part 35 - end

1K 25 0
                                    

Rasa terkejut tidak dapat terelakkan lagi. Amora membelalakkan matanya ketika melihat sosok wanita yang berjalan di atas air. Suasana disekitarnya semakin menakutkan karena tiada satupun cahaya yang menerangi, kecuali cahaya biru safir yang mengelilingi tubuh wanita tersebut.

Hembusan angin semakin kencang seiring langkah kaki wanita itu. Hawa dingin menusuk kulit hingga membuat sekujur tubuh Amora menggigil.

Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dan membuat sekelilingnya hening seketika. Ia mengedarkan pandangannya dan berhenti ketika melihat raut wajah Xavier yang berubah sendu.

"Xav!" lirih Amora yang semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada Xavier.

"Ibu!" ucap Xavier.

Mendengar ucapan Xavier, membuatnya kembali melihat wanita tersebut. "Ibu?" tanya Amora dalam hati.

Wanita itu semakin mendekat. Dia menatap sendu ke arah Xavier. Seiring mendekatnya wanita itu, tiba-tiba angin kembali berhembus kencang. Sontak membuat Xavier memeluk Amora.

"Apa yang terjadi?" tanya Amora.

"Aku tidak tahu," jawab Xavier yang semakin mengeratkan pelukannya.

Selang beberapa menit, hembusan angin kembali normal. Terdengar suara yang begitu lembut memanggil nama mereka berdua.

"Amora! Xavier!"

Wanita itu tersenyum lalu berkata, "Amora, terimakasih, aku sangat bahagia melihat Xavier menikah denganmu."

Kemudian, wanita itu menatap sendu ke arah Xavier. "Nak, lupakan yang telah berlalu, hilangkan rasa dendam untuknya!" pintanya.

Tiba-tiba muncul cahaya biru safir yang mengelilingi danau. Cahaya itu berhenti dan berubah menjadi seorang gadis yang berpengaruh dalam hidup Amora dan Xavier.

Dia adalah Sisilia Joy, sahabat Amora sekaligus orang yang sangat dibenci Xavier. Jiwanya diizinkan keluar untuk menyampaikan pesan perpisahan melalui danau Arwah.

Melihat gadis itu, membuat Xavier memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin melihat orang yang telah membunuh kedua orangtuanya. Sedangkan Amora, ia menatap tak percaya kejadian yang terjadi di depannya.

Sisilia tersenyum kecil lalu berkata, "aku merindukanmu, Tuan Putri."

"Ini tidak mungkin!" pekik Amora.

"Sisilia, kau ...," ucap Amora tak percaya.

Di sisi lain, tatapan Xavier menatap tajam ke arah Sisilia. Amarah serta kebenciannya masih tertanam di dalam hati. "Apa maumu?" teriak Xavier.

"Aku ingin menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan," ujar Sisilia.

"Cihhh! Munafik!" umpat Xavier.

Xavier memejamkan matanya. "Pergilah! Jangan pernah kembali, jiwamu tidak diperkenankan untuk hadir dihadapan ku," ujarnya.

Melihat emosi pria yang berada disampingnya membuat Amora tersentak. Tangannya terangkat untuk mengusap lembut bahu Xavier. "Tenanglah," lirih Amora.

"Bagaimana aku bisa tenang ketika melihat perempuan itu," lirih Xavier yang mencoba menetralkan emosinya.

"Xav!" panggil ibu Xavier.

"Ibu telah memaafkannya, untuk itu kau-"

"Memaafkannya juga!" sambung Xavier.

"Itu tidak mungkin, apa ibu lupa jika dia yang telah membunuh ibu," ucap Xavier.

"Xav, dia telah menyesal," bela ibunya.

"Menyesal ketika dirinya sudah tiada," sinis Xavier.

Sisilia termenung mendengar perdebatan mereka. Jiwanya merasa bersalah dan sangat menyesal akan perbuatan doa yang telah dilakukannya.

LORD DEVIL : the rising of the king's heart✓ (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang