"Aduh kok kopinya asin, sih?!!"
Teriakan Hyunjin membuat atensi seluruh kafe beralih kepadanya, termasuk Yujin yang sedang mencuci gelas bekas konsumen.
Terlihat manajer—yang kebetulan sedang berada di kafe—menghampiri Hyunjin, bertanya mengapa ia berteriak seperti itu.
Hyunjin mengeluarkan pendapat nya sembari menunjuk Yujin, menunjukkan bahwa kopi yang Yujin buat asin, jauh dari rasa aslinya.
Manajer tersebut membungkukkan badannya 90 derajat, bermaksud meminta maaf atas kelalaian pekerjanya itu.
Sedangkan Yujin, dia tidak percaya dan tidak habis pikir dengan alasan Hyunjin. Jelas-jelas tadi ia memasukkan gula, bukan garam.
Tidak lama kemudian, Hyunjin dan Changbin keluar dari kafe tersebut. Lalu manajer menghampiri Yujin.
"Kamu ini gimana, sih?! Masa kopi dikasih garam?! Saya sudah peringatkan kamu waktu itu terakhir kali, ya. Sekarang kamu saya pecat!" semprotmanajer tersebut.
Yujin yang mendengar kata 'pecat' langsung mendongakkan kepala nya ke arah manajer.
"J-jangan, Pak. Saya janji ini kesalahan terakhir saya," bela Yujin. Tangannya sedikit bergetar ketika mendengar itu.
"Nggak ada pembelaan! Itu keputusan mutlak!" ucap manajer tersebut lalu meninggalkan Yujin yang sudah berkaca-kaca, bersiap untuk menangis.
Ah, bahkan untuk membantu orang tua pun sesulit ini untuk Yujin?
"Jangan nangis, nanti aku bantu cariin kerja yang lain," ucap Jiheon.
Baek Jiheon, malaikat tak bersayap bagi Yujin. Salah satu teman terdekat nya selain Yuna.
Oh tidak, hanya teman terdekat selain Yuna mungkin lebih tepat. Memang siapa lagi yang ingin berteman dengannya?
Jiheon sendiri memilih untuk kerja paruh waktu untuk mengisi waktu luangnya, ia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Jadi, tidak mungkin ia kerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kenapa Tuhan sejahat ini sama aku," gumam Yujin di sela tangisannya.
Jiheon merasa iba pada Yujin. Sering Jiheon mendengar bahwa Yujin dibully di sekolahnya tanpa alasan. Ia ingin membantu, namun Yujin selalu menolak seperti saat Yuna ingin membantunya.
"Udah yuk, aku anter kamu pulang, shift aku udah selesai juga nih," ajak Jiheon.
Yujin menggeleng, ia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan lagi. Sudah cukup semua kabar palsu itu beredar. Ia tidak mau dipermalukan untuk kesekian kalinya.
"Nggak usah, aku naik angkutan umum aja," tolak Yujin secara halus, kemudian ia izin untuk mengganti baju.
Setelah mengganti bajunya, ia segera berjalan bersama untuk pulang dengan Jiheon, berhubung Jiheon sendiri sudah dijemput oleh supirnya.
Di dekat pintu cafe, tampak dua orang menunggu seseorang. Ya, itu adalah Hyunjin dan Changbin.
Jiheon yang melihat itu ingin menghampiri mereka berdua, namun Yujin menahannya.
"Kamu pulang aja, kasian supirnya nungguin," cegah Yujin.
"Mereka pasti mau bully kamu lagi, Jin. Aku nggak mau kamu jadi korban mereka lagi," ucap Jiheon yang mengetahui perilaku pem-bully Yujin, terutama Hwang Hyunjin.
"Nggak akan, aku lewat jalan lain," ucap Yujin meyakinkan.
Jiheon akhirnya pasrah menghadapi Yujij yang keras kepala, ia hanya berdoa semoga ucapan dan kenyataannya akan sama dengan perkataan Yujin.
"Yaudah, kalo kenapa-napa telepon aku ya," ingat Jiheon, kemudian beranjak menghampiri supirnya yang sudah menunggu.
Setelah Jiheon pulang, Yujin memberanikan diri untuk melewati jalan lain, meskipun jalan yang akan ditempuhnya lebih jauh. Semua itu lebih baik dibandingkan bertemu kedua seniornya.
"Heh! Sini! Nggak sopan banget ngehindarin kita!"
Yujin menghiraukan panggilan tersebut, langkahnya semakin cepat seiring bertambahnya frekuensi denyut jantungnya.
"Lo emang ga punya sopan santun, ya? Nggak diajarin orang tua apa gimana? Atau emang nggak punya orang tua?"
Deg.
Yujin tidak masalah kalau mereka membully dirinya, namun Yujin tidak akan membiarkan mereka menghina orang tua yang ia sayang.
Langkahnya terhenti, lalu berbalik dan melihat keduanya yang sedang tertawa puas.
"Oh, jadi bener, ya? Lo ga punya orang tua?" celetuk Hyunjin.
Yujin ingin melawan, namun bagaimana caranya? Ia sudah lelah untuk ditindas seperti ini.
"Jangan bawa orang tua aku!" seru Yujin dengan lantang. Ia memberanikan diri bicara seperti itu, setelah ragu harus bertindak apa.
Suara tawa kedua orang tersebut semakin terdengar, meremehkan.
"Wow, seorang Yujin bisa ngelawan juga, ya. Gue kira lo cuma bisa diem doang," sarkas Hyunjin.
"Seru nih, Jin, kalo dia ngelawan," Changbin memprovokasi.
"Iya lah, liat aja besok-besok," senyum miring Hyunjin tercetak.
Yujin kira, senyuman Hyunjin saat di kafe tadi adalah senyum tulus. Nyatanya, itu hanyalah senyum dengan maksud tertentu. Itu adalah senyum yang melambangkan bahwa Yujin akan ditimpa kejadian buruk setelahnya.
Senyum manis Hwang Hyunjin, akan menjadi pantangannya mulai sekarang.
"Gue cuma mau ngingetin aja, jangan ngadu ke siapapun kalau kita ngebully lo. Itu adalah pilihan lo sendiri, gue udah ngasih pilihan biar lo pergi dari sekolah ini," ancam Hyunjin.
"Oh iya, jangan pernah main-main sama gue. Lo tau sendiri akibatnya. Tadi, cuma permulaan penderitaan lo." Hyunjin berdecih lalu meninggalkan Yujin.
Sebelum pergi, Changbin membisikkan sesuatu, yang membuat Yujin terdiam seribu bahasa.
"Mending lo pergi, sebelum hidup lo makin nggak tentram di sini."
Kemudian, Yujin hanya meratapi kedua punggung tegap milik mereka yang sudah menghilang. Yujin tidak tau, apakah ucapan Changbin akan menyelamatkannya atau justru menjerumuskannya ke lubang yang lebih dalam.
Merasa lelah dengan semuanya, Yujin mengayunkan langkahnya lagi. Melanjutkan perjalanannya yang tertunda karena ulah dua laki-laki tersebut.
Saat ini, tujuannya hanya satu; rumah. Tidak ada lagi tempat yang bisa ia jadikan tempat bersandar selain rumah dan temannya sendiri. Dunia terlalu kejam untuk Yujin, dan segala kebaikannya.
Entah apa yang akan didapatnya setelah melewati semua ini, Yujin hanya yakin bahwa suatu saat Hyunjin yang memberinya kebahagiaan—meski ia sendiri pula yang memberinya kesengsaraan.
Yujin hanya yakin. Ya, hanya itu.
(tbc)
New cast : Baek Jiheon
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]
FanficDia, Ahn Yujin, gadis yang menunggu kebahagiaan datang pada dirinya. Ia percaya, bahwa sebenarnya kebahagiaan sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Yujin percaya, bahwa Hwang Hyunjin lah yang akan memberi nya kebahagiaan suatu saat nanti. dialog non...