"Selamat, janin Anda sekarang sudah menginjak usia sepuluh minggu"
○
○
○
○
○
Flat milik Seokjin tidak terlalu besar. Memuat dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapurnya yang menjadi satu dengan ruang makan berisikan satu meja empat kursi, ruang tamu, dan bahkan memuat ruang keluarga. Lalu ditambah dengan balkon untuk menjemur pakaian dan meletakkan beberapa tanaman kesukaan.
Sebaris balkon pada tempat tinggal miliknya terpasang rapi pot persegi panjang yang ditumbuhi oleh bunga sejenis dengan warnanya bermacam. Kuning, merah, putih. Bunganya telah mekar dengan kelopak-kelopak yang menyerupai susunan kertas.
Cekatan tangan Seokjin menjepit dan menggantung pakaian-pakaian milik anggota keluarganya pada jemuran yang ada di balkon rumahnya. Walau tinggal bertiga, cucian pakaian setiap harinya hanya satu ember saja.
Dalam hening mengurus pekerjaan rumah, telinga Seokjin menangkap suara jerit dan tangis yang cukup histeris dari dalam rumah kecilnya. Sontak saja menjatuhkan pakaian setengah basah itu kembali ke dalam ember, Seokjin melangkah masuk.
Pintu yang dicat putih dengan stiker ruang angkasa yang begitu menarik, Seokjin menarik kenopnya. Membuka cepat pintu kamar itu dan bergegas menghampiri sosok kecil dengan dua pipi berlemak yang terduduk sambil menangis memeluk bantal guling kecil berwarna biru miliknya.
Perlahan Seokjin menarik guling itu dari pelukan si kecil agar terlepas lalu mengangkat tubuh gempal bayinya ke dalam gendongan. Menggoyangkan pelan tubuh mirip buntalan itu ke kiri dan kanan untuk menenangkan.
Satu tangan milik Seokjin mengusap dengan lembut punggung kecil bayi itu yang tangisannya kini mulai reda. Hanya terdengar isakan pelan. Bisa Seokjin rasakan, tangan kecil penuh lemak bayinya meremat kuat lengan pakaian miliknya.
"Jungkook mimpi buruk?"
Bertanya dengan pelan dan lembut, Seokjin menggenggam tangan kecil Jungkook untuk membuat tangisan bayinya mereda. Membuat bayinya ceria kembali di pagi akhir pekan ini.
"Oh, sudah bangun?"
Jungkook menoleh bersama dengan kepala Seokjin yang mendongak. Pria bertubuh tinggi nan gagah berisi itu tengah terkekeh pelan memerhatikan bayi dalam gendongan Seokjin yang masih tampak lemas sebangun tidur.
"Ayah buatkan susu ya?" tawarnya.
Seokjin membenarkan posisi duduk bayi kecilnya. Pada kenyataannya, si Jungkook kecil tak lagi bisa disebut bayi. Hanya saja putra satu-satunya yang baru berusia empat tahun itu masih tampak lucu menggemaskan.
Bergerak pelan tangan Seokjin untuk mengusap lembut perut Jungkook. Perut kecil Jungkook pasti kelaparan.
Begitu suaminya datang membawa dot berisi susu, bergeserlah Seokjin ke sisi lain sofa untuk membiarkan suaminya duduk di sisi sebelah.
Tak bisa menahan senyuman ketika tangan Jungkook meraih dot miliknya dan mulai menghisap susu hangat di dalam botol susu miliknya. Warnanya biru dengan bintik-bintik putih. Pergi bulan lalu ke toko untuk memilih dot itu bersama-sama.
"Habis" gumam Jungkook pelan lalu menyerahkan botol susunya pada sang ayah yang tengah mengusap lembut helaian rambut di kepalanya.
"Anak pintar! Anak siapa?"
"Ayah!" jawab balita gembul itu mulai tertawa riang.
Taehyung mengambil alih balitanya dari pangkuan Seokjin kemudian ia angkat tinggi tubuh itu hingga suara pekikan Jungkook terdengar keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Fanficada beberapa pilihan warna, merah berarti kekaguman, kuning berarti kekecewaan, dan merah bercorak putih berarti penolakan. NamJin AU! with TaeJin