Jeon Jungkook bisa saja lebih kasar daripada ini. Namun, kali ini ia sadar bahwa ternyata yang menjadi korban kekerasannya adalah Yara, pelayan wanita yang ditugaskan Riri untuk menggantikannya. Rasa marah masih menggantung keras di dadanya. Lisa terluka, wanita itu mungkin mencoba menyembunyikan rasa sakitnya, tapi Jungkook tahu. Jungkook tahu itu bukan luka biasa.Dan Yara, yang memiliki luka lebih parah tidak akan selamat jika saja Jungkook lupa pelayan itu adalah wanita. Dan jika saja istrinya tidak melarang untuk lebih melukai pelayan itu dengan beringas.
Kemarahan Jungkook sudah cukup lama terpendam dalam. Tabiat buruknya sebenarnya tidak pernah hilang. Ini hanya karena Lisa, wanita itu benci melihat hal-hal yang bersifat merusak, wanita itu benci hal-hal yang bersifat menyerang.
"Yara, ayo." Melihat Lisa lebih mementingkan Yara dibanding dirinya sendiri, Jungkook mendadak merasa kepalanya ingin pecah.
Mengapa ada wanita seperti itu? mendahulukan orang yang melukainya dibanding lukanya sendiri? Mengapa?!
"Lisa!"
"Berhenti berlebihan Oppa!" Gigi Jungkook bergemelatuk, ia menendang meja hingga Yara harus memejamkan mata karena takut. Setelah Jungkook naik ke atas, kedua wanita itu beranjak menuju ruangan khusus pelayan.
"Nyonya. Tuan-Tuan akan marah kalau Nyonya merawat saya," ujar Yara, membaringkan tubuhnya di ranjang berukuran kecil.
"Tidak apa, dia selalu begitu saat sisi protektifnya keluar." Lisa membuka laci dari meja cokelat setelah Yara menjelaskan bahwa di sana ada kotak obat.
"Saya sangat antusias, seharusnya saya tidak terlalu memaksakan ego saya." Lisa mendesah pelan, tangannya menarik kapas, membersihkan luka Yara. Membuka botol obat merah, Lisa lalu mengusap luka Yara kemudian menempel plester luka.
"Luka Nyonya?"
"Aku akan melakukannya sendiri." Wajah Yara muram, tapi pada akhirnya membiarkan Lisa mengobati lukanya sendiri.
"Lukaku tidak terlalu dalam, jadi aku tidak apa-apa. Pikirkan lukamu, istirahatlah untuk beberapa hari."
"Saya tidak bisa, Nyonya. Riri menugaskan saya untuk membantu Nyonya.
"Jangan keras kepala Yara. Lagipula aku sudah berpengalaman merawat seorang bayi." Yara tersenyum tipis lantas menganggukkan kepala.
"Aku akan kembali. Pastikan dirimu baik-baik saja."
"Terima kasih, Nyonya."
Yara melihat Lisa keluar, senyumnya menipis. Ternyata ia tidak bisa menjadi Lisa-tidak akan pernah bisa, bahkan untuk membayangkannya saja.
Jungkook mendorongnya, melukainya, pria itu tidak memikirkan apa pun selain melampiaskan rasa marahnya. Yara mungkin menyukai Jungkook, bahkan mendamba untuk sekadar melihat pria itu tersenyum padanya. Namun, setelah peristiwa ini, Yara berpikir untuk menanam dalam rasa mendambanya terhadap Jungkook.
Sudah cukup, Lisa terlalu baik untuk ia jahati, Lisa terlalu baik untuk ia tusuk dari belakang.
🌷🌷
Lisa terkekeh saat melihat Jeongsan terlihat senang menarik pakaiannya sendiri. Tangan bayi itu terlihat begitu erat, namun juga rapuh. Ketika Lisa menaruh jari telunjuknya, Jeongsan menggenggamnya dengan erat. Lisa tidak ingin berhenti gemas, tapi saat mendengar suara berat dari arah ranjang, ia tertegun.
"Kemarikan lukamu." Kata-kata itu keluar dengan intonasi datar, begitu juga dengan wajah Jungkook yang tidak menampilkan sebuah ekspresi.
Lisa menarik pelan jarinya dari genggaman Jeongsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPB|SEASON2✔
Fanfic[M] You'll always be mine, Dear. Cover designed by @nmcrsika