"Seokjin!"
Seokjin menoleh ke belakang dan langsung mendapati Taehyung yang berdiri dengan tatapan polos padanya. Taehyung yang berusia satu tahun lebih muda darinya itu mengerjapkan mata menatap Seokjin dan menggenggam erat mainan di tangannya.
"Jangan ke kamarnya Namjoon" ucap Taehyung kemudian.
Seokjin memiringkan kepala tak paham. "Kenapa? Namjoon tidak diajak bermain bola di luar?"
Taehyung menggeleng cepat. Ia menatap cemas Seokjin. Menahan suara di setiap langkah kakinya dan dengan segera pergi menarik Seokjin menjauh dari pintu kamar milik kakaknya. Berlarian berdua dengan tangan yang tertaut menuju ke halaman.
"Seokjin jangan main sama Namjoon!"
"Kenapa?". Seokjin bertanya tak paham.
Taehyung kecil menggeleng pelan menatap Seokjin tajam, menakuti anak yang dibawa ibunya tinggal di rumah mereka itu.
"Namjoon jahat" desis Taehyung "Namjoon suka marah teriak-teriak terus pukul-pukul. Nanti Seokjin dipukul Namjoon"
Seokjin kecil menatap tak percaya pada si adik yang berwajah begitu serius dan juga panik menceritakan bagaimana kebenaran tentang kakaknya pada Seokjin.
"Pokoknya jangan mau sama Namjoon ya?" tegas Taehyung "Namjoon seperti monster"
○
○
○
○
○
Gorden kuning keemasan menjadi senada dengan sinar matahari yang menyeruak ke dalam ruang bernuansa putih itu. Namjoon sempat membuka jendela sehingga udara pagi yang segar memenuhi ruangan rawat Seokjin. Semilir angin yang masuk seolah tengah menghibur Namjoon yang sempat terbawa suasana pilu masa lalunya.
Pikirannya berantakan. Ada terlalu banyak beban yang perlu ia pikul. Otaknya tidak mau beristirahat sejenak. Walau Namjoon akhirnya tertidur di sofa karena tubuhnya sudah ada di batas kelelahan maksimal.
Seokjin menangis histeris ketika Namjoon mengatakan jika suami dan juga anaknya mengalami kecelakaan. Namjoon cukup kewalahan dan memilih untuk memanggil perawat guna menangani Seokjin. Mereda dengan bantuan obat, Seokjin lantas tidur terlelap hingga pagi datang, ia masih sibuk menyelami alam mimpinya.
Mata Namjoon kini pasti sudah menghitam seperti panda. Namun, tak ada niatan sama sekali untuk meninggalkan Seokjin. Sosok yang amat dicintainya itu tampak begitu tenang tertidur. Namjoon menggenggam satu tangan Seokjin dan sesekali menciumi punggung tangan adik iparnya itu.
Seokjin selalu seperti ini. Dia selalu tampak begitu cantik di mata Namjoon. Menawan dan memikat hati Namjoon. Bibir gemuk yang biasa Namjoon lumat itu kini pucat. Mata bengkak dan wajah berkulit putih susunya itu pucat seolah tak bernyawa.
Namjoon menghela napas. Bangkit dari posisi duduknya lantas membubuhkan satu ciuman di dahi Seokjin. Seokjinnya. Ia yang memiliki Seokjin. Namjoon mungkin bisa mengontrol diri untuk sekarang tetapi tidak dengan keinginannya pada Seokjin.
Namjoon kehilangan banyak hal di masa lalu dan kali ini Namjoon hanya ingin Kim Seokjin seorang. Sudah cukup baginya.
"Yo, Namjoon!"
Mendengar namanya disebut, Namjoon lalu menoleh ke arah pintu masuk kamar rawat inap milik Seokjin. Dilihatnya sosok pengacara muda yang merupakan teman sejak masa sekolahnya mengintip dari celah kecil pintu yang dibuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Fanfictionada beberapa pilihan warna, merah berarti kekaguman, kuning berarti kekecewaan, dan merah bercorak putih berarti penolakan. NamJin AU! with TaeJin