❬ ❛ 20. Threat ❜ ❭

633 107 7
                                    

"Bangsat! Mama lo semurah apa emang bisa-bisanya ngegoda papa gue?!"

"Jawab! Jangan diem aja, bisu lo?!"

Hyunjin terus-terusan membentak Yujin. Mereka sedang berada di rooftop sekolah saat ini.

Kemarin, mereka berdua bertemu di acara yang dihadiri masing-masing, yang ternyata itu adalah acara pernikahan sederhana kedua orang tua mereka.

Hyunjin dan Yujin pun resmi menjadi saudara tiri sekarang. Namun Hyunjin tentu tidak terima. Ia bahkan langsung meninggalkan gedung tersebut ketika mengetahui fakta yang sebenarnya.

Hyunjin berjalan dengan segenap emosi menuju Yujin yang hanya menunduk di ujung sana, kemudian menarik paksa dagu Yujin.

"Inget, gue nggak mau satu sekolah tau kalau gue punya saudara tiri kayak lo. Liat akibatnya kalau mereka tau nanti."

Hyunjin kembali menjauh dari Yujin, lalu mengambil sebuah plastik hitam dibawah sofa yang ada disana.

Yujin bergetar tidak karuan ketika melihat benda yang diambil Hyunjin dari sana.

Sebuah cutter yang masih baru.

"Liat? Gue bisa aja bunuh lo sekarang juga kalau lo mau," Hyunjin mendekat sembari menenteng cutter tersebut di tangan nya.

Yujin berjalan mundur melihat tingkah Hyunjin yang sedang kesetanan tersebut. Namun sial, dirinya sudah berada di pojok tembok sekarang.

"Gue masih baik sekarang, kalau lo masih bertingkah, liat gimana nasib lo kedepannya."

Sret!

"A-akh!"

Yujin meringis ketika cutter yang dipegang oleh Hyunjin menggores pipi bagian kanan sehingga mengeluarkan sedikit darah.

Hyunjin hanya tersenyum sinis kemudian dia pergi meninggalkan Yujin begitu saja tanpa berniat menolong atau meminta maaf sedikitpun. Yujin pantas mendapatkannya, pikir Hyunjin.

+++

Yujin sedang menangis sekarang.

Ya, siapa yang tidak sakit hati ketika orang tuanya direndahkan seperti itu? Well, Yujin tidak masalah jika itu adalah dirinya. Toh dia sudah biasa bukan?


Namun ia tidak terima jika orang tuanya yang direndahkan. Mamanya sudah sebatang kara merawat dirinya, dan sekarang direndahkan begitu saja?

Sungguh, Yujin ingin melawan. Namun melihat Hyunjin membawa benda tajam, Yujin mengurungkan niatnya.

Pipinya yang masih mengeluarkan tetesan darah pun tidak ia obati, hanya disiram dengan air mengalir. Kemudian berlanjut dengan ia yang menangis di bilik toilet sekolah.

Brak! Brak!

"Jin?!! Buka pintunya! Gue tau lo didalem!"

Brak! Brak!

"Please keluar sekarang! Gue tau tadi Hyunjin ngapain lo!"

Yujin terdiam sejenak mendengar bias suara Yuna. Ia bimbang, antara keluar dari sana dan memberi tahu semua atau tetap diam seolah dirinya tidak ada.

Pada akhirnya Yujin memilih untuk keluar dan memberi tahu semuanya. Sudah saatnya ia melawan.

Melawan seorang Hwang Hyunjin, yang notabene nya adalah kakak tiri nya sendiri.

+++

"Sejak kapan Hyunjin main tangan sama kamu nak?"

Yujin sedang diintrogasi saat ini. Ah, maksudnya dimintai keterangan tentang perlakuan tidak wajar Hyunjin pada dirinya.

"Udah lama bu, waktu Yujin dirawat seminggu lebih itu gara-gara Hyunjin juga. Dia ngerokok di rooftop, sedangkan ada Yujin disana yang lagi sakit." Yuna menyambar.

Yujin hanya diam. Sudah beberapa kali pertanyaan dilontarkan, nyatanya yang menyaut hanya Yuna.

Yujin ingin mengelak sedikit, namun perkataan Yuna benar adanya. Tanpa meleset sedikitpun.

"Yuna, dia kakak tingkat kamu," tegur guru mereka yang dibalas dengusan oleh Yuna sendiri.

"Baik. Kalian boleh keluar dan ke UKS saja. Yuna, kamu temani Yujin, ya?" final guru mereka.

"Siap, Bu, hehe," ucap Yuna meringis senang. Tentu dia senang karena bisa membolos jam pelajaran.

Kemudian mereka berdua keluar dari ruang bimbingan konseling dan langsung menuju UKS.

Sesampainya disana, Yuna langsung menyuruh Yujin untuk berbaring di salah satu brankar.

"Kan cuma pipi aku yang luka, kok aku disuruh tiduran?" ucap Yujin sembari bangun dari posisi tidurnya.

"Ya lo pasti capek ngelawan anak stress itu. Udah tiduran aja sana. Kalo bisa tidur sekalian, gue jagain," saut Yuna sembari mengobrak-abrik lemari UKS untuk mendapatkan sekotak P3K.

Setelah mendapat kotak tersebut, Yuna mengambil sebuah kursi dan duduk dihadapan Yujin.

Yuna membersihkan luka Yujin dengan alkohol terlebih dahulu. Pergerakannya sangat lembut, seakan wajah Yujin adalah sebuah kaca yang rapuh.

"Jiheon mana?" Tanya Yujin memecah keheningan disana.

"Ngurusin cctv. Malah dia yang ngusulin  pertama tentang ini. Bayangin kalo dia ga ngotot buat meriksa cctv sekolah, lo pasti udah lebih parah dari ini," jawab Yuna masih fokus mengobati tangan Yujin.

Yujin terharu. Ia sungguh merasa beruntung bisa bertemu dengan kedua sahabatnya ini. Mereka yang selalu mendukung dan membela Yujin dalam situasi apapun.

Yujin berharap, ia bisa bersama dengan mereka sampai dengan dewasa nanti.

(tbc)

Ngaco bener ini alur yaampun. Btw dabel apdet nih awoakwok. Oh iya, 4 chapter lagi HWIT tamat yaa~ maaf kalau aku gabisa bawain cerita yang ngefeel, hikd

Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang