"Kenapa Ayah diam saja?"
Seokjin tersentak pelan ketika ia dengar suara manis nan kecil milik Jungkook berbisik tepat di telinganya. Balitanya memiringkan kepala tanda kebingungan dengan tingkah ayahnya yang aneh.
"Biasanya Ayah suka ajak nyanyi kalau mandi, Ayah suka cerita juga tapi Ayah diam terus dari Jungkook bangun" lanjut balitanya berbisik di telinga Seokjin.
Dada Seokjin terasa berat seketika itu juga. Semalam ia memang bertengkar dengan Taehyung. Namun, Seokjin itu sangat mengenal Taehyung. Suaminya tak pernah sekalipun marah berlarut.
Seokjin tak menyadarinya. Setiap hari ia memang tak pernah bertukar kalimat dengan suaminya itu. Jadi, ketika Taehyung berubah diam. Mana Seokjin bisa menyadarinya.
"Mungkin Ayah sedang banyak pikiran?" jawab Seokjin berbisik pada telinga kecil milik Jungkook.
Sesekali Seokjin melirik ke arah sosok Taehyung yang kini duduk diam di ujung bangku halte bus. Biasanya Taehyung memang diam saja menunggu bus putih bernomor lima itu.
Tak Seokjin sangka jika Taehyung tetap berwatak sependek itu. Suaminya itu bahkan terlihat kesal di hadapan si kecil karena pertengkaran mereka semalam? Sungguh kekanakan sekali.
"Ayah berpikir apa?" tanya Jungkook sambil memiringkan kepalanya bingung.
Seokjin berkedik pelan. "Tidak tahu, coba Jungkook yang tanya pada Ayah"
Jungkook mengerucutkan bibirnya. "Nanti kalau Ayah marah ke Jungkook?"
"Memang Jungkook pernah dimarahi Ayah?" tanya balik Seokjin.
Sedetik kemudian, balita kecil Seokjin itu memberontak turun dari pangkuannya lalu melangkahkan kedua kaki kecilnya ke arah sang ayah yang diam menatap jalanan utama tempat bus akan datang.
"Ayah!" panggil Jungkook pelan sambil menarik tali ransel Taehyung.
Yang dipanggil membuyarkan lamunan kemudian mengalihkan atensi menuju buah hatinya yang kini menatap heran.
"Ayah marah?" tanya Jungkook tanpa meninggalkan khas lucu dari dirinya.
Taehyung menatap datar pada putranya yang masih berusia empat tahun itu. Ia mengangkat tubuh gempal dari balita yang mengenakan seragam sekolahnya berwarna putih corak biru itu ke dalam gendongannya.
"Ayah kelihatan marah?" tanya Taehyung lalu mengecup pelan pipi Jungkook.
Jungkook mengangguk kecil dengan rasa ragu sebagai jawaban. "Ayah diam terus, Jungkook takut Ayah marah"
"Kalau diam itu memangnya marah?"
Jungkook mengangguk. "Kalau marah, Jungkook diam saja"
Taehyung merapatkan tubuh gempal Jungkook ke dalam gendongannya. Ia menghirup dalam aroma bayi yang masih terus menguar dari tubuh si kecil.
"Marah" jawab Taehyung "Tapi sedikit"
Wajah gembil yang lucu itu memerah seketika mendengar jawaban sang ayah. "Ayah, maaf kalau Jungkook nakal"
Taehyung mengusap pelan kepala balita kecilnya yang mengenakan topi bulat itu dengan begitu sayang.
"Ayah tidak marah sama Jungkook" ucapnya lembut "Ayah cuma khawatir"
○
○
○
○
○
"Kau sudah siap, bukan?"
Seokjin hanya mengangguk kecil atas pertanyaan dari Tuan Sunkyun. Bahkan sekalipun ia tak siap, tetap saja hari ini Seokjin harus bertemu dengan anggota tim pengembang dari kantor pusat yang akan menilai software garapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Fanfictionada beberapa pilihan warna, merah berarti kekaguman, kuning berarti kekecewaan, dan merah bercorak putih berarti penolakan. NamJin AU! with TaeJin