ME, YOU, & FOOTBALL [Tamat] || REVISI

9.DIA?😳

Setelah Witan menjauh dari rumah, aku segera masuk dan merebahkan diri di kamar. Tak lama ada yang mengetuk pintu kamarku.

"De" panggilnya.

"Hm" jawabku.

"Bang Yama boleh masuk?" Ucap bang Hansamu.

"Hem" kataku.

Bang Hansamu masuk dan duduk di sebelahku.

"Coba cerita sama abang. Ada apa?"

"Ga"

"Gausah boong"

"Tanya aja sono sama bang Rafly"

"De"

"Uda ah bang, Rara ga mood"

"Rian?"

"Bukan. Lebih dalam dari Rian"

"Indra?"

"Kejadian 3 tahun lalu"

"Ha?!. Kenapa? Dia dateng lagi?"

"Katanya bang Rafly sii gitu. Tadi juga Rara ngliat dia di taman depan"

"Ngapain dia balik lagi! Kalau suatu saat dia dateng lagi, bilang sama abang"

"Iya bang"

"Yaudah sekarang mandi gih, habis itu makan"

"Iya bang"

Aku kemudian mandi dan segera melahap makanan yang ada di meja makan.

"Ra" panggil seseorang.

"Hm" jawabku.

"Maafin abang. Abang ga bermaksud buat membuka kenangan itu lagi"

Aku diam sambil tetap melahap makanan.

"Ra, apa salahnya sii dengerin penjelasan dia dulu. Abang yakin ada hal penting yang harus Rara tau"

Aku masih saja diam. Tak menjawab sepatah katapun.

"Kalo Rara terus terusan menghindar, gimana Rara bisa tau kejelasannya. Semuanya harus diakhiri jika mau memulai yang baru Ra" tambah bang Rafly.

"Heh bang! Lu ngomong gini sadar gak si? Harusnya Rara yang abang bela, bukan dia! Abang juga ga ngerti kan gimana perjuangan Rara buat nglupain ini? Abang ngerti gak?" Marahku.

"Bayangin bang. Rara sakit parah, hampir mati bang. Disaat seperti itu dia malah pergi tanpa kejelasan. Gimana bang rasanya, gimana?" Bentakku.

"Iya Ra, iya. Abang tau. Makanya itu Rara perlu penjelasan, biar semuanya ga salah paham Ra. Dia dateng baik baik dan harus berakhir baik baik. Ngga kek gini caranya" bantah bang Rafly.

"Rafly!" Teriak seseorang dari belakang.

"Biarin yang berlalu itu udah. Rara juga butuh ada yang ngertiin perasaannya. Lo juga ga bisa maksa" ujar bang Hansamu.