"YUJIN STOP!"
Yujin menoleh ke sumber suara yang memanggilnya, lalu menemukan satu orang yang ia kenal.
"Lo pada punya hati gak?! Kalo emang gamau makan ya gausah dibeli! Jangan bikin Yujin seolah-olah ga mampu beli makanan yang kalian makan!"
Teriakan Jeno yang lantang membuat seluruh atensi beralih padanya.
Dia Lee Jeno, seniornya yang satu tingkat dengan Hyunjin. Salah satu orang yang mungkin membela Yujin di angkatannya sendiri.
"Emang dia nggak mampu kan," desis Hyunjin sembari tersenyum remeh.
"Gue jamin lo bakal nyesel setelah tau semuanya!" ucap Jeno kepada semua orang.
"Masih mau disini?! Mau gue panggilin kepsek hah?! Biar lo di drop out sekalian!"
Perlahan kerumunan bak semut tadi mulai berkurang, hingga akhirnya menyisakan Jeno yang menatap Yujin lirih, dan Yujin yang menahan tangisnya.
"Dek, kalo mau nangis, nangis aja gapapa. Semua orang punya batas sabarnya masing-masing," ujar Jeno lembut sembari menyejajarkan posisinya dengan Yujin yang terduduk di lantai.
Runtuh sudah pertahanan Yujin. Air mata nya membasahi pipi mulusnya hingga menetes ke lantai. Suara itu terdengar pilu, ikut menyakiti hati siapapun yang mendengarnya.
Jeno hanya terdiam sembari melihat adik kelasnya tersebut menangis. Selama ini ia tentu melihat bagaimana perilaku siswa-siswi di sekolahnya.
Sudah berulang kali pula ia memperingatkan bahwa siapapun yang melakukan bullying akan ditindak tegas oleh pihak sekolah.
Namun 2 minggu ini Jeno sangat sibuk, mengingat jabatannya sebagai ketua osis membuatnya kurang memperhatikan kondisi sekolah. Bahkan untuk menindak kelakuan bully seperti ini pun tidak sempat.
Selama Jeno tidak ada, selama itu lah Yujin selalu mendapat perlakuan tidak adil seperti tadi. Tidak jarang Yujin mendapat luka lebam jika melawan, oleh sebab itu ia memilih diam saja.
Beruntung semua urusan Jeno sudah selesai, sehingga ia bisa kembali menegakkan peraturan di sekolahnya.
"Kamu diapain lagi selama aku nggak ada?" Jeno meraih tangan Yujin, menuntunnya untuk bangun.
Yujin berusaha menetralkan napas nya yang terasa sesak, ia hanya menjawab pertanyaan Jeno dengan gelengan lemah.
"Yaudah, kalo mau cerita, cerita ke aku atau Yuna ya, Dek. Jangan dipendem sendiri, nggak baik," final Jeno kemudian menarik pelan tangan Yujin untuk meninggalkan kantin.
Urusan makanan yang jatuh, biar ia yang mengurusnya nanti. Ia bisa menyuruh petugas sekolah untuk membersihkan.
Jeno yang merasa tangannya ditahan, ia menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan, melihat Yujin yang menggeleng keras.
"Nggak mau lewat situ," lirih Yujin. Ia sempat melihat komplotan Hyunjin dan teman-temannya berada di dekat koridor yang hendak dilewati Jeno.
Jika mereka menempuh jalan itu, maka bisa dipastikan bahwa akan ada pertengkaran seperti sebulan yang lalu. Dan Yujin tidak mau itu, terlebih itu akibat dirinya.
"Yaudah, mau lewat mana?"
"YUJIN!"
Yujin dan Jeno melihat Yuna yang sedang lari menghampiri mereka.
"Astaga Yujin, udah gue bilang berapa kali sih?! Lo pasti diem aja kan?!!" Emosi Yuna meledak-ledak melihat Yujin kembali menjadi korban bully.
Ia hampir menangis melihat keadaan temannya setiap hari, seakan kebahagiaan enggan menghampiri nya barang sedetik pun.
Sebagai seorang sahabat, tentu Yuna merasa gagal. Ia merasa gagal melindungi temannya sendiri.
"Jangan gitu, dia masih shock," tegur Jeno.
"Aku ke kelas, ya? Kamu sama Yuna gapapa kan?" Tanya Jeno kepada Yujin yang dibalas anggukan.
Kemudian ia meninggalkan mereka berdua setelah membisikkan sesuatu kepada Yuna lalu menepuk pundaknya pelan.
"Astaga Yujin gue harus ngomong berapa kali?" Yuna bicara dengan nada yang menurun. Jeno benar, dilihat dari kondisi Yujin, pembullyan yang dilakukan pasti bukan fisik, melainkan batin.
Sejujurnya, Yuna tidak habis pikir dengan tingkah kakak kelasnya tersebut. Meski baru 2 minggu ia bersekolah disini, ia dengan cepat menangkap keadaan yang lumrah terjadi.
"Maaf," lirih Yujin.
Yuna menggeleng pelan. "Kenapa minta maaf?"
Yujin terdiam, namun mulutnya masih menggumamkan isakan kecil. Isakan yang pilu, menandakan bahwa semua yang ia terima selama ini sudah melewati batasnya.
Yuna menarik pelan tangan Yujin, mengajak untuk pergi dari sana.
"Kalau emang nggak kuat, ya bunuh diri aja, sih. Lebay banget pake acara nangis bombay segala," celetuk siswi yang tidak sengaja mereka lewati.
Plak!
Brugh!
Yuna berbalik, melepaskan genggamannya pada Yujin. Beralih untuk menampar siswi tersebut, kemudian menendangnya hingga terjatuh.
"Jangan cari gara-gara sama sahabat gue, sialan," desis Yuna tajam.
Seluruh siswa-siswi yang menyaksikan kejadian tersebut terdiam, tidak menyangka bahwa Yuna yang selama ini mereka kenal, berani bermain fisik.
"Apa?! Mau bilang gue berani main fisik?! Sini gue bully dulu lo pada! Belom tentu kalau kalian di posisi Yujin, kalian bisa bertahan! Kalo punya otak dipake! Jangan buat ngebully doang!"
"Cih, cuma ditampar sama dorong aja nangis, lemah," sindir Yuna setelah melihat keadaan siswi tadi yang ia dorong masih terduduk di lantai sembari menangis.
"Kalo lo mau bully Yujin, hadapin gue dulu. Jangan andelin mulut sampah kalian doang." Yuna segera menarik lengan Yujin dengan kasar, membuat Yujin agak tersentak karena kejadian barusan.
Sungguh, ia tidak menyangka bahwa Yuna akan bersikap seperti itu hanya untuk membela dirinya.
"Oh, mana yang bilang harus hadepin dia dulu? Yakin mau ngelawan gue yang notabenenya brandalan?"
Langkah Yuna terhenti, lagi. Ia hanya melirik remeh laki-laki yang bicara barusan.
"Brandalan? Bukannya banci?" Yuna tersenyum miring, kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kelasnya, tentu dengan Yujin disampingnya.
Ia tidak akan membiarkan Yujin sendiri lagi. Tidak akan.
Sementara, laki-laki yang bicara tadi menahan emosinya. Tangannya mengepal serta wajahnya yang berangsur berwarna merah.
"Mentang mentang anak pejabat, lo kira bisa berkuasa gitu? Cih," geram Hyunjin tidak suka.
(tbc)
New cast ; Lee Jeno
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]
FanfictionDia, Ahn Yujin, gadis yang menunggu kebahagiaan datang pada dirinya. Ia percaya, bahwa sebenarnya kebahagiaan sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Yujin percaya, bahwa Hwang Hyunjin lah yang akan memberi nya kebahagiaan suatu saat nanti. dialog non...