"Udah makan?"
"Udah kok."
"Mau gue beliin makan lagi gak? Mumpung mau pesen nih."
Yuna dan Yujin sedang bertelepon. Awalnya Yuna yang menghubungi Yujin. Mau tidak mau, Yujin yang sedang membersihkan penjuru kamarnya harus berhenti sejenak.
Sudah 15 menit sejak Yuna menelepon, dan pertanyaan yang ia lemparkan agak aneh menurut Yujin.
Kebanyakan Yuna bertanya tentang dirinya sedang apa, mama nya sedang apa, dan yang terakhir sudah makan atau belum.
Yujin bukan nya risih dengan perilaku Yuna. Hanya sajaㅡ dia merasa aneh. Dia tidak perlu dikhawatirkan kok.
"Nggak usah ih, ngapain. Aku udah kenyang. Lagian kamu kenapa sih, kok aneh gini?" Tanya Yujin yang tidak bisa menahan rasa penasaran nya.
Tidak ada sautan dari sana. Yujin melihat handphone nya sebentar lalu kembali menempelkannya pada telinga, "Yun? Kamu tidur?"
"Nggak, Jin. Tadi abis, ng, ngambil minum sebentar ke dapur."
Yujin ber oh ria. "Yaudah aku tutup dulu ya? Kamarnya masih berantakan nih, kamu keburu nelpon tadi," ucap Yujin sambil menaruh handphone nya di kasur.
Kemudian ia berjalan ke sudut lemari, kembali menyapu disana. Melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
"Gak seneng gue telepon ya?"
Yujin menoleh sekilas ke handphone nya, sambungannya masih tersambung.
"Nggak gitu. Nanti telepon lagi aja kalo mau, aku masih sibuk beres-beres kamar," saut Yujin sembari memunguti kertas-kertas kecil yang entah bagaimana bisa berada di bawah meja belajarnya.
"Yaudah deh. Ntar gue telepon lagi jam tujuh. Dah Yujin."
Tut.
Yujin tidak menghiraukan handphone nya yang sudah mati layarnya. Tatapannya justru terarah ke sebuah kertas tebal berwarna peach di antara sampah-sampah tersebut.
Matanya bergerak ke kanan dan kiri mengeja kata per kata yang tertera di kertas tersebut.
Matanya seketika membulat dan refleks tangan nya menjatuhkan kertas tersebut.
"J-jadi mamaㅡ"
+++
"Eh Yujin."
"Pagi Yujin."
"Hai Yujin."
"Udah sarapan belum? Mau bareng?"
Yujin hanya melayangkan tatapan ramah serta senyum canggung nya terhadap setiap siswa yang tiba-tiba menjadi ramah kepadanya.
Sepertiㅡ tidak mungkin bahwa mereka berubah begitu saja. Terlebih secara bersamaaan.
Dan sikap aneh tersebut tidak terkecuali untuk Shuhua. Ia sedang berjalan dengan gaya modis nya lalu berdiri tepat didepan Yujin.
Yujin diam menatap Shuhua sembari menunggu apa yang akan Shuhua katakan. Namun yang ditatap justru melayangkan senyum manisnya.
"Happy birthday, Yujin."
Tidak lama kemudian seisi koridor tersebut menjadi ramai, dengan beberapa anak yang membawa kue di bagian depan. Tidak lupa nyanyian ulang tahun yang terdengar sangat keras.
Hei, hari ini bukan ulang tahun nya. Itu sudah terlewat dan yang selanjutnya datang sekitarㅡ
Pluk!
"Aw sorry. I mean, happy birth-death? Haha."
Shuhua melemparkan sebuah kue tart ke seragam Yujin membuat seragam kuning nya menjadi coklat akibat cream kue tersebut.
Suara nyanyian ulang tahun berganti dengan sorak-sorai para siswa-siswi yang tertawa keras.
Yujin hanya bisa menghela napas dan menahan air mata nya mati-matian. Bahkan sehari untuk tenang pun Yujin tidak pantas mendapatkannya?
"Ada apaan sihㅡ eh Yujin!"
Jisung yang baru saja datang bersama Seungmin dikagetkan dengan keadaan Yujin yang cukup berantakan.
Mereka berdua sontak menghampiri Yujin dan Jisung berteriak dengan keras, "Lo jangan seenaknya ya jadi orang!"
Sedangkan Seungmin membuka jas nya, kemudian menutupi bagian seragam Yujin yang kotor.
"Apa? Lo mau belain dia? Yaudah sih emang pantes kok dia digituin," sinis Shuhua.
Jisung refleks ingin menampar pipi Shuhua, namun tangan seseorang menahan pergerakannya.
Ya, tentu saja dia Lee Felix.
"Urusan lo apa sama pacar gue?" Desis Felix tajam.
Suasana di koridor tersebut hening. Semua memperhatikan bagaimana pertikaian dua sahabat yang terbilang dekat itu.
"Oh, pacar lo? Tolong ya, ajarin etika. Percuma cantik kalo gak punya attitude," sarkas Jisung kemudian menatap Seungmin untuk pergi.
Seungmin merangkul badan Yujin yang agak lemas, dibantu dengan Jisung.
Teriakan mengejek memenuhi seluruh koridor tersebut selagi mereka berjalan menjauhi kerumunan.
Jisung dan Seungmin memutuskan membawa Yujin ke UKS sekolah. Karna jika ke kelas, mereka sama saja menyerahkan Yujin kepada mereka.
Jisung menutup pintu UKS tersebut, lalu menyusul Seungmin dan Yujin yang duduk di brankar UKS.
Tatapannya kosong, seperti mengisyaratkan sesuatu. Namun Jisung dan Seungmin tidak bisa membaca ekspresi Yujin.
Ia terlalu sulit untuk ditebak.
Mereka bertiga berdiam diri didalam sana. Hanya terdengar isakan Yujin yang mulai menghilang. Sedangkan Jisung dan Seungmin hanya diam bertatapan, tidak tahu harus berbuat apa.
Brak!
Pintu UKS terbuka. Yuna dan Jiheon yang terlihat berkeringat langsung menghampiri Yujin dan memeluknya.
Jisung dan Seungmin sadar diri, kemudian mereka meninggalkan ketiga perempuan tersebut tanpa bicara. Kemudian beranjak ke kelas masing-masing.
"Ya ampun lo kenapa lagi sih?! Gaada abis-abisnya ya si nenek lampir ngebully lo!" ucap Yuna dengan nada yang tinggi.
Jiheon masih sibuk menenangkan Yujin dengan mengusap bahu siswi tersebut.
"Fine, kamu masih punya kita disini. Inget, kalo aku sama Yuna bakal tetep di samping kamu walaupun satu sekolah ngehina," ucap Jiheon yang menambah tangisan Yujin.
Seandainya aku bisa jujur, pasti aku nggak bakal se-sedih ini -batin Yujin
(tbc)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]
FanfictionDia, Ahn Yujin, gadis yang menunggu kebahagiaan datang pada dirinya. Ia percaya, bahwa sebenarnya kebahagiaan sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Yujin percaya, bahwa Hwang Hyunjin lah yang akan memberi nya kebahagiaan suatu saat nanti. dialog non...