❬ ❛ 5. Caffe ❜ ❭

681 149 30
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi 15 menit yang lalu. Siswa-siswi pun mulai memenuhi gerbang sekolah untuk menunggu jemputan maupun angkutan lain.

Yujin masih terdiam di tempatnya, buku-buku nya pun belum ia bereskan. Tatapannya kosong menghadap depan, sepertiㅡ

Melamun? Atau mungkin berpikir. Ya, semacam itu.

"Jin, ayo." Yuna menyadarkan Yujin yang masih asik dalam pikirannya.

Yujin kemudian tersadar. Ia segera membereskan semua barang-barangnya lalu menyampirkan tas kuning bermotif bulat-bulat miliknya di kedua bahunya.

"Mikirin apa?" Yuna bertanya, heran.

"Hng? Gapapa, mau nunggu sekolah sepi aja. Kamu kalo mau duluan, duluan aja," jawab Yujin.

Yuna tahu, bahwa Yujin takut dirinya akan diolok-olok kemudian Yuna yang turun tangan seperti tadi.

Dan Yuna juga tahu, bahwa Yujin tidak ingin dianggap berlindung pada Yuna yang notabenenya anak pejabat. Semua bisa dilakukan dengan mudah, bukan?

Sebenarnya, kalau memang beranggapan seperti itupun tidak terlalu berlebihan. Toh, kelakuan mayoritas semua orang di sini juga kelewat batas. Kehidupan di Korea Selatan tidak semudah yang kalian kira. Tidak juga seindah seperti yang kalian kira di film kebanyakan.

Di sini, kalian akan bertarung melalui mental. Dia yang kuat untuk bertahan, maka dia lah yang akan ada sampai akhir.

"Gausah takut, kan sama gue," ucap Yuna sembari menarik pergelangan tangan Yujin.

Yujin hanya menurut, akhirnya mereka berdua turun ke lantai dasar kemudian menuju gerbang. Keadaan di koridor sudah sepi saat ini. Kebanyakan sudah kembali ke rumah masing-masing. Hanya mereka yang memiliki urusan tersendiri yang masih berada di lingkungan sekolah mewah ini.

Saat sampai di tangga akhir, yang berdekatan dengan toilet laki-laki. Ada perbincangan yang menarik perhatian Yujin.

"Emang dia kenapa sih sebenernya? Perasaan anaknya baik tuh."

"Halah dia mah muka polos doang, sesuai yang gue denger, dia tuh suka meres uangnya Yuna."

"Tau dari mana?"

"Chaewon yang ngasih tau gue. Katanya, dia dikasih tahu Yuna sendiri."

Yujin hampir tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana bisa Chaewon menyimpulkan seperti itu tanpa tahu kebenaran nya?

"Gausah dipikirin, besok gue yang ngomong sama dia," ucap Yuna yang ternyata juga mendengar percakapan tersebut.

Mereka kembali berjalan menuju gerbang sekolah, menuju pekarangan depan sekolah yang menyisakan beberapa siswa dan siswi yang menunggu jemputannya, mungkin.

"Lo naik apa pulangnya? Gue dijemput nih, mau bareng?" tawar Yuna.

Yujin menggeleng, "aku nggak langsung pulang, mau ke kafe dulu," jawabnya.

"Ngapain? Mau nongkrong? Ikut dong!" tanya Yuna antusias.

"Jangan, nanti kamu sendirian, kan aku harus jaga shift dulu," sergah Yujin.

Yuna sadar bahwa Yujin bekerja disana, bukan untuk nongkrong seperti anak lainnya. Lagipula, sekalipun Yujin memiliki kesempatan itu, pasti ia lebih memilih untuk mengerjakan tugas yang diberikan di sekolah.

Menyebalkan. Bahkan Yuna tidak peduli dengan tugas-tugasnya, sungguh. Toh, masih ada hari berikutnya, bukan? Begitu prinsip yang ia pegang selama ini.

"Ngapain kerja? Emang ga dikasih uang?" tanya Yuna lagi.

"Di kasih, aku cuma mau hasilin uang sendiri buat nabung. Siapa tau kedepannya aku mau beli sesuatu, jadi nggak perlu minta ayah lagi," jawab Yujin.

Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang