❬ ❛ 16. I Am Not? ❜ ❭

610 103 4
                                    

Yujin sedang dikamar mamanya, membantu bersih-bersih sekaligus melihat mamanya makan malam. Karena ia tahu, mamanya tidak akan makan jika tidak ia suruh.

"Gapapa, Ma, Yujin udah biasa kok, mama abisin makan nya dulu aja," timpal Yujin sembari tersenyum samar.

Omong-omong, Yujin anak yatim sejak berumur 3 tahun. Papa nya meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika hendak pulang ke Korea. Papa nya seorang pengusaha yang cukup sukses, dan sekarang perusahaan tersebut sudah jatuh ke tangan adiknya.

Dan kabar buruk kembali menerpa keluarganya. Mamapnya divonis mengidap tumor 5 bulan yang lalu, dan harus segera dioperasi untuk menyelamatkan hidupnya. Alasan itulah yang membuat Yujin terpaksa kerja paruh waktu sepulang sekolah. Tentu tanpa sepengetahuan mamanya.

"Kamu di sekolah gimana? Baik?"

Yujin terdiam. Dirinya yang sedang membersihkan meja sedikit terhenyak. Ekspresinya pun berubah ragu, namun dengan cepat ia mengubahnya.

"Baik kok, ada yang nemenin Yujin," jawabnya pelan.

Walau lebih banyak yang hujat aku -batin Yujin

"Siapa? Kamu nggak pernah bawa temen ke rumah," tanya mamanya penasaran.

Yujin menggeleng. "Yuna sama Jiheon. Mereka sibuk terus, jadi belum ada waktu buat kesini."

Bohong.

Setiap kali Yuna maupun Jiheon ingin sekedar bermain ke rumahnya, Yujin akan beralasan agar mereka tidak berkunjung. Entah alasan apa yang membuat Yujin seperti itu, namun yang jelas ia tidak ingin teman nya berkunjung.

Setidaknya, jangan sekarang. Akan ada waktu tertentu mereka boleh berkunjung.

"Ma, ayo kita check up, udah waktunya," ajak Yujin.

Yujin setia menemani mamanya check up seminggu sekali, di malam hari seperti ini. Tidak mungkin di siang hari, karena ia sedang sekolah. Ditambah lagi ia tidak ingin mamanya check up sendirian.

"Yaudah, mama ganti baju dulu, kamu siap-siap juga ya," ujar mamanya.

Yujin mengangguk, kemudian beranjak keluar kamar.

+++

"Jadi mau sampai kapan kamu nunda operasi nya?"

Yujin sedang berbincang dengan dokter. Membicarakan tentang kondisi mama nya, yang setiap hari kian memburuk.

"Secepatnya, aku lagi ngumpulin uang," jawab Yujin.

Dokter tersebut menghela napas, "Waktu kamu dua bulan dari sekarang, Jin. Cuma itu waktu supaya penyakitnya nggak menjalar lagi."

Yujin mengangguk, dokter tersebut menepuk bahu Yujin dua kali, kemudian beranjak pergi. Meninggalkan Yujin yang sedang bingung sendirian.

Ia bimbang, apakah harus meminta bantuan Yuna atau Jiheon? Ah tidak. Yujin tidak ingin merepotkan mereka lagi, cukup kehadiran dirinya saja yang membuat mereka terbebani.

Yujin berjanji, suatu saat nanti ia akan membalas kebaikan kedua temannya itu.

Merasa pusing memikirkan semua ini sendirian, ia berjalan masuk ke ruang dokter untuk menemui mama nya.

"Udah? Gimana?"

"Hng? Baik kok ma, cuma perlu istirahat lebih banyak aja," ujar Yujin berbohong.

Kemudian mereka berjalan beriringan di koridor rumah sakit. Yujin mendudukkan mamanya disalah satu kursi yang tersedia.

"Mama nunggu disini sebentar ya? Yujin urus administrasi nya dulu," pamit Yujin.

Mamanya mengangguk, kemudian Yujin segera menuju kasir untuk membayar biaya check up nya.

Uang tabungan Yujin tidak seberapa, namun jika ditambah dengan uang saku yang ia sisihkan setiap hari, itu akan cukup untuk menutupi biaya check up nya.

Di sisi lain, mama Yujin merasa bersalah melihat putri semata wayang nya yang terbebani akibat penyakitnya tersebut.

"Maafin mama, Jin. Andai mama nggak rawat kamu waktu itu, kamu nggak akan menderita begini."

+++

"Dua bulan, apa cukup buat ngumpulin uang sebanyak itu?"

"Berapa nominal nya?"

"Seratus juta, ga mungkin dia bakal dapet uang sebanyak itu kan?"

"Serius? Apa operasi tumor semahal itu?"

"Nggak juga, dari yang gue denger tadi sebenernyaㅡ"

"Lo nguping?"

"Nggak sengaja, tapi gue baru tau satu fakta yang parah tentang Yujin."

"Apa?"

Salah satu dari mereka membisikkan sesuatu ke kuping teman mereka. Refleks yang mendapat bisikkan menutup mulutnya yang terbuka begitu saja saking kagetnya.

"Yun, lo serius?" Tanya Jiheon tidak percaya.

Ya, mereka adalah Yuna dan Jiheon.

Mereka berdua tidak berniat mengekori atau bahkan menguping pembicaraan Yujin. Kebetulan, teman Yuna ada yang sakit disini, dan mereka berdua berniat menjenguk.

Namun nyatanya? Justru fakta baru tentang kehidupan Yujin membuat mereka melupakan tujuan awalnya. Ayolah, kita semua tahu bahwa Yujin hanya tinggal berdua dengan mamanya. Ditambah lagi kondisi mama Yujin yang tidak memungkinkan untuk bekerja. Sehingga Yujin lah yang harus mencari uang.

Untuk saat ini, Yuna dan Jiheon akan bertindak seolah tidak tahu tentang hal yang mereka dapat hari ini. Mereka akan melihat seberapa jauh Yujin bisa bertahan dengan semua sandiwara ini.

Sampai pada akhirnya, mereka akan membantu Yujin bangun dari keterpurukan yang sedang ia alami.

Sejak hari itu, Yuna dan Jiheon berjanji pada diri masing-masing. Mereka akan menjaga Yujin layaknya mahkota kerajaan. Mereka tidak akan membiarkan para senior-senior menindas Yujin seperti yang lalu.

Yuna dan Jiheon tidak akan membalas, mereka memilih untuk menunggu. Sampai Tuhan yang bertindak.

Karna ketahuilah, tindakan kecil dari Tuhan bisa memberi dampak yang besar bagi hamba-Nya.

(tbc)

Kenapa mama Yujin bilang gitu hayo? :)

Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang