Sudahlah, jangan dipikirkan, mereka hanya usil mengganggumu. Laki-laki seumuran Reyana yang bernama Adley baru saja duduk dibangku sebelahnya. Karena Reyana selalu sendiri kemanapun. Kali ini Adley berniat menemaninya.
Adley cukup populer baik di Sekolah atau di media sosial. Ketampanan serta keramahannya membuatnya banyak dikenal khalayak ramai. Nyatanya Reyana masih punya penyemangat dan pelindung dirinya. Adley akan selalu ada untuknya.
Aku takut ujarnya dengan mulut gemetar. Reyana mencengkram lengan Adley. Dia masih trauma.
Aku ada disini. Tenanglah. Laki-laki itu menepuk pelan tangan Reyana untuk menenangkan.
Adley memang tidak tau barusan apa yang terjadi pada Reyana. Namun dia sangat yakin bahwa anak-anak sekolah menindasnya lagi. Batin Reyana pasti sangat tertekan. Adley takut psikis Reyana terganggu hanya karena ucapan jahat dari mulut kotor mereka.
Baiklah anak-anak. Apa kalian siap dengan sesuatu yang baru minggu ini? Miss Emerly datang membuka percakapan di kelas Bahasa Inggris. Dia berdiri didekat papan tulis. Sebelah tangannya mulai membuka lembaran buku yang dipegangnya.
Miss jangan membuat kami penasaran lebih lama. Ayo tunjukan sesuatu Miss!
Miss selalu ada yang baru setiap minggunya. Kali ini apa ya Miss?
Sorakan anak-anak kelas penasaran. Miss Emerly selalu menarik perhatian murid untuk enjoy setiap jam pelajarannya. Oleh karena itu tidak ada yang ingin membolos saat bersamanya. Dan kini bukan permen, coklat, atau makanan lainnya yang selalu dinanti anak kelas. Melainkan seorang siswi baru.
Silahkan masuk nak. Perintah Miss Emerly diiringi masuknya perempuan beratribut sekolah lengkap kedalam kelas.
Kehebohan tadi tak berakhir disini. Suara kaguman terhadap seorang siswi yang berdiri didepan kelas itu pun pecah. Terutama siswa laki-laki. Mengelunjak seperti cacing kepanasan. Siapapun tidak jenuh menatap kecantikan siswi baru itu.
Ha-halo. Na-nama saya Kintan. Saya anak pindahan. Semoga kalian mau berteman denganku. Siswi itu berkata canggung.
Adley merasakan ada sesuatu yang mengganjil dari siswi tersebut. Sudut mata siswi itu menggeliat ke kiri-kanan secara bergantian. Seolah-olah kelas ini terlihat menyeramkan. Prasangka buruk pun menghantui pikiran Adley.
Dia kenapa?
Salah satu siswa kelas bernama Vero menyahut, Tentu saja banyak yang mau berteman denganmu cantik. Tidak seperti orang gangguan jiwa itu!
Sorak tawa pun keluar dari mulut beberapa anak.
Reyana seketika kembali tertunduk lesu. Dia menyandarkan kepalanya di atas meja. Sebenarnya dengan kedatangan Kintan tadi sudah membuatnya lebih baik. Akan tetapi mendengar perkataan Vero yang menyinggungnya. Hati Reyana teriris untuk kesekian kalinya.
Brakk
AWWHHH!!! Vero menjerit kesakitan. Sekejap badannya berdempet kearah meja.
Adley baru saja mendorong kasar kursi Vero yang duduk di hadapannya. Seketika suasana kelas menjadi hening. Tidak satupun yang berani berbicara. Mereka takut melihat Adley yang emosi ditempat. Adley tidak mengerti pola pikir Vero bagaimana. Sampai-sampai tega lagi menyakiti hati Reyana.
Belajarlah bertutur sebelum kuhajar! Mata Adley terbelalak kepada Vero. Reyana disebelahnya menahan Adley untuk melakukan perlawanan lagi. Dia memegang sebelah tangan Adley.
Bertengkar tidak akan menyelesaikan masalah, ujar Reyana.
Beberapa saat kemudian, Hm. Jangan dianggap serius ya anak-anak. Adley hanya bercanda. Miss Emerly berusaha meredakan suasana. Kintan. Silahkan duduk disebelah Dina. Lanjut Miss Emerly.
Pelajaran dimulai seperti biasa. Tapi kali ini suasananya berbeda. Kintan terus menatap Adley disebelahnya. Ada jarak untuk jalan diantara tempat duduk mereka. Adley menoleh kesamping, tempat Kintan berada. Dan disaat itulah Kintan berpura-pura sibuk. Kintan mengalihkan pandangan ke yang lain.
***
Halo tuan putri! Sapa Adley meletakkan nampannya dimeja. Di hadapannya ada Reyana. Perempuan yang selalu berwajah murung dan sendiri kemanapun. Lihatlah. Seluas itu meja Kantin tidak satupun yang mau menghuninya bersama Reyana. Sakit dipendam, sulit diungkapkan.
Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Memalukan, ujar Reyana.
Bilang saja kamu tidak kuat ku gombal kan? Adley menaik-turunkan alisnya. Adley mulai bersikap jahil.
Reyana tidak bisa menahannya. Dia akhirnya tersenyum lalu memukul kecil dada Adley. Kamu tak bisa membiarkanku sedih sedetik saja!
Jika hidup itu panjang, kenapa tidak diisi dengan kebahagiaan?
Reyana hanya diam. Dia lanjut makan. Tiba-tiba suara seorang perempuan bersemangat meletakkan nampannya dimeja Reyana dan Adley.
Bolehkah aku ikut bergabung? Serunya.
Reyana sempat melirik perempuan itu. Kemudian dia mengalihkan pandangannya. Begitu pun Adley diam tidak membalas. Kintan merasa bahwa kehadirannya menganggu. Ketika dia hendak pergi Reyana menahannya.
Duduklah Kintan. Mungkin dengan ini kita bisa lebih dekat.
Terimakasih. Kintan duduk disamping Reyana. Lesung pipi serta senyuman indah terukir diwajahnya. Lagi-lagi Kintan membuat seisi Kantin heboh akan kehadirannya. Kintan berusaha mengabaikan sorakan orang disekitarnya. Dia tidak punya waktu untuk itu.
Adley. Panggil Reyana disela makannya.
Hm? Adley menoleh.
Kamu percaya kepadaku, kan? Reyana takut. Beribu kali pertanyaan itu dilontarkannya. Dia takut suatu hari Adley malah tidak mempercayainya lagi. Sama seperti teman-teman Reyana sebelumnya. Baik di depan, tapi busuk di belakang. Salah satunya Tasya. Kini dia tengah menatap dongkol Reyana di meja seberang sana.
Reyana, kamu sahabatku. Kemanapun kita selalu bersama. Tidak mungkin aku mendadak berubah pikiran padamu. Adley seketika terperanjat menyadari ucapannya yang ceplas-ceplos. Kini Reyana dan Kintan menatapnya serempak.
Mak-maksudku kita teman kan. Kintan juga, kamu temanku kan? Adley menggaruk tekuknya. Dia panik. Andai saja kata-katanya bisa ditarik lagi, mungkin dia tak semalu ini.
Reyana pun kembali bercerita. Tadi waktu di Toilet, ada sosok yang mengangguku. Wajahnya seram sekali. Karena dia muncul dari luar fentilasi, tubuhnya tidak terlihat. Juga di cermin wastafel ada bercak darah. Tertulis disana
●●●
Ditunggu besok, buat yg penasaran👽
By: Giovanni Sally Endra
Ig: @giovanni2745_
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Alone [ENDING]
Terror[CHAPTER LENGKAP] Tiga remaja yang nekat pun menjalankan misi mereka. Reyana. Adley. Kintan. Masing-masing diantaranya punya kelebihan. Tujuan mereka kini menguak beribu kemunafikan pihak sekolah mereka. Pasalnya dengan kematian seorang teman merek...