part 13 (REVISI)

701 59 0
                                    

Happy reading

"Tapi jika untukmu, aku dengan senang hati melakukannya. Ingat!!! Hanya untukmu seorang" kata Xavier

*******

Mengingat ucapan Xavier membuat Amora senyum-senyum sendiri. Entah mengapa akhir-akhir ini Xavier bersikap lembut kepadanya, padahal biasanya jika bertemu Xavier akan bersikap dingin dan sesekali berbicara sinis kepadanya, tapi kali ini Xavier sangat berbeda dari sebelumnya.

"Astaga!Xavier! ... kau mengacaukan hati dan pikiranku," kata Amora frustasi lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Semakin hari Amora mulai menyadari perasaannya kepada Xavier, ditambah lagi mereka sering bertemu. Hal itu membuat Amora sulit menghilangkan bayangan Xavier dari pikirannya.

Ceklekkk!

Thomas masuk ke kamar adiknya untuk memastikan adiknya tidak kabur lagi dari kerajaan. Thomas mengetahui bahwa adiknya akhir-akhir ini sering menyelinap keluar dari kerajaan. Keluarga kerajaan tidak ada yang mengetahui kecuali Thomas seorang karena ia selalu memantau gerak gerik adiknya itu.

"Kakak!" pekik Amora.

"Kau tidak menyelinap keluar lagi, Heh?" kekeh Thomas.

Thomas melihat adiknya yang terkejut akan kedatangannya. Thomas sengaja tidak memberi tahu siapapun kalau Thomas akan berkunjung kamar adiknya.

Amora mendengus kesal. "Kenapa kau ke sini?"

"Tentu saja mengawasimu, Amora!" jawab Thomas dengan nada mengejek.

"Aku bukan anak kecil lagi, Kak!" tekan Amora.

Thomas berjalan mendekati Amora lalu mencubit pipi adiknya itu. "Bagiku kau masih seperti adik kecilku yang nakal dan ceroboh," ujar Thomas.

Amora mendengus kesal. "Aku sudah besar!"

"Badanmu saja yang besar tapi perilakumu seperti anak kecil, hahaha."

Kemudian Amora pergi meninggalkan kakaknya. Ia sangat kesal karena Thomas mengejeknya terus, Amora memutuskan pergi ke hutan untuk memetik bunga dandelion. Bulan Desember adalah bulan dimana bunga dandelion banyak yang bermekaran.

Amora pergi bersama beberapa pelayan. Sesampainya di hutan Amora dengan semangat mulai memetik bunga, Amora terdiam sesaat, ia merasakan jika ada seseorang yang berjalan ke arahnya dan saat Amora menoleh ke belakang ternyata itu adalah Xavier.

"Kenapa kau selalu muncul, kau mengikutiku ya? Jangan-jangan kau selalu mengawasiku?!" tuduh Amora.

"Aku tidak akan membuang waktuku hanya untuk mengawasimu!" sinis Xavier

"Lalu?"

"Aku kesini untuk mengunjungi adik Arland, ia memberitahuku jika adiknya diasingkan ke Swedia. Ia ingin aku menjaga adiknya selama 6 bulan ini." Xavier melipatkan tangannya ke dada bidangnya lalu berjalan mendekati Amora.

"Jika saja aku memang mengawasimu bagaimana?" kata Xavier lalu pergi meninggalkan Amora yang mendadak diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Saat Xavier akan pergi, Amora memegang tangan kanan Xavier sehingga membuat Xavier berhenti.

"Ada apa?"

"Sebenarnya aku ingin ... ," Amora gugup hingga membuatnya salah tingkah.

"Ingin apa?" tanya Xavier.

Menatap intens wajah Xavier. "Jika aku menyukaimu, Xavier!"

Amora segera memalingkan wajahnya, ia sangat malu. Bagaimana bisa seorang putri menyatakan perasaan kepada seorang raja, hal itu sangatlah dilarang karena dianggap tidak sopan. Namun, apa boleh buat, Amora tak kuasa menahan hasratnya untuk menyatakan perasaan yang membuat hati serta pikirannya tidak tenang.

Kemudian Xavier memeluk Amora dan mencium keningnya. "Aku juga menyukaimu tapi aku tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya."

Mendengar pernyataan Xavier membuat Amora membulatkan matanya, Amora bahkan terkejut akan reaksi Xavier yang tiba-tiba memeluk dan menciumnya.

"Kau ...,"

"Kau pengecut!" Cibir Amora.

"Aku memang pengecut dalam hal perasaan," ujar Xavier.

Kemudian mereka berdua tertawa bersama dan Xavier menggenggam tangan Amora untuk berjalan beriringan.

"Aku akan mengantarmu pulang," tawar Xavier.

Amora menganggukkan kepalanya dan sesekali tersenyum melihat Xavier yang begitu hangat. Xavier berbeda dari sebelumnya, Xavier yang dingin sekarang menjadi Xavier yang hangat. Namun, sikap hangat Xavier hanya ditujukan untuk Amora seorang.

**************
Swedia

"Pangeran kita sudah sampai," kata Arthur.

"Jadi ini Swedia? Sungguh indah!" kata Dominic

Albert mengambil selembar kertas yang diberikan oleh Lord Arland. "Pangeran, Lord Arland telah menyiapkan mansion, kita akan bermalam di sana."

"Tidak! Aku tidak akan menerima fasilitas yang diberikan kakakku, kita akan tinggal di perumahan dekat hutan," tutur Dominic.

Kemudian Arthur dan Albert hanya menuruti keinginan pangerannya tersebut. Arthur dan Albert adalah sahabat Dominic sedari kecil. Mereka berdua yang selalu ada disamping Dominic disaat susah maupun senang. Mereka dengan senang hati menemani Dominic selama di pengasingan dan itu murni dari keinginan mereka sendiri.

Dominic mengeluarkan sekantong emas, ia menyewa rumah sederhana yang berada di dekat hutan untuk 6 bulan. Dominic menyuruh Arthur dan Albert untuk beristirahat, perjalanan panjang yang mereka lalui pasti membuat Arthur dan Albert kelelahan.

Kemudian Dominic memutuskan untuk berjalan-jalan untuk melihat keindahan Swedia. Ia berjalan menuju hutan, ternyata ditengah hutan terdapat hamparan bunga dandelion.

Sorot mata Dominic menatap gadis cantik yang sedang memetik bunga dandelion bersama beberapa pelayan. Ia sesekali ikut tersenyum melihat gadis itu tertawa dengan pelayannya tersebut. Lalu datanglah seorang laki-laki yang menggunakan jubah kebesarannya.

"Bukankah itu Xavier?" gumam Dominic

Dominic mengamati aktivitas yang mereka lakukan. Gadis itu nampak bahagia saat berada di samping Xavier. Mereka sesekali tersenyum bersama.

Melihat kebersamaan mereka membuat dada Dominic sesak.
"Apa yang terjadi padaku, atau aku menyukai gadis itu?" lirih Dominic

"Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama atau hanya sebatas kagum?" Dominic bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, Dominic melihat mereka berjalan beriringan dengan tangan Xavier yang menggenggam erat tangan gadis tersebut. Sangat serasi bukan? Itulah yang saat ini berada di benak Dominic.

Bagaimana bisa Dominic jatuh hati kepada gadis yang sama sekali tidak dikenalnya bahkan namanya saja tidak tahu. "Mungkin aku memang sedang jatuh hati kepada gadis itu!"

"Pangeran! Kau darimana saja? Aku dan Albert mencarimu," ujar Arthur.

Panggilan Arthur membuyarkan pandangan Dominic. Kemudian Arthur melihat ke arah pandangan Dominic.

"Pangeran, diam-diam sedang mengawasi gadis itu, Ya?" ledek Arthur.

Dominic hanya menatap tajam ke arah Arthur lalu Arthur memberi tahu jika gadis itu adalah Putri dari kerajaan Swedia. Dalam hati kecil Dominic menginginkan gadis itu, tapi Dominic mengurungkan niatnya karena mungkin saja gadis itu adalah kekasih Xavier. Dominic tidak ingin memiliki urusan dengan Xavier ditambah lagi Xavier adalah sahabat dekat kakaknya.

"Kita kembali saja!" ujar Dominic lalu berjalan mendahului Arthur. Melihat sikap sahabatnya, Arthur hanya tersenyum geli, Arthur yakin jika Dominic sudah jatuh hati kepada putri kerajaan Swedia.

TBC-

next part ➡️

LORD DEVIL : the rising of the king's heart✓ (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang