❬ ❛ 13. About Him ❜ ❭

620 106 12
                                    

Seungmin, Han, Yuna dan Jiheon menghabiskan waktu sore di kamar rawat Yujin. Mereka mengobrol, terkadang melayangkan candaan satu sama lain.

Yujin senang, ia menjadi tahu bahwa beberapa orang masih mempunyai empati kepadanya.

"Eh pulang yuk? Udah jam setengah enam nih," ujar Yuna sehabis melihat jam dinding. Seungmin dan Han ikut mengecek jamnya, benar, sudah menunjukkan pukul 17.30.

"Yaudah, ayo balik, Han," ajak Seungmin pada Han.

Han membereskan isi tas sekolahnya yang berantakan di lantai rumah sakit. Entah bagaimana isi tasnya bisa berserakan seperti itu. Sepeti—buff!

Tidak, bercanda. Han memang banyak tingkah, tidak heran jika ia seperti ini setiap saat.

"Jin, gue sama Han balik ya? Kalo ada waktu nanti gue kesini lagi," ujar Seungmin berusaha menghibur Yujin.

"Nggak usah repot-repot, kalian doain aku aja itu udah cukup," balas Yujin tersenyum manis.

"Iya, gue ajakin temen yang lain juga kalo kesini lagi," ucap Seungmin lagi.

"Heh lama banget lo masukin barang doang," sindir Seungmin menatap Han tajam.

Han yang merasa tersindir berbalik menatap Seungmin tajam. "Ya sabar, barang gue kan mahal semua, kalo rusak gimana? Lo mau ganti?"

Seungmin mendengus malas kemudian memutuskan untuk menunggu di luar.

"Kalian nggak pulang?" tanya Yujin kepada Yuna dan Jiheon yang masih sibuk berkutat dengan ponselnya.

"Abis ini kok, nunggu dijemput dulu," ucap Jiheon.

"Gue duluan ya," pamit Han pada ketiga perempuan tersebut dibalas dengan anggukan singkat. Sekarang hanya tinggal mereka bertiga kamar rawat tersebut.

"Kamu?" tanya Yujin pada Yuna.

"Gue nginep sini ya, Jin?" celetuk Yuna tiba-tiba.

Jiheon dan Yuna terlihat kaget, besok bukan akhir pekan maupun hari libur lainnya, bukankah Yuna harus bersiap ke sekolah besok?

"Kan besok sekolah," peringat Yujin.

Yuna mengangguk. "Iya tau, gue bosen dirumah, mama sama papa lagi nginep ke Busan, gue ditinggal," jelasnya.

"Kamu ditinggal gara-gara mau kesini?" tanya Yujin merasa tidak enak.

"Nggak, gue yang males ikut," ujarnya.

Setelah itu keadaan senyap, hanya terdengar suara dari ponsel Yuna yang menyetel lagu-lagu jazz.

"Aku duluan Jin, Yun," pamit Jiheon tiba-tiba kemudian menyambar tas nya dan segera keluar dari kamar rawat tersebut. Supirnya sudah datang, dan ia harus buru-buru karena ditunggu keluarganya di rumah.

"Jin sebenernya lo capek nggak sih diperlakuin nggak adil?" celetuk Yuna setelah Jiheon menghilang dari pandangannya.

Yujin terdiam, tidak tahu ingin menjawab apa. "Capek, Yun. Kadang aku suka mikir apa mendingan aku pergi aja, tapi ada hal yang bikin aku bertahan," lirih Yujin setelah diam beberapa saat. Netranya menatap kosong ke depan, mengisyaratkan putus asa.

"Apa?"

"Kak Hyunjin," jawab Yujin singkat.

"Dia lagi, dia lagi. Sebenernya lo kenapa sih, Jin? Kayaknya lo ngelindungin dia banget," ujar Yuna yang lama kelamaan kesal dengan sikap Yujin. Dia itu baik, namun kebaikannya dimanfaatkan oleh orang lain. Itu yang membuat Yuna naik darah.

"Nggak tau kenapa, tapi ... aku ngerasa kalau dia yang bakal ngasih aku sebuah kebahagiaan. Entah kapan, tapi aku yakin itu."

+++

"Bosen gue," celetuk Hyunjin.

Laki-laki berbadan tinggi itu sedang berada di rooftop sekolah dengan Felix. Entah, ia hanya ingin berada disini. Menikmati sepoi-sepoi angin yang berembus tenang.

Felix yang mendengar itu menjawab, "ga ada bahan bully?" tebaknya sembari asik bertukar pesan dengan pacarnya.

Hyunjin tidak menjawab, pikirannya justru melayang pada kejadian 4 hari yang lalu, saat ia meninggalkan Yujin sendirian di rooftop ini.

Hyunjin berpikir, mungkin saja Yujin hanya berpura-pura untuk mendapat belas kasihan. Namun melihat ia tidak masuk belakangan ini, membuatnya yakin bahwa Yujin benar-benar sakit.

Hyunjin menggelengkan kepalanya, merasa aneh karena tiba-tiba ia memikirkan bahan bully-annya itu.

"Shuhua gimana? Aman?" tanya Hyunjin setelah menyudahi pikiran konyolnya.

"Maksud lo?" tanya Felix yang tak mengerti.

"Ya gimana hubungan lo sama dia? Kalo udah putus kan dia bisa gue gebet," sahut Hyunjin santai kemudian duduk di sofa seberang Felix.

Felix mendengus kasar. "Jangan bilang lo mau nikung gue?"

Hyunjin terkekeh, "Gue cuma nanya, lagipula gue masih ada Yeji."

Hwang Yeji, orang yang sedang dijadikan Hyunjin sebagai target selanjutnya. Belum resmi menjadi seorang kekasih, namun mereka berdua sudah melakukan skinship selayaknya pasangan.

Kalian mengira Hyunjin anak baik? Haha, jauhkan pikiran itu dari pikiran kalian. Perilaku Hyunjin tidak jauh dari anak yang terlantar. Sering mempermainkan perasaan perempuan, maupun pergi ke club setiap minggu.

Jangan salahkan Hyunjin sepenuhnya. Itu semua berasal dari lingkungan disekitarnya dan faktor keluarga. Papa Hyunjin sudah bercerai dengan mamanya. Hak asuh Hyunjin pun jatuh ke mama Hyunjin, sedangkan papa Hyunjin sendiri, mengingat Hyunjin adalah anak tunggal.

Meskipun begitu, papa Hyunjin selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan anak semata wayangnya itu dan mentransfer uang setiap bulannya.

Hyunjin benci? Tidak. Ia hanya kecewa, kedua orang tua nya memilih mempertahankan egonya masing-masing tanpa memperdulikan dirinya yang masih membutuhkan bimbingan orang tua, menyebabkan sikapnya menjadi seperti sekarang.

Hwang Hyunjin yang dulu, adalah anak yang penurut. Ia juga menjadi murid terpintar di kelasnya. Sejak memasuki tingkat terakhir, sifatnya mulai berubah.

Menjadi kasar, dan suka menindas hak orang lain. Contohnya seperti Yujin.

Hyunjin tidak peduli, ia hanya perlu melampiaskan rasa kecewanya yang besar. Namun dengan cara yang salah.

Orang tuanya tentu tidak mengetahui perilaku nya selama ini. Hyunjin selalu menutupinya dengan rapi, seakan semua berjalan seperti biasa. Seakan Hyunjin yang mereka lihat masih Hwang Hyunjin yang polos dan lembut.

Teman-temannya juga berbeda, mereka masih memiliki orang tua yang lengkap membuat Hyunjin merasa iri pada waktu tertentu.

Sikap dingin nya selama ini, ia gunakan sebagai topeng penutup kelemahannya. Mama nya yang gila kerja membuatnya kurang mendapat perhatian seperti anak remaja lainnya.

Well, Hyunjin terkadang bersyukur mengingat papanya bisa memberikannya lebih banyak perhatian ketimbang mamanya sendiri.

Hyunjin lebih membutuhkan kasih sayang ketimbang materi dunia. Semua harta itu tidak berguna jika ia memiliki tekanan batin, seperti saat ini.

"Hyunjin," panggil Felix.

Hyunjin menoleh, menemukan raut wajah Felix yangㅡ

Terkejut, mungkin?

"Apa?" tanya Hyunjin tidak sabar melihat Felix hanya melihatnya dengan tatapan intens.

"Lo udah pernah 'itu' sama Ryujin?"

Shin Ryujin, mainan-nya sebelum Hwang Yeji.

"Nggak lah, gila ya lo? Gue pacarin anak orang juga masih kira-kira kali." cibir Hyunjin.

"Tapi Ryujin bilang ... dia hamil anak lo, Jin."

(tbc)

Hwang, I Trust You | Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang