Adley mengeluarkan kamera digital dari dalam rompinya. Reyana membelakkan mata dibuatnya. Bagaimana tidak. Ternyata Adley diam-diam membawa barang elektronik ke sekolah. Meski sekolah mereka elite. Namun yang namanya peraturan harus ditaati. Tidak boleh membawa barang elektronik apapun. Seperti apa rupanya. Macamnya. Tidak boleh.
"Adley! Segera simpan kameranya jika tidak ingin ketahuan!" Tegur Reyana panik.
"Jika sampai terjadi apa-apa pada kameramu aku tak akan ikut campur. Jujur saja, isi kantungku hanyalah receh." Kintan memberanikan diri berbicara. Melihat merek branded kamera itu, membuat jiwa kemiskinannya meronta-ronta.
Adley terkekeh. Dia sama sekali tidak mengindahkan teguran Reyana dan Kintan. "Andaikan kamera ini disita, bukanlah hal yang sulit. Cukup letakkan beberapa lembar uang ke dalam saku guru itu. Maka masalah selesai."
Reyana tidak setuju dengan Adley. Dia segera membekap mulut Adley dengan tangannya. Sebelum Adley membocorkan sebuah rahasia kepada Kintan. "Adley! Jangan sembarang berbicara!"
Bagi Kintan pemandangan ini tidak pernah dirasakannya. Terasa damai sekali. Angin sepoi-sepoi Atap seolah berbisik kepada Kintan. Kebahagiaan telah datang. Walaupun bukan Kintan yang mengalaminya. Namun entah kenapa Kintan terharu dibuatnya. Meski hanya sebentar. Itu sangat berarti dari pengelaman Kintan sebelumnya.
Sudah lebih lima kali Kintan pindah sekolah. Dia berharap tahun terakhir bersekolah adalah sekolah terakhir yang dipindahinya. Adelaar High School. Tidak hanya terganggu dengan hantu. Kintan juga sangat tertekan dengan penolakan keras orang sekitar terhadap indigonya. Mama Kintan selalu mencarikan perawatan medis untuk Kintan. Dia menganggap anaknya berhalusianasi.
Namun, nyatanya tidak. Ini bukan berhubungan dengan logis ataupun medis. Ini tentang spiritual. Tentang kemampuan Kintan yang bukan hanya bisa melihat mereka saja. Kintan bisa berinteraksi dengan bahasa mereka. Bisa mendapat gambaran tentang kehidupan mereka sebelum meninggal. Juga bisa mengunjungi alam mereka dibatas kesadaran. Jika dikatakan bakat. Entahlah. Kintan pun menyesal memilikinya.
"Hm." Adley berdeham. Tangan Reyana masih menempel dimulutnya. Suasana canggung diantara mereka berlangsung sekitar satu menitan.
Reyana mundur. Dia menjauhkan tubuhnya dari Adley. Apa yang Reyana lakukan? Sungguh memalukan. Dia tidak sadar bahwa ada orang lain disini. Tolong jangan merusak mood ku Adley! Reyana berubah ketus.
Adley menyungging senyum. Dia tampak senang Reyana memperlakukanya tadi. Sementara itu Kintan tidak bersuara lagi. Dia lebih fokus kepada sosok yang berlalu-lalang menghampiri mereka di Gedung Khusus Komputer. Tidak satupun beraura positif. Memang tempat ini terkutuk dihuni sosok beraura negatif. Yang menyimpan dendam semasa hidupnya.
"Hei coba lihat kemari!" Adley berseru. Nafasnya memburu. Dia gemetaran memegang kameranya.
"Ada apa?" Reyana dan Kintan penasaran. Mereka berjalan mendekati Adley.
"Lihat ini! Ada sesuatu di belakangku!" Didalam foto Adley ada yang ikut hadir. Awalnya tidak terlihat jelas. Tapi setelah Adley zoom. Sosok itu sangat jelas. Apalagi dimana Kintan yang indigo.
Ada Hantu Perempuan menyusup tepat di belakang Adley. Peristiwa ini biasa disebut dengan ghost appearance. Penampakkan hantu. Berfoto disembarang tempat dapat mengundang kehadiran makhluk halus. Rompi sekolah abu-abu. Rok selutut bermotif kotak-kotak. Atributnya lengkap dengan dipakai Kintan. Walaupun hanya sekedar di foto. Entah kenapa Kintan merasakan kehadiran Hantu Perempuan disekitarnya.
Tidak sengaja Kintan menegakkan kepala. Pandangannya bertemu dengan Hantu Perempuan. Persis dengan difoto Adley. Bentuk nyatanya lebih menyeramkan. Terdapat bekas tusukan didada kirinya. Darah segar mengalir dari sana. Wajah pucat mengeluarkan senyuman hambar. Tidak ada pertanda aura positif. Matanya perlahan berwarna merah penuh. Padahal tadinya terlihat normal seperti manusia.
Lama Kintan bertatapan dengan sosok itu. Dadanya terasa sesak. Seperti ada yang menekannya. Pikirannya kalang kabut. Kintan benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya.
"PERGI KAMUU!!!" Teriak Kintan lantang. Matanya terpejam. Kintan menutup kedua telinganya. Hantu itu kemudian semakin berulah. Dia tertawa melengking memekakkan telinga. Tentu Reyana dan Adley tidak bisa melihat ataupun mendengar suara hantu tersebut. Lagi-lagi mereka berdua kebingungan akan kelakuan aneh Kintan.
Kadang memang seperti itu. Ini hanya sekedar saran. Jika kamu melihat hantu jangan ambil panik. Hantu dulunya juga manusia. Mereka hanya tersesat. Tidak menemukan jalan pulang. Semakin ketakutan kamu. Maka semakin besar energi mereka menganggu. Bahkan menyerangmu. Apalagi ketika sendiri. Jangan pernah merasakan 'Scary Alone'. Itu bahaya.
***
Heyyo!!! Semangat buat yg sklh onlen. Aku padamu wahai my readers:)
By: Giovanni Sally Endra
Ig: @giovanni2745_
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Alone [ENDING]
Terror[CHAPTER LENGKAP] Tiga remaja yang nekat pun menjalankan misi mereka. Reyana. Adley. Kintan. Masing-masing diantaranya punya kelebihan. Tujuan mereka kini menguak beribu kemunafikan pihak sekolah mereka. Pasalnya dengan kematian seorang teman merek...