part 10 (REVISI)

826 78 1
                                    


Double Lord Devil

Hari demi hari telah berlalu, Amora sudah dapat menerima kepergian sahabatnya dan berusaha menerima kenyataan pahit jika sahabatnya merupakan pelaku dibalik kematian orangtua Xavier.

Rasa jenuh menghampirinya setelah kepergian sahabatnya. Ia kesepian dan membutuhkan sosok yang dapat menguatkan dirinya.

Amora merebahkan tubuhnya ke atas ranjang lalu berkata, "apa yang akan aku lakukan, sungguh membosankan disini!" ucap Amora dengan frustasi.

Hingga sebuah ide muncul dibenaknya. "Apa sebaiknya aku pergi ke danau ... kedengarannya menarik."

Amora bergegas pergi ke danau. Sesampainya di sana, ia melihat pria berperawakan atletis dengan dada bidang yang membuatnya tampak berwibawa, bahunya yang lebar membuat siapa saja yang melihat akan terkesima.

Kemudian Amora berjalan mendekati pria tersebut.

"Hey, lord Xavier!" sapa Amora

Xavier hanya sekilas melirik kearahnya. Ia kembali menatap danau, manik matanya terlihat sangat waspada. Ia merasa ada seseorang yang berada di dalam danau.

Air di dalam danau memunculkan gelembung-gelembung kecil lalu Xavier memutuskan untuk berjalan mendekati danau. Tangan kanannya siap siaga memegang pedang.

Amora yang mendapati aktivitas mencurigakan di dalam danau membuatnya bertanya kepada pria yang sedang memegang pedang tersebut.

"Ada apa?" tanya Amora.

"Diamlah!" Xavier membalas pertanyaannya dengan nada dingin.

Tak lama kemudian, muncullah seseorang dari dasar danau-membuat Amora membelalakkan matanya.

Terlihat seorang pria yang mengenakan baju zirah dengan tubuh yang basah kuyup karena terendam air danau. Pria tersebut terkejut ketika sebuah pedang hampir saja menebas kepalanya.

"Kau ... untung saja pedangku ini tidak memenggal kepalamu." Xavier menurunkan pedangnya lalu memasukkannya ke tempat semula.

"Xavier!" panggilnya sembari keluar dari dasar danau.

Pria itu memeluk Xavier lalu berkata, "aku sangat merindukanmu!"

"Apa yang kau lakukan di wilayahku." Xavier melepaskan tubuhnya dari pelukan Arland.

"Aku sedang mencari pemberontak yang melarikan diri dari Jerman," ucap Arland.

"Lalu, kenapa kau bisa berada di dalam danau?" Xavier menatap tajam ke arah Arland.

"Ada panah yang melesat ke arahku, aku mencoba menghindarinya tapi malah aku terjatuh ke danau dan kuda milikku lari begitu saja." Ucapnya.

"Hey kalian! Terlalu asik berbincang hingga mengabaikan ku," kata Amora kesal.

Xavier dan Arland menoleh ke arahnya.

"Apa!" sentak Amora.

Kemudian mereka bertiga duduk didekat danau. Sesekali Arland mengajak Amora untuk berkenalan sedangkan Xavier menatap tajam ke arah mereka berdua.

Arland dan Amora baru saja bertemu. Namun, mereka berdua seperti sudah lama kenal. Sifatnya yang hangat membuat Arland lebih mudah untuk bergaul dengan seseorang.

Arland merupakan sosok laki-laki yang humoris, namun tetap berwibawa. Wajahnya yang tampan membuat siapapun mengaguminya. Namun ingat, Xavier jauh lebih tampan dibandingkan Arland.

Keheningan menyelimuti disekitar mereka dan membuat gadis cantik itu memilih untuk memecah keheningan disekitarnya, ia merasa gugup untuk memulai perbincangan pada pria yang duduk disebelahnya.

"Sepertinya, kau sudah mengenal lord Xavier?" tanya Amora.

Arland menganggukkan kepalanya lalu berkata, "ia teman masa kecilku, kami sering berlatih bersama saat berada di Swiss!"

"Lalu, sedari kecil apakah tampangnya seperti itu!" ketus Amora.

"Tentu, dia sangat tampan bukan?" kekeh Arland.

"Bukan itu, maksudku sedari kecil tampangnya apakah seperti es kutub. Lihatlah, wajahnya tanpa ekspresi sama sekali," tukas Amora.

Xavier yang mendengar perkataan sinis tersebut segera melirik sekilas ke arah pemilik sumber suara. Ia menatap dua insan yang sedang asik membicarakannya hingga sebuah tatapan mengintimidasi melayang ke arah mereka.

"Sedari kecil ia memang seperti itu, tapi dia akan menjadi manja ketika berada di dekat ibunya." Arland menjelaskan dengan senyuman yang masih terukir jelas diwajahnya.

Kemudian Xavier berjalan mendekati Amora dan Arland. "Sudah puas membicarakan ku!"

Mendengar perkataan Xavier membuat Arland menahan tawanya sedangkan Amora melirik tajam ke arah Arland.

"Apa," kata Arland yang masih menahan tawanya.

"Amora! Awasss!"

Xavier segera menarik tubuh Amora kedalam pelukannya. Ia berusaha melindungi Amora dari anak panah yang melesat ke arahnya.

Arland tersentak mendengar teriakan Xavier. "Xav!" teriaknya.

Jlebbb!

Tiba-tiba, bahu Xavier terkena anak panah yang melesat. Darah mulai mengalir-membuat Amora semakin panik. Sedangkan Arland, matanya menatap waspada sekitarnya. Pedang yang sedari tadi ia simpan rapi kini telah siap siaga untuk menyerang musuh.

"Xavier, sepertinya ada yang sedang mengawasi kita!" sergah Arland.

Xavier berdiri tanpa menghiraukan luka yang ada dibahu kanannya. Ia mengambil pedangnya.

"Amora, tetap dibelakangku!" kata Xavier.

Amora hanya membalas anggukan kecil lalu matanya menatap nanar luka Xavier. Ia tidak menyangka jika pria yang berdiri di depannya telah menyelamatkannya. Tanpa disadari air matanya menetes, ia merasa berhutang budi kepada pria tersebut.

"Lihatlah ke arah jam 12!" kata Arland.

"Sepertinya, itu pemberontak yang kau cari," kekeh Xavier.

"Lebih baik begitu! Aku tidak usah repot-repot mencari mereka," sergah Arland.

"Kita lakukan sama seperti dulu!" ucap Xavier yang dibalas anggukan oleh Arland.

Xavier dan Arland merupakan dua raja yang tangguh. Mereka bersahabat sedari kecil, setiap hari mereka berdua menghabiskan waktu untuk berlatih dan berburu. Mereka adalah 'lord devil' seorang raja dengan kecepatan membunuh musuh dengan sekali tebas. Mereka tangguh dan bahkan sampai sekarang belum ada yang dapat mengalahkan mereka berdua.

Kekuasaan dan kekuatan mereka tiada tara hingga musuh sebanyak apapun dapat mereka taklukkan. 'Double Lord Devil' banyak yang menyebut mereka dengan sebutan itu. Namun, yang membedakan diantara keduanya adalah kepribadian mereka.

Xavier memiliki kepribadian kejam dan raut wajahnya yang dingin sedangkan Arland memiliki kepribadian yang hangat dan humoris. Namun, jangan pernah membuatnya marah, jika Arland marah mungkin kalian tahu sendiri apa yang akan dilakukannya.

Keduanya merupakan sahabat yang saling melengkapi. Sekejam apapun Xavier, dulu dia merupakan sosok pria yang memiliki kepribadian hangat. Namun, sekarang semuanya telah berubah.

TBC-

Don't forget vomment, jangan malu-malu untuk memberi saran dan kritikan kalian di kolom komentar 🤗
Cerita ini masih dalam tahap revisi, jadi saran kalian sangat bermanfaat untuk tahap ini.

LORD DEVIL : the rising of the king's heart✓ (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang