Bab 7

286 120 22
                                    

Lagi, pagi ini Angel menemukan sebatang cokelat lagi di laci mejanya, juga disertai dengan sticky note berwarna biru muda yang bertuliskan:

Jangan lupa tersenyum Angel

Kali ini si pengirim dengan jelas menyebutkan namanya. Jadi memang benar cokelat ini memang untuknya. Tapi, kira-kira siapa orang yang memberinya cokelat secara diam-diam ini. Apakah salah satu murid di kelas ini? Atau justru dari kelas lain? Tapi tidak mungkin. Angel bukan gadis populer, kalaupun ada murid dari kelas lain yang mengenalnya itupun karena ia anak baru. Tiba-tiba Aldo datang dan langsung mengambil cokelatnya.

"Buat gue ya?" tanya Aldo menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda Angel.

Angel gelagapan dibuatnya. Ia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin Angel bilang kalau itu dari penggemar rahasianya. Kalau Aldo nggak percaya yang ada nanti Angel dibilang kegeeran lagi, kan Angel malu. Cukup ia dan Elsa saja yang tau.

"Bukan kok," jawab Angel sambil merebut cokelatnya.

"Yaelah gue cuma bercanda kali, segitunya banget," ujar Aldo yang terheran dengan sikap Angel.

"Maaf, tadi gue belum sarapan jadi cokelat ini mau gue makan untuk ganjel perut," gumam Angel dengan gugup. Semoga saja Aldo tidak curiga dengan alasannya.

"Oh ya udah kalau gitu makan aja, lagian nggak baik membiarkan perut dalam keadaan kosong," seru Aldo. "Selain itu makan cokelat saat sarapan pagi bisa membuat aliran darah menuju otak meningkat dengan signifikan loh," lanjutnya.

Angel membuka bungkus cokelat lalu memakan cokelatnya sembari mendengarkan Aldo berbicara.

"Hal itu ternyata akan membuat otak dipenuhi dengan nutrisi dan oksigen sehingga bisa membuat organ ini bekerja dengan maksimal," jeda sejenak.

"Aktivitas saraf yang ada di dalam otak juga akan semakin membaik sehingga ketajaman otakpun akan meningkat hingga 30 persen," pungkas Aldo mengakhiri penjelasannya.

"Waw, Aldo hebat," seru Angel seraya bertepuk tangan.

"Mau?" Angel menyodorkan cokelat yang tinggal setengah ke hadapan Aldo.

"Nggak, lo habisin aja. Kan cokelatnya buat lo," jawab Aldo sembari tersenyum kecil.

Angel heran, darimana Aldo tau kalau cokelat ini untuknya? Apa jangan-jangan cokelat ini dari Aldo?
"Maksudnya?"

"Iya buat lo yang lagi kelaperan." Aldo tertawa kencang. "Lagian mana tega gue minta cokelat lo yang tinggal setengah itu, sedangkan lo makannya rakus banget, benar-benar kayak tujuh hari nggak dikasih makan," lanjut Aldo di sela-sela tawanya.

"Ih Aldo rese', mending lo balik ke bangku lo aja sana," usir Angel.

Tunggu. Jadi itu artinya bukan Aldo orangnya. Atau Aldo hanya tidak ingin Angel mengetahuinya? Entahlah Angel pusing dibuatnya. Sekarang lebih baik Angel mengikuti alurnya saja. Sambil berdoa agar segera dipertemukan dengan secret admirernya.

"Ok, gue balik sekarang. Tapi, lo jangan kangen ya." Aldo mengedipkan matanya ke arah Angel sebelum kembali duduk di bangkunya.

Angel mencoba menghiraukan perkataan Aldo yang mampu membuatnya deg-degan, mengambil bungkus cokelat yang tergeletak di atas meja lalu menaruhnya di dalam tas. Ia akan membuangnya nanti saat jam istirahat. Angel terlalu mager, apalagi harus melewati bangku Aldo yang sekarang terlihat masih cengengesan menatapnya.

****

Kenzo dan kedua temannya sedang duduk di depan kelasnya. Mereka sedang menikmati suasana tenang sebelum memulai pelajaran.

This Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang