Kebusukan Kintan

17 17 0
                                    

Pagi menjelang siang Reyana, Adley, dan Kintan berkumpul. Reyana sangat senang rumahnya menjadi ramai. Namun dia masih bertanya-tanya kenapa Kintan tidak ingin pergi ke Rumah Veronika untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal tadi Adley sudah mengajak mereka.

"Kamu yakin bisa mengatasinya sendiri? Bukankah kita harus meminta bantuan Veronika lagi? Kali ini arwahnya tidak hanya satu. Melainkan dua," ujar Reyana.

"Benar. Lagian Veronika tidak keberatan jika kita meminta bantuannya lagi," jelas Adley.

"Kalianlah yang akan membantuku. Kita akan mengunjungi alam 'mereka'. Peristiwa ini disebut dengan astral projection. Dimana kalian akan mengunjungi alam mereka diluar kesadaran. Roh dan raga kalian akan terpisah. Namun, jangan dicemaskan. Aku akan mengontrolnya," ujar Kintan.

Sontak Reyana dan Adley kaget. Mereka saling melempar pandangan. Bagi Adley ini terdengar tidak masuk akal. Jangankan bertemu hantu di alam 'mereka'. Sedangkan didatangi dua arwah siswa tadi saja dia tidak berani.

"Ta-tapi kami bukan indigo. Bagaimana cara kami melakukannya?" Adley menggaruk tekuk kebingungan. Tidak Adley saja yang resah. Reyana pun begitu. Rasanya Adley ingin menolak usulan Kintan.

"Kurasa kalian kurang mencari tahu apa itu astral projection. Siapapun bisa melakukannya. Baik indigo maupun tidak. Baik secara langsung ataupun tidak." Pandangan Kintan pun teralihkan. Dia menatap kepingan salju yang menghinggapi jendela Kamar Reyana. Kintan sangat menikmatinya.

"Ba-baiklah. Tapi jika terjadi sesuatu kita harus segera mendatangi Veronika," ujar Reyana.

"Jangan berpikiran negatif dulu. Tuhan berbuat sesuai prasangka hambanya. Jika kamu berprasangka ini gagal. Maka itu akan terjadi, tambah Kintan."

***

Lama menanti langit pun gelap total. Hari sudah malam. Bulan purnama bersinar terang. Keadaan seolah mempersilahkan mereka untuk melakukan aksinya. Benang merah diikat mengelilingi ruangan. Tiga lilin dihidupkan di hadapan Reyana, Adley, dan Kintan. Tepatnya lilin itu berada di tengah ruangan. Lampu dimatikan. Kali ini bukan diary yang menjadi alat komunikasi. Melainkan cermin yang sudah diperciki air suci.

"Kenapa kali ini aku lebih ketakukan?" Reyana menggigil. Dia mengenggam erat tangan Adley.

"Tenanglah. Aku selalu ada disebelahmu. Fokuslah pada tujuan kita. Jangan cemaskan apapun," ujar Adley menenangkan.

"Kalian sudah siap? Ingat! Banyak kemungkinan yang terjadi ketika kalian kembali. Antara diikuti sosok. Tidak bisa balik ke raga kalian. Ataupun tersesat di alam 'mereka' selamanya. Namun jangan dicemaskan. Itu tidak akan terjadi. Karena aku disini," ujar Kintan.

"Baiklah langsung saja kita mulai. Aku yang akan pertama kesana," pinta Adley.

"Tidak! Reyana yang pertama. Hanya dia yang bisa menjadi pembuka gerbang komunikasi. Karena Reyana lebih peka dibandingmu Adley," sarkas Kintan.

Keputusan Kintan membuat Reyana semakin takut. Dia menahan mulutnya untuk berkata. Tapi Adley langsung menolaknya.

"Konyol sekali! Kamu ingin membahayakan Reyana? Apa maksudmu hah?!" Teriak Adley.

Spontan Kintan menundukkan kepalanya. Dia bungkam. Lagi-lagi Kintan merasa bersalah. Melihat ini Reyana tidak tega. Dia mencubit kecil perut Adley. Kemudian mendekati Kintan.

"Maafkan Adley, Kintan. Itu memang kebiasaannya. Jangan bersedih lagi ya. Ayo kita mulai pemanggilan arwahnya."

Suasana hati Kintan kembali membaik. Reyana memang sangat mengerti dirinya. Dia selalu ada disaat Kintan kesulitan. Reyana bagai penyelamat hidupnya. Tidak pernah berhenti menyemangati Kintan. Kintan sangat berterimakasih pada Reyana.

"Baiklah Reyana. Aku akan menutup matamu. Kosongkan pikiranmu. Jangan tertekan ataupun cemas. Jika terjadi sesuatu akan membangunkanmu,"ujar Kintan.

Perlahan kedua tangan Kintan menutup mata Reyana. Dia mulai membaca beberapa kalimat. Reyana pun mengikuti Kintan. 1 2 3 Reyana sudah berada di lain alam.

Keadaan benar-benar hening. Bahkan angin badai pun tidak terdengar lagi. Kesunyian memecahkan awan malam. Adley diam menunggu Kintan. Beberapa saat kemudian dia mulai jenuh. Dia melihat purnama bersinar terang. Meski begitu suasana hati Adley semakin suram. Dia rusuh tak kuruan. Apa yang terjadi dengan Reyana di alam sana?

"Apakah sekarang giliranku?" Tanya Adley pada Kintan.

"Belum Adley. Aku harus mengantar Reyana sampai tujuan dulu."

"Ooohhh."

Mana mungkin aku melepas lelaki setampanmu Adley. Aku tidak ingin kau terluka. Aku menyukaimu. Tetaplah disisiku. Lupakan wanita itu.

By: Giovanni Sally Endra

Ig: @giovanni2745_

Scary Alone [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang