part 9 (REVISI)

841 84 1
                                    

Aku hanya butuh ketenangan untuk membuat hati ini kuat



Pikiran Amora sangat kacau semenjak kejadian tragis menimpa kehidupannya. Semalam ia tidak bisa tidur sama sekali hingga membuat kelopak matanya menghitam seperti panda. Dengan wajah menatap sendu ke arah jendela, ia menantikan kehadiran mentari yang akan menyinari hatinya.

Pagi telah tiba dan membuatnya bersorak bahagia lalu sebuah ide muncul dibenaknya. "Aku harus pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri."

Amora memutuskan untuk pergi ke danau yang biasa dikunjunginya dan Tentu saja dengan cara menyelinap keluar.

"Aku harus bergegas sebelum ada yang melihatku!" ucapnya sembari melihat jendela kamarnya.

Tak membutuhkan waktu lama, ia sudah berhasil keluar dari kerajaan. Bersama dengan kudanya, ia pergi dengan sejuta rasa gundah. Tangannya terulur menyapu angin pagi yang menerpa wajahnya hingga seyuman terukir jelas ketika dirinya melihat danau kesukaannya.

Sesampainya di danau, ia duduk dengan menekuk lututnya. Manik matanya memandangi angsa hutan yang sedang menari mengitari tepi danau. sesekali senyum kecil terbit diwajahnya ketika melihat aktivitas angsa tersebut. Namun, hal itu tak berselang lama. Air bening kembali menetes membasahi wajah cantiknya. Hatinya terasa sakit karena merasa telah dibohongi oleh sahabatnya. Namun disisi lain, ia merasa kehilangan.

pikirannya terlalu kalut hingga membuatnya tidak menyadari akan kehadiran seseorang. Tiba-tiba suara daheman seseorang berhasil membuyarkan lamunannya.

"Ahemmm, sedang apa kau disini."

Amora hanya mendongakkan kepalanya ketika mendengar daheman seseorang. kemudian, ia menenggelamkan kembali kepalanya dengan tangan yang masih setia memeluk lututnya.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Amora dengan nada yang begitu pelan namun masih dapat didengar.

"Jawab dulu pertanyaanku, kenapa malah bertanya balik." Xavier yang sedang berdiri kemudian melipat kedua tangannya ke dada bidangnya. Tatapannya yang tajam membuat Amora mengalah. Ia tidak mood untuk memulai perdebatan dengan Xavier.

"Aku sedang menenangkan pikiranku," kata Amora.

Amora menghela nafasnya. "Aku sudah tahu siapa yang telah meracuni orang tuamu!"

Xavier menanggapinya dengan santai karena ia sudah mengetahui siapa yang membunuh orangtuanya.

"Aku tidak menyangka ... ternyata sahabatku sendiri yang membunuh orangtuamu-mirisnya ia sudah tiada," kata Amora dengan nada sedih.

"Aku sudah tahu!" ucap Xavier dengan santainya.

"Lalu, kenapa kau tidak memberitahu sejak awal?" tanya Amora dengan nafas memburu.

"Sebenarnya awal kedatanganku ke Swedia adalah untuk membongkar kejahatannya-membunuhnya dengan pedangku sendiri ... aku mengurungkan niatku setelah melihat sikapnya terhadapmu. Aku memutuskan agar kau harus mengetahui kebenarannya sebelum aku membunuhnya!" jelas Xavier dengan santai.

"Sekarang kau tak perlu repot-repot lagi untuk membunuhnya, lagipula dia sudah tiada," lirih Amora.

"Itu lebih baik, aku tak perlu mengotori pedangku dengan darah gadis itu!" jawabannya dengan dingin.

Xavier membaringkan tubuhnya di hamparan rumput lalu memejamkan mata. Ia terlihat menikmati hembusan angin yang berlalu lalang.

Amora yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya segera menoleh ke arah Xavier yang tiba-tiba membaringkan tubuhnya di hamparan rumput.

"Apa kau lelah?" tanya Amora.

Xavier menganggukkan kepalanya dan membuatnya tersenyum karena melihat tingkah Xavier. Ia seperti bayi besar yang sangat kelelahan.

"Hey! Kenapa kau tersenyum seperti itu ... kau seperti sedang meremehkanku!" ketus Xavier.

"Tentu saja, ternyata kau bisa kelelahan, hahaha!" tawa Amora yang dibalas tatapan tajam oleh Xavier.

"Aku manusia, setiap manusia pasti pernah merasakannya!" ketus Xavier yang kembali memejamkan matanya.

"Aku mengira jika kau robot pembunuh," ejek Amora.

"Ku harap itu memang benar." Kemudian Xavier melirik tajam ke arah gadis yang duduk disampingnya.

"Apa!" sahut Amora ketika melihat tatapan tajam Xavier yang mengarah pada dirinya.

"Jika yang kau katakan benar, orang yang pertama kali aku bunuh adalah kau." Xavier tersenyum kecil.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu," kekeh Amora.

Langit mulai berubah menjadi gelap dan menandakan malam akan segera tiba. Amora memutuskan untuk pulang ke kerajaan.

"Terimakasih," kata Amora dengan senyuman.

"Untuk apa?" tanya Xavier yang masih mempertahankan sikapnya yang arogan.

"Karena kau telah menemaniku." Kata Amora yang dibalas anggukan kecil oleh Xavier.

Saat Amora akan berdiri, ia tidak sengaja menginjak gaunnya sehingga membuatnya hampir terjatuh ke danau. Keselamatan berpihak kepadanya, Xavier dengan cepat meraih pinggang ramping Amora.

Kedua mata mereka saling bertemu bahkan hidung mancung Xavier sempat menyentuh hidung miliki Amora. Jarak mereka yang begitu dekat hingga membuat jantung Amora berdetak tidak karuan.

Xavier mendekatkan wajahnya dan membuat gadis yang berada di dalam rengkuhannya memejamkan matanya.

"Cepatlah berdiri! Kau membuat tanganku pegal," bisik Xavier dengan senyuman penuh arti.

Kemudian Amora segera memposisikan tubuhnya dengan benar. Ia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang merah merona.

"Aku pikir kau akan menciumku!" kata Amora kesal

"Hah, yang benar saja. Aku menciummu itu sangatlah mustahil!" kekeh Xavier.

Untuk mengatasi rasa malu, Amora memilih untuk segera meninggalkan Xavier. Ia tidak ingin jika pipinya semakin merona.

Xavier menatap punggung Amora yang semakin menjauh dari pandangannya. Tanpa disadari ia menggumamkan sesuatu.

"Gadis yang menarik!" gumam Xavier.

Ternyata diam-diam Xavier menikmati kebersamaanya dengan Amora. Ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini setelah ibunya tiada. Ia merasa jika kebahagiaannya sudah ada didepan mata.

"Aku tidak akan melepaskanmu ... aku akan membuatmu menjadi milikku seoarang." Xavier memejamkan matanya lalu kembali menatap punggung Amora yang sudah hilang dari pandangannya.

"Amora, your my destiny!" ucapnya.



TBC-

Note: cerita ini mengalami perubahan judul yang semula LORD DEVIL menjadi LORD DEVIL : the rising of the king's heart

Jika kalian menyukai cerita ini silahkan pertimbangan untuk menekan tombol bintang di pojok kiri bawah.

LORD DEVIL : the rising of the king's heart✓ (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang