“Setelah Riri sembuh, pastikan kau sudah mengepak barang-barangmu. Aku akan membayarmu lebih cepat, tapi jangan muncul lagi di hadapanku.”Jungkook dapat melihat Yara bergeming dengan tubuh menegang, wanita itu meremas seprai dengan kepalan tangan, sementara Jungkook kini tertegun tatkala melihat laci yang terbuka, ia mendekat ke sana, menemukan beberapa lembaran foto yang diambil diam-diam serta kumpulan koran dan majalah yang membahas tentang dirinya pula.
“Kenapa semua ini ada di sini?” Suara berat Jungkook membuat Yara membeku.
“S—saya akan membuangnya, Tuan.”
“Aku bertanya kenapa semua benda ini ada di sini?!” Yara terkesiap, sergahan itu menyebar cepat hingga terdengar ke kamar lain.
Tidak mendapat jawaban dari wanita itu, Jungkook menarik kertas-kertas itu, meremukkan semuanya di kepalan tangan. Ia keluar dari kamar Yara dengan langkah kaki cepat sedangkan beberapa pelayan yang sempat menguping dari sebuah kamar segera menyembunyikan diri, menyayangkan ketidakberdayaan Yara saat itu.
Kamar pelayan yang tadinya sempat terbuka sudah tertutup saat Jungkook keluar dari kamar Yara, keheningan Jungkook dapatkan di setiap langkahnya.
Ia membuka tempat sampah, membuang benda yang sempat dihancurkan dengan kasar. Keberadaan Yara akan berdampak buruk, dan Jungkook tidak perlu bertindak gegabah untuk mengusir wanita itu, apalagi saat tahu istrinya terlalu peduli dengan perasaan orang lain.
Jungkook masuk ke dalam kamar, menemukan istrinya tengah setengah berbaring di ranjang dengan memperhatikan kakinya yang memiliki balutan perban berlebihan, seperti baru saja kecelakaan mobil, Jungkook membuat kaki wanita itu seperti membengkak karena terlalu dibungkus habis.
Jungkook menghela napas, mendekati wanita itu hanya untuk memberi ciuman di pipi. Wanita itu memalingkan wajah, sedikit mundur dengan sisa isakan dari tangis yang ia dapatkan sebelumnya.
“Aku sudah minta maaf pada Yara, aku melakukan yang kau mau.” Meski telah memalingkan wajah, pria itu tidak berhenti memberi kecupan ringan di pipinya.
Jungkook berdiri, memperhatikan Jeongsan yang damai dengan dirinya sendiri. Mengetahui hari akan gelap, Jungkook mendekati istrinya lagi, menawarkan bantuannya agar wanita itu mandi bersamanya.
Karena Lisa hanya diam, Jungkook membuka kemejanya, segera menggendong wanita itu ke kamar mandi dan dibaringkan ke dalam bathup. Lisa tentu saja harus mendapatkan bantuan, apalagi yang bisa ia lakukan selain menurut, membantah pun tidak ada gunanya.
Proses mandi tanpa melibatkan gairah mereka selesaikan dengan cepat. Saat akan membawa Lisa keluar dari kamar, Jungkook terkejut saat melihat Harin berdiri, memperhatikan mereka.
“Princess?” Harin melirik ibunya yang memalingkah wajah, mungkin malu karena digendong seperti anak kecil.
“Mommy dan Daddy mandi bersama?” Jungkook masih berdiri di sana.
“Ya.”
“Kenapa?”
“Ya—karena—kaki Mommy terluka, jadi Daddy harus membantu.” Mata Harin membulat secara berlebihan saat melihat kaki ibunya yang terbungkus habis dengan perban.
“Mommy! Mommy!” Harin melompat-lompat, ingin melihat ibunya yang akhirnya menoleh padanya dengan senyuman tipis.
“Okay, Princess. Tolong jaga Jeongsan sebentar, Mommy perlu berpakaian, Daddy juga.” Harin mengangguk-angguk.
Harin berlari menuju box Jeongsan, merangkak naik untuk melihat adiknya yang menurutnya sangat kecil. Melihat adiknya menutup mata, Harin menusuk-nusuk pelan wajah Jeongsan dengan jemarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPB|SEASON2✔
Fanfiction[M] You'll always be mine, Dear. Cover designed by @nmcrsika