❬ ❛ 10. I'm (not) Fine ❜ ❭

631 110 29
                                    

"Yujin ih! Lo bikin gue panik aja tau gak! Udah tau kalo cowok lagi berantem jangan dideketin, lo malah pengen misahin," ucap Yuna yang sedari tidak berhenti berbicara.

"Ya terus aku harus diem aja gitu liat Kak Jeno sama Kak Hyunjin berantem?" sergah Yujin.

Mereka berempat sedang berada di uks sekolah. Jeno dan Yujin hanya izin satu jam pelajaran, sedangkan Yuna dan Jiheon sengaja membolos pelajaran.

Jangan tanya siapa yang pertama kali mengajak membolos. Jawabannya sudah pasti Yuna. Alasannya adalah hari ini ada pelajaran pak Heechul, sedangkan Yuna belum mengerjakan satu pun.

Ah, Jiheon pun lupa menagih jawaban kepada Yujin.

"Masih sakit?" Suara Jiheon memecah keheningan di ruangan itu. Membuyarkan pikiran masing-masing manusia yang ada di sana.

Yujin menggeleng, "Nggak kok, agak nyeri sedikit, paling besok sembuh," jawabnya.

"Ya itu namanya masih sakit!" seru Yuna dan Yujin hanya menunjukkan senyumnya.

"Jin."

Jeno, orang yang sedari tadi tidak bersuara sedikitpun memberanikan diri untuk memanggil Yujin. Membuat atmosfer di sana sedikit menegang.

Yujin menoleh tanpa bicara apapun, jujur saja dirinya kurang mood untuk berbicara dengan ketua osis sekolahnya itu. Dirinya masih tidak menyangka bahwa Lee Jeno bisa melakukan hal sekeji itu.

"Aku mau jelasin tentang screenshot itu, tapi jangan disela dulu, ya?"

Yujin, Yuna dan Jiheon saling melirik satu sama lain seakan berbicara melalui tatapan tersebut.

"Hari itu, aku lagi ngurus osis. Terus hp aku, aku titipin ke Felix," mulainya.

"Tapi pas aku nagih hpnya, Felix bilang ngambil ke Shuhua aja, dia mau nongkrong bareng temennya. Jujur aku curiga kalau Shuhua yang bikin chat palsu itu." Jeno ikut berpendapat.

"Emang hp nya ga lo kunci apa?" Tanya Yuna.

"Nggak, gue suka lupa orangnya. Nanti malah ke kunci selamanya hp gue," ucap Jeno.

"Pikun," maki Yuna pelan, beruntung Jeno tidak mendengarnya.

"Tapi pas nitip ke Felix itu kakak yang minta atau dia yang nawarin?" celetuk Jiheon.

"Ya gue, soalnya buru-buru jadi gue asal lempar aja." Jeno mengendikkan bahu.

"Udah, nggak usah diomongin lagi. Nanti nambah lagi masalahnya," ujar Yujin memperingati. Ketiga orang lainnya hanya bisa menggelengkan kepalanya atas sikap Yujin yang terlampau baik.

+++

"Yujin, dipanggil sama kak Hyunjin di rooftop." Yoo Kangmin menghampiri Yujin yang sedang menyalin catatan di papan tulis.

"Sekarang?"

"Iya, katanya 5 menit harus udah disana," ujar Kangmin.

"O-oh oke, makasih." Yujin segera membereskan seluruh peralatan nya lalu beranjak pergi ke rooftop menemui Hyunjin, meninggalkan Kangmin yang masih diam disana.

Gue nggak bisa nolong, maaf ....

+++

Yujin menginjakkan kakinya di rooftop sekolah. Diri nya celingak-celinguk mencari orang yang dicari, namun sepertinya tidak ada siapapun disini.

"Kayaknya aku dikerjain lagi." Yujin bergumam pelan sembari tersenyum miris, lalu berniat untuk kembali ke kelasnya.

Tepat saat ia ingin turun, sebuah tangan menarik dan mengukungnya di sudut tembok di tambah lagi jarak wajah keduanya yang terlampau dekat membuat Yujin tidak dapat bergerak banyak.

"Nyariin gue? Mau cepet-cepet di-bully apa gimana?" tanya Hyunjin dengan suara rendahnya.

Yujin hanya terdiam sembari berusaha melihat kemana pun, asal tidak bertatapan dengan Hyunjin.

"Kalo orang ngomong ditatap matanya, punya etika nggak lo?" ujar Hyunjin.

Perlahan Yujin mulai menatap mata Hyunjin yang minimalis dengan takut-takut. Tatapan elangnya membuat Yujin jadi gugup setengah mati, sungguh.

"Bagus, gue mau lo kerjain tugas gue, lusa udah harus jadi," tegas Hyunjin kemudian menjauh dari Yujin.

"Tapi aku nggak ngerti pelajaran Kakak," ujar Yujin pelan.

"Ya belajar lah, susah banget," sahut Hyunjin santai kemudian ia beranjak duduk di sofa yang terdapat disana.

"Duduk." Hyunjin melirik sofa di sampingnya, menyuruh duduk disana saat melihat Yujin masih terpaku disana. Namun Yujin tidak berkutik sedikit pun.

"Duduk atau gue seret?" ancam Hyunjin.

"Nggak mau, belum nyalin catatan di kelas," ujar Yujin menolak pelan.

Hyunjin geram kemudian menarik paksa Yujin lalu duduk di sofa tersebut.

"Gue bilang duduk ya duduk!" bentak Hyunjin sembari menghempaskan Yujin ke sofa.

"Hari ini lo ke rumah gue, buat ngerjain tugasnya," perintah Hyunjin.

"Nggak bisa," lirih Yujin.

Hari ini Yujin berniat untuk mencari kerja paruh waktu, mengingat ia menganggur untuk saat ini. Cafe kemarin benar-benar memecatnya, bahkan setelah Jiheon berbicara sekali lagi untuk memberinya kesempatan.

"Gue nggak peduli." Hyunjin mengeluarkan sekotak rokok lengkap dengan koreknya. Kemudian membakar ujung rokok tersebut dan mengisapnya.

Yujin yang memang tidak kuat terhadap asap rokok langsung terbatuk-batuk sesaat setelah menghirupnya. Paru-paru Yujin yang memang sudah lemah sejak dulu menjadi perhatiannya belakangan ini. Kadang-kadang ia merasa jika dadanya sesak, bahkan saat udara sejuk sekalipun.

"K-kak jangan ngerokok d-disini," pinta Yujin lirih. Tangannya meremat seragam di bagian dada, berusaha menahan rasa sakit yang semakin menjalar. Namun Hyunjin tidak peduli, sama sekali. Malah ia terus menghisap rokoknya tanpa memperhatikan orang disampingnya.

"Ukhuk! Ukhuk!"

Hyunjin risih dengan suara batuk tersebut, kemudian menoleh ke Yujin dengan tatapan sinisnya.

"Ck berisikㅡ" Ucapan Hyunjin terhenti kemudian berganti dengan tatapan terkejut.

Batuk Yujin bukan batuk biasa, namun batuk berdarah.

Hati Hyunjin tergerak ingin membantu, namun rasa egoisnya lebih besar dari rasa peduli di hatinya.

"Nyusahin." Hyunjin berdecih pelan lalu meninggalkan Yujin seorang diri di rooftop.

Napas Yujin pun tersendat-sendat, sepertinya asmanya juga ikut kambuh saat ini. Sialnya, ia tidak membawa obat asmanya yang berada di tas.

Perlahan, pandangan Yujin mulai memutih, tubuhnya tumbang dan Yujinpun kehilangan kesadaran nya di rooftop saat itu.

(tbc)

Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang