Tatapan Menghinoptis

37 31 0
                                    

Dua hari berlalu cepat semenjak kematian Laura. Siswa-siswi Adelaar high School kini berkumpul di Lapangan. Gunanya untuk mengadakan upacara mengenang arwah Laura Jeslyn. Foto Laura serta karangan bunga terpampang di hadapan semua orang.

Cuaca sangat mendukung. Matahari tidak terlalu terik siang ini. Sebentar lagi musim dingin akan menyambut hujan salju di Kota Granada. Pihak Adelaar High School sudah merencanakan outbound di Puncak Gunung Sierra Nevada. Namun karena sekolah sedang dilanda duka. Semua rencana untuk mengakhiri tahun ini gagal. Kecuali Acara mengenang kematian Laura.

Keadaan benar-benar hening. Semuanya diam. Saling berdoa didalam hati. Juga menutup mata agar doanya tulus didengar Sang Kuasa. Reyana membuka matanya. Dia melihat ke sekeliling. Semuanya baik-baik saja. Malahan tangisan tidak terdengar lagi, seperti acara pembukaan tadi. Namun, Reyana tetap merasa risih. Hatinya tidak nyaman.

"Tetaplah ditempat. Jangan beranjak. Bahaya." Kintan bersuara. Meski matanya terpejam Kintan mengetahui gerak-gerik Reyana.

"Perasaanku tidak enak." Balas Reyana.

"Itu karena Hantu Laura tengah memperhatikan kita," ujar Kintan.

Awalnya Reyana tidak paham. Beberapa saat kemudian matanya menerawang keatas. Dia memperhatikan keadaan sekitar lebih leluasa. Awan mendung pun mempertemukan pandangan Reyana dengan sosok. Hantu Laura kini berdiri diujung atap Sekolah. Menyadari Reyana tau akan kehadirannya. Hantu Laura tidak segan-segan menganggu Reyana. Tawa melengking khas nya pun terdengar. Seolah memenuhi telinga Reyana.

Reyana ingin berteriak. Namun dengan cepat dia menutup mulut menggunakan kedua tangannya. Reyana sadar ada banyak orang disekitarnya. Tidak akan ada yang percaya padanya jika dia memberitahu keberadaan Hantu Laura. Kecuali Kintan, yang indigo. Perlahan Hantu Laura terbang. Melayang mengelilingi banyak orang di Lapangan. Penglihatan Reyana terus mengikuti kemana arah Hantu itu pergi.

Sedetikpun Reyana tidak bisa mengalihkan pandangannya dari hantu itu. Rambut Hantu Laura mengembang. Baju dibagian dadanya lusuh bersimbah darah. Reyana mulai berpikir. Sesuai yang diberitakan Laura meninggal karena menggantung dirinya. Namun kenapa dadanya seperti tertusuk?

Banyak hal yang mengganjil dari kematian Laura.

"Sudah kubilang, jangan diacuhkan." Kintan menutup kedua mata Reyana. Kini Hantu Laura serta suara tawa melengking nya menghilang seketika.

***

"Kamu sudah sadar?" Suara khas Adley berbisik di telinga Reyana. Perempuan itu terbujur lemas diatas kasur pasien. Keadaan UKS begitu sepi. Tidak ada yang mau menengok kesana karena ada Reyana. Kecuali Adley dan Kintan yang setia berada didekatnya.

"Apa yang terjadi?" Reyana bersuara serak. Ini menandakan kondisinya tidak baik-baik saja.

"Kamu pingsan saat upacara mengenang Laura tadi." Jawab Adley.

"Maaf." Kintan merunduk. Dia tidak berani menatap Reyana di hadapannya. Meski kursi yang diduduki Kintan berada disebelah kasur Reyana.

"Untuk apa kamu meminta maaf? Atau jangan-jangan kamu penyebab semuanya?" Adley menaikkan nada bicaranya. Hal yang dikhawatirkan Adley pun terjadi. Dia selalu berprasangka kedatangan Kintan pembawa sial ke kehidupan Reyana.

"Jangan membentaknya." Reyana menahan tangan Adley. Memang laki-laki itu selalu membawa emosi.

"Iya ini semua salahku! Aku memang keliru! Seharusnya aku tidak membiarkan Reyana membalas tatapan Hantu Laura tadi. Seharusnya aku lebih dulu bertindak sebelum Hantu Laura menghinoptis Reyana," usai mengatakan itu Kintan menggeser kursinya. Kemudian bangkit dari duduknya lalu meninggalkan UKS.

"KINTAN!!!" Reyana yang ingin mencegah Kintan pergi dihalang Adley.

"Kamu belum sehat total."

"Basa-basi!!!" Reyana menepis tangan Adley kasar. Sebelum terlambat, dia segera menyusul Kintan.

Sulit menjadi Kintan. Setiap tujuan dari perbuatannya selalu melenceng dari prasangka orang lain padanya. Sebenarnya Kintan sengaja menutup mata Reyana waktu itu. Dia berniat menghalangi Hantu Laura yang hendak menghipnotis Reyana. Namun apa daya. Kitan terlambat. Semua sudah terjadi. Rasa bersalah kini menghantui Kintan. Dia benar-benar kehilangan arah.

●●●

Selamat malam readers! Jangan lupa istirahat, halu juga butuh energi:)

By: Giovanni Sally Endra
Ig: @giovanni2745_

Scary Alone [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang