanya lalu? Pernikahan itu bukan main-main!”
“Kau datang ke sini hanya untuk membahas itu?”
“Kau yang meneleponku sialan!”
Seokjin mengerutkan dahi. “Tidak. Mungkin Seoyoung menekannya secara tidak sengaja ketika kami ganti posisi.”
“Sial!” Jungkook mengumpat, ia berdiri hendak pulang tapi Seokjin menahannya.
“Apa lagi? aku menahan diriku karena ingat kau lebih tua dariku Seokjin sialan!”
“Belajar sopan santun, Jungkook!”
“Kenapa aku harus sopan pada orang tidak punya perasaan sepertimu?”
Seokjin memutar bola matanya.
“Baiklah, terserah. Aku hanya ingin mengatakan kalau aku belum mengundang teman-teman kita. Tolong beritahu mereka kalau besok aku akan menikah.”
Jungkook memijit pelipisnya. “Yang menikah itu bukan aku.”
“Jimin tidak bicara padaku.”
“Kenapa?”
“Karena aku menyakiti Jisoo. Sepupu Jisoo berteman dengan Jimin, sepertinya sepupunya itu memberitahu kalau aku menghamili Jisoo.”
“Tidak, aku tidak akan bicara pada Jimin. Kau sendiri yang akan bicara padanya.”
“Jungkook, kumohon..”
“Tidak, Seokjin!”
“Sialan!” Seokjin memeriksa ponselnya, menelepon Jimin dan ditolak ketika tersambung di detik itu juga.
“Lihat? Dia marah padaku.”
Jungkook menarik rambutnya sendiri. Harusnya ia tidak pernah mengenal Seokjin. Masalah pria itu saja harus melibatkan dirinya seperti ini. Ia menarik ponsel dari saku celana, menelepon Jimin demi Seokjin.
“Halo.” Suara lembut Jimin terdengar di telinganya.
“Ada yang ingin bicara denganmu.”
“Seokjin? Aku tidak akan bicara dengannya.”
“Jimin-hyung…”
“Dia sudah bertahun-tahun hidup seperti itu, Jungkook. Aku tidak suka dengan laki-laki yang kasar pada wanita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MPB|SEASON2✔
Fanfiction[M] You'll always be mine, Dear. Cover designed by @nmcrsika