Dia Bukan Manusia

82 45 0
                                    

Seorang siswi Adelaar high School telah mengakhiri hidupnya. Mayatnya ditemukan sore menjelang maghrib ini. Penyebab kematiannya belum jelas. Polisi masih melakukan penyelidikan. Diduga, ini tragedi bunuh diri.

"Cih! Percaya saja dengan berita hoax seperti itu!" Reyana mencemooh kepada Talia. Adik perempuannya yang baru saja menunjukkan berita duka tentang sekolah Reyana. Dia barusan membaca artikel berita dihandphone.

Talia tak mau kalah. Dia lebih menyodorkan handphone nya kearah wajah Reyana, "Kakak coba baca lebih teliti lagi! Ini asli kak. Yang meninggal itu siswi juara umum! Bernama-"

Talia belum selesai berkata. Reyana sudah memotong ucapannya. "Kakak lebih tau. Tadi di sekolah aman saja kok. Kamu tidak tau? Banyak yang mengkambing hitamkan sekolah kami di Kota ini. Bisa saja berita itu pandai-pandai orang membuatnya." Jelas Reyana. Dia sangat letih sepulang dari sekolah. Tidak ingin memperpanjang masalah.

Reyana duduk di sofa depan tv disamping Neo. Neo adalah adik laki-lakinya. Usianya 16 tahun. Neo sangat gemar membaca komik. Koleksi komiknya hampir ratusan. Dan kini Neo sedang membaca komik favoritnya. Kemudian mendengar berita dari Talia Neo ikut kepo.

"Apakah benar yang Talia katakan, kak?"

"Mana mungkin kakak percaya kepada anak berumur tiga belas tahun," ujar Reyana. Kemudian dia mengotak-atik remot tv mengganti siaran tv. Akhir tahun ini sangat tidak menyenangkan. Beberapa progam tv kesukaan Reyana sudah tidak tayang lagi. Akhirnya keputusan Reyana adalah masuk ke kamar. Dia sangat jenuh.

"Mama sama papa belum pulang?" Tanya Reyana bangkit dari duduknya. Dia menoleh ke jam yang sudah menunjukkan 21.00 malam.

"Mama dan papa tadi calling. Katanya lembur kak," jawab Neo. Reyana sempat kesal kepada adiknya itu. Ketika berbicara tidak pernah menatap Reyana. Selalu fokus kepada komik yang dipegangnya itu. Bagi Reyana itu tidak sopan.

"Apa sih serunya membaca komik itu?" Tanya Reyana basa-basi. Dengan jahilnya Reyana melepas buku itu dari tangan Neo. Lalu melemparnya ke arah sofa disebelahnya.

Neo pun menggerutu, "Sukai hobi anda tanpa merendahkan hobi saya!" Kemudian Neo menjangkau buku komiknya.

"Sok bijak!" Reyana melipat tangan di dada.

"Dari pada kakak. Kerjaannya menonton video hantu saja. Buang-buang waktu." Sorak Neo saat Reyana sudah berjalan ke kamarnya.

"Bla bla bla." Reyana mengabaikannya.

***

Hujan musim dingin di penghujung tahun mengawali tidur Reyana. Kasur empuk, selimut lembut, bantal yang setia disampingnya. Memang pelarian yang sempurna. Reyana berharap lelahnya dia menjalani hari ini tergantikan dengan tidur dicuaca dingin. Reyana sudah seperti winter bear. Tertidur sangat nyenyak.

Sayangnya saat Reyana mulai memejamkan mata. Tiba-tiba

Tok tok tok

"Siapa?" Reyana menoleh ke pintu disampingnya. Namun sepertinya dia salah. Suara itu berasal dari hadapannya. Tepatnya dari jendela kamar Reyana.

Kenapa ada yang bisa mengetuk jendelanya? Kamarnya terletak dilantai dua. Dan satu-satunya yang tidak punya Balkon di Rumah ini. Reyana menjadi marah. Itu sangat menganggunya.

Merepotkan!

Reyana menyingkirkan selimut yang menghinggapi tubuhnya. Dia turun dari kasur. Berniat untuk mengecek jendela kamarnya. Lama-kelamaan suara ketokan itu semakin kencang. Terasa bunyinya semakin dekat dengan Reyana. Seolah ada yang menantinya disana agar Reyana segera menghampirinya.

Mental Reyana mendadak ciut. Kakinya terseret-seret menuju jendela kamarnya. Sesekali Reyana terkaget-kaget dengan bunyi ketokan itu. Perlahan tangan Reyana meraih tirai jendela berwarna coklat tua. Dia mulai menyibakkan kain itu sambil memejamkan mata. Sangat tidak lucu apabila ada sesuatu dibalik sana mengejutkannya.

Lama Reyana menanti sesuatu. Tidak ada yang terjadi. Akhirnya dia memberanikan diri membuka mata kembali. Suara ketokan itu hilang. Reyana menoleh ke sekitar jendelanya. Tidak ada apa-apa. Yang terlihat hanyalah langit malam gelap gulita. Purnama tidak memancarkan sinarnya. Gelegar petir membelah awan malam. Pohon pinus mengelilingi Rumah Reyana. Daunnya melambai-lambai mengiringi badai. Seolah manyambut malam mencekam.

Kenapa menyeramkan sekali?

Reyana bergidik ngeri. Dia menggelengkan kepala ketika angin malam yang dingin menusuk kulitnya. Ketika Reyana ingin menutup tirai kembali. Dia menoleh ke halaman belakang rumahnya. Alangkah terkejutnya Reyana menemukan seorang perempuan yang tengah menatapnya.

Atribut sekolahnya sama persis dengan Reyana. Wajahnya terlihat pucat. Tidak ada tanda kebahagiaan. Tatapannya kosong. Namun ada hal yang mengganjil darinya. Baju perempuan itu terlihat lusuh. Reyana tidak habis pikir siapa yang basah kuyup menghabiskan waktunya disana. Reyana mencoba mengingat wajah familiar perempuan itu.

Laura!

Ya. Laura lah yang berdiri di tengah hujan sana. Dia adalah teman yang kelasnya bersebelahan dengan Reyana. Ketika Reyana sudah mengenalinya. Laura malah berbalik badan. Lalu berjalan menuju semak belukar di belakang Rumah Reyana.

"LAURA TUNGGU!!!!" Meski Reyana tau bahwa suaranya tidak akan sampai didengar Laura. Namun dia memberi kode agar Laura menunggunya sampai tiba.

Dengan cepat Reyana mengambil jazz hujan miliknya yang terletak di lemari. Ketika keluar kamar Reyana mendapati Talia dibalik pintu ingin masuk ke kamar. Memang kebiasaan Talia tidur bersama Reyana. Dia tidak berani tidur sendiri dikamarnya. Pasalnya takut dengan Hantu yang selalu diceritakan Reyana.

"Kakak mau kemana?" Tanya Talia. Reyana tidak punya waktu sekarang. Dia tidak mengindahkan pertanyaan Talia. Dipikiran Reyana hanya satu. Yaitu Laura. Pasti Laura ingin meminta bantuan kepada Reyana. Karena tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Laura menunggu lama. Pikir Reyana begitu.

"Biarkan Neo menemani kakak!" Tawar Neo yang ikut mengejar Reyana turun dari tangga. Kemudian segera menuju ke pintu belakang.

Sebelum membuka pintu. Reyana berdecak kesal. "Tidakkah terdengar oleh kalian ada tamu? Seberapa sibuknya kalian sehingga bisa lalai?" Mata Reyana mebelalak. Dia tampak marah.

"Tidak ada siapapun di luar kak. Neo sudah mengecek keliling rumah tadi." Ujar Neo.

"Teman kakak kehujanan di luar. Laura!" Bentak Reyana.

"TUNGGU KAK!!!" Talia dengan cepat berlari. Menghalangi tangan Reyana membuka gagang pintu.

"Laura sudah meninggal kak. Mayat laura Jeslyn lah yang ditemukan sore ini. Kematian dialah yang kita bahas tadi."

Sekujur tubuh Reyana lemas. Dengan sekejap dia ambruk ke lantai. Ternyata yang dilihatnya tadi bukanlah Laura. Melainkan Hantu Laura.

Monmaap udah lama ga up:)
By: Giovanni Sally Endra
Ig: @giovanni2745_

Scary Alone [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang