"Lo tuh nggak pantes sekolah disini, mending keluar aja lo dari sini, jangan malu maluin sekolah!"
"Pergi aja lo! Gausah balik lagi!"
"Duh kasian, gue mah malu jadi dia."
"Masih punya muka dek abis diginiin?"
Suara orang-orang yang ikut meledek gadis itu terdengar semakin nyaring, mau tidak mau ia harus mendengar omongan-omongan tidak mengenakkan yang ditujukan kepadanya. Padahal, ia sudah berusaha keras untuk tidak menghiraukannya.
Saat Hyunjin menuang segelas jus jambu ke atas kepala seorang siswi, bukan tatapan kasihan yang diberikan melainkan disambung gelak tawa dari siswa-siswi yang menonton disana.
Ahn Yujin, dia sudah biasa menerima perlakuan dari kakak seniornya tersebut. Hatinya tetap tegar menerima semua perlakuan kakak kelasnya. Ia percaya, bahwa Tuhan sedang menyiapkan sebuah skenario yang indah untuknya.
Yujin mengusap wajahnya yang terdapat bulir jus jambu dari tetesan rambutnya kemudian mengusap seragam kuningnya yang ikut kotor terkena buliran jus jambu tersebut.
Ah, dia bersyukur, kali ini hanya jus yang menjadi shampoo rambutnya.
Hanya? Ya, bahkan Hyunjin tidak segan untuk melempari Yujin dengan telur busuk yang sengaja dia bawa ke sekolah untuk mem-bully adik kelasnya tersebut.
Setelah puas dengan apa yang ia lakukan, Hyunjin beranjak pergi disusul oleh siswa lainnya. Meninggalkan Yujin seorang diri di belakang sekolah.
Ketika dirinya bangkit, tampak seorang siswi seumurannya lari terbirit-birit menghampiri nya dengan tatapan khawatir. Akibat langkahnya yang terlihat tergesa-gesa, ia menjadi pusat perhatian untuk sesaat. Namun, ia tidak peduli. Yujin adalah yang terpenting untuk saat ini.
Dia adalah Shin Yuna, siswa pindahan 2 minggu yang lalu. Anak dari seorang pejabat di daerah Seoul.
Jujur saja, Yujin sendiri tidak mengerti, mengapa Yuna tetap menemani nya disaat orang lain menindasnya? Terlebih Yuna adalah orang yan jauh lebih terpandang dibanding dirinya sendiri. Hanya sebuah sampah yang berada di sekolah ternama. Ya, begitu kata orang-orang. Mengingat ia memasuki sekolah bergengsi karena beasiswa. Bukan melalui jalur biasa pada umumnya.
"Aduh, lo gapapa? Tau gitu tadi gue nemenin lo ke kantin," ucap Yuna sembari memberi Yujin sebuah sapu tangan miliknya.
"Gapapa, aku udah biasa kok, hehe," jawab Yujin seraya mengusap wajahnya dengan sapu tangan milik Yuna.
Selalu, selalu seperti itu yang dikatakan Yujin setelah dibully orang-orang.
Baru satu semester ia menginjakkan kaki di jenjang SMA, namun penderitaan nya sudah bertumpuk akibat kakak kelasnya tersebut. Ralat, sepertinya bukan hanya satu, mungkin seluruh sekolah.
Hwang Hyunjin—ah, untuk mengucapkan namanya saja Yujin merasa rendah. Jangan kan di depan muka orang tersebut, menyebutnya di belakang pun ia merasa was-was. Hyunjin memiliki aura yang sangat kuat, sehingga banyak siswa-siswi di sana yang takut untuk mengutarakan pendapat yang berbeda.
"Emang gila kak Hyunjin, sukanya bully orang mulu," maki Yuna sembari membantu membersihkan baju bagian lengan Yujin yang terkena tumpahan jus.
"Jangan gitu, lagian aku udah bawa baju cadangan kok," ucap Yujin menenangkan Yuna yang masih terbakar emosi.
"Lo baik banget sih, kenapa nggak coba ngelawan? Gue yakin tadi ada celah buat ngelawan. Tapi lo selalu diem aja," omel Yuna.
Memang, Yujin tidak suka melawan ketika di-bully, seolah-olah yang mereka lakukan itu benar.
Menurutnya, semua itu hanya cobaan yang diberi Tuhan, untuk mendapat kebahagiaan yang lebih. Dan Yujin merasa ... inilah masanya.
"Jangan marah marah mulu, mending temenin aku ke kamar mandi, yuk?" ajak Yujin yang sebenarnya mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Yuna hanya mendengus, akan selalu seperti ini pada akhirnya.
Mereka berjalan menyusuri koridor sekolah yang disambut tatapan mengejek oleh siswa-siswi nya. Menatap Yujin rendah, pandangan jijik, dan semacamnya.
Yujin hanya bisa menunduk, menghindari semua tatapan tersebut. Sedangkan Yuna, dia akan bertindak ketika ada yang mengolok-olok temannya. Bukan sekali dua kali ia keluar masuk ruang konseling karena sikap bar-bar saat melindungi Yujin. Berakhir hanya surat peringatan yang tak ada gunanya.
Sekolah mereka tidak berani untuk mengeluarkan Yuna, tentu saja.
Ketika sampai di tempat loker barang mereka, Yujin membuka loker miliknya, kemudian mengambil sepasang seragam sekolah yang sama dengan seragam hari ini.
Dia sudah tahu ini akan terjadi, maka dari itu ia selalu membawa baju cadangan setiap harinya. Beruntung loker miliknya tidak menjadi sasaran para pem-bully di sekolahnya.
Setelah Yujin mengambil baju di loker, mereka berjalan menuju kamar mandi putri. Ketika mereka berdua masuk, tatapan semua orang yang ada di kamar mandi tersebut menuju pada nya.
Lebih tepatnya, menuju pada Yujin.
"Gue tunggu sini, ya. Lo masuk aja, gue jagain," ucap Yuna sembari melirik Yujin melalui kaca di hadapannya.
Setelah mengangguk, Yujin segera masuk ke salah satu bilik toilet tersebut. Yuna menunggu sembari bersenandung kecil dan merapikan rambut nya yang terurai bebas.
Sebenarnya, Yuna sendiri tidak tahu mengapa ia lebih memilih berteman dengan Yujin, sedangkan diluar sana banyak yang ingin berteman dengannya. Dia hanya merasa ... bahwa Yujin tipe orang yang setia dengan sahabatnya. Walaupun ia sering ditindas, sejak pertama kali melihatnya Yuna sudah melihat ketulusan itu.
Yuna hanya terkekeh ketika ada yang menawarkannya untuk bersahabat, karena ia tahu, mereka hanya ingin famous dengan cara berteman dengan Yuna.
Ayolah, siapa yang tidak kenal dengan gubernur Seoul, hm? Tentu mereka menginginkan sesuatu saat berteman dengan Yuna.
Dan Yuna tidak akan berteman dengan mereka. Mereka hanya orang yang haus akan harta dan kepopuleran, bukan tulus untuk berteman.
"Yujin? Kok lama?" Yuna bersuara ketika Yujin tidak kunjung keluar dari bilik toilet yang dimasukinya.
Yuna menunggu Yujin dengan melihat pantulan dirinya di cermin, sesekali bersiul pelan. Tidak lama kemudian, Yujin keluar sembari menenteng sebuah tas kecil berisi baju kotornya.
"Maaf lama, tadi kancingnya nyangkut." Yujin tersenyum kemudian merapikan baju yang dikenakannya.
Yuna hanya terdiam, dia merasa bahwa Yujin dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Lo ... beneran gapapa?" tanya Yuna meyakinkan.
Yujin tersenyum, "gapapa, ayo keluar." Kemudian Yujin menarik tangan Yuna untuk segera keluar dari toilet tersebut tetapi Yuna menahan tangannya, membuat Yujin kembali menoleh pada Yuna yang raut wajahnya terlihat serius.
"Gue tanya sekali lagi, lo gapapa?" ulang Yuna dengan tegas.
"Gapapa, Yuna. Kamu kenapa, sih? Kok aneh gitu?" tanya Yujin dengan raut wajah heran.
"Gimana gue bisa percaya sedangkan hidung lo sendiri berdarah, Yujin?"
(tbc)
Ehm, oke. Mungkin kalian ada yang nanya kenapa aku revisi ff ini.
Pertama, tata bahasa. Aku berusaha memperbaiki yang perlu diperbaiki, biar kalian enak bacanya.
Kedua, adegan. Sejujurnya, versi pertama ini banyak banget adegan yang aku lewatin. Dan rencananya, bakal aku tambahin sekalian scene nya. Jadi, kemungkinan ya ... chapter nya juga bakal nambah.
Untuk alur nggak akan aku ubah besar-besaran. Tetap Hyunjin yang pembully dan Yujin yang sabar. Cuma ya ... itu tadi. Banyak adegan atau mungkin spin off yang belum aku ceritakan di sini.
Sekian, enjoy bacanya yaa^^ aku minta maaf kalau masih banyak kekurangannya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]
FanfictionDia, Ahn Yujin, gadis yang menunggu kebahagiaan datang pada dirinya. Ia percaya, bahwa sebenarnya kebahagiaan sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Yujin percaya, bahwa Hwang Hyunjin lah yang akan memberi nya kebahagiaan suatu saat nanti. dialog non...