4.PISAH😓

224 20 3
                                    

"Bang, kita bakal pulang ke rumah?" Tanyaku pada bang Rafly.

"Masi kamu tanya?" Jawab bang Rafly balik bertanya.

Aku hanya terdiam. Tak biasanya bag Rafly semarah ini sampai sampai berantem fisik sama kak icky. Sesayang inikah bang Rafly denganku? Tuhan, terimakasih telah kau ciptakan bang Rafly di kehidupan Rara. Rara sangat bersyukur punya bang Rafly.

Sampailah kami di sebuah rumah yang sudah tidak asing lagi buatku. Ya, ini rumahku. Bukannya tadi bang Rafly bilang ngga akan pulang ke rumah ini?

"De, sekarang kamu turun. Ambil koper kamu dan kemasin barang barang yang penting. Nanti kita pindah ke Bandung." Titah bang Rafly.

Aku terkejut dengan pernyataan bang Rafly yang akan mengajakku pindah dari Semarang. Jujur, sangat sulit aku meninggalkan Semarang karna banyak orang orang yang sangat berarti bagiku.

"Pindah?! Kok ga tanya dulu sama Rara?" Tanyaku pada bang Rafly.

"Iya. Nanti malam kita pindah dari sini. Masalah sekolah tenang aja, bang Rafly udah urus itu" kata bang Rafly seraya mengajakku untuk masuk ke dalam rumah.

"Bang, Rara mau bicara sebentar" kataku pada bang Rafly dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.

"Ngomong apa de?" Tanya bang Rafly.

"Apa kita harus pindah sekarang juga? Kenapa ngga lusa?" Tanyaku pada bang Rafly.

"De, dengerin abang. Kita harus pindah dari sini hari ini juga. Mumpung suasana sudah sedikit kondusif, kita harus manfaatin itu. Kalau lusa keburu bang Hansamu pulang, malah lebih repot lagi" jelas bang Rafly panjang lebar.

"Ada memori de?" Tanya bang Rafly seakan mengerti apa yang sedang ada di pikiranku saat ini.

"Banyak bang. Rara uda terlanjur nyaman. Atau kita pindahnya ke Kendal aja bang? Biar Rara bisa tetep sekolah" bujukku.

Bang Rafly hanya tertawa getir, lalu mendekatkan tubuhnya ke arahku lalu mengecup keningku sekilas.

"Bang Rafly bisa ngeraisain apa yang Rara rasain. Tapi ini demi kebaikan kita. Rara ga mau kan kalau keluarga kita berantakan? Maka dari itu, kita harus ngalah dan pergi dari sini" ucap bang Rafly.

"Tapi kan bang, kenangan itu ga akan pernah bisa diulang lagi" rengekku pada bang Rafly.

"Sini coba cerita sama abang. Kenangan apa yang indah itu? Sama Rian kah?" Tanya bang Rafly sambil tersenyum sinis.

"Ish abang mah gitu, bahas Rian terus. Orang sekarang Rara sama Rian uda ga ada apa apa kok" kesalku pada bang Rafly.

"Eh bang, itu lukanya dibersihin dulu. Ntar infeksi" kataku sambil mencari kotak P3K.

"kenangan apa si dek? Sampe kamu gamau pindah dari sini" tanya bang Rafly.

"Banyak kenangan bang" jawabku sambil membasahi kapas dengan alkohol, lalu menempelkannya ke luka bang rafly.

"Apalagi kalo suruh pindah sekolah, Rara udah nyaman sama temen temen Rara yang sekarang. Susah bang nemuin temen yang bisa sehobi sama Rara. Kan hobi Rara juga jarang ada yang suka. Kalau Rara pindah pasti bakalan kangen sama geng ribut. Mereka tuh yang paling ngertiin Rara" curhatku pada bang Rafly.

"Geng ribut? Siapa tuh. Eh btw udah ada yang gantiin Rian nih dihati Rara" ucap bag Rafly sambil tersenyum sinis.

"Ih apaan sih bang. Rara sama Rian tuh udah ga ada apa apa. Lagian juga ga ada kali, orang yang bisa gantiin Rian di hidup Rara" kataku sambil berpura pura kesal.

"Uhhh marah nih ceritanya" bujuk bang Rafly sambil mencubit pipiku gemas.

"Ih bang Rafly mah ya. Rara mau kesel ga bisa kan ah" ucapku sambil memeluk bang Rafly.

ME, YOU, & FOOTBALL [Tamat] || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang