Aku kemudian mengalihkan pandanganku ke Rian.
"Rian" panggillku pelan.
"Iya kenapa Ra?"
"Kata milea, Rara rindu"
"Kata dilan, Rian gaboleh rindu. Rindu itu berat. Biar Rian aja"
"Ciee Dilan Mileaa" timbrung bang Hansamu.
"Apaan sii bang" kataku kesal.
Aku mengalihkan lagi pandanganku ke tempat lain, terlihat ada Ernando di sana.
"Nando disini juga?" Kataku.
"Iya. Katanya khawatir" potong Rian.
"Gimana keadaan lo? Udah enakan?" Jawab Ernando.
"I'm Strong!" Ucapku sok kuat.
"Lo lucu kalo kalo ketawa"
"Udah dari dulu kali"
"Ah, nyesel gue muji. Akhirnya kepedean ni anak"
"Tapi bener sii apa yang dibiliang sama Rara, kalo rara tuh lucu" timpal bang Hansamu.
"Tuhkan bener" ucapku bangga.
"Iya deh iya, Rara ku yang manis, yang lucu, yang cantik, yang pinter, yang sok tegar, yang direbutin banyak orang" sindir Nando.
"Ihh Nandonya Rara bikin Rara klepek klepek dah ahh" kataku imut.
"Aaa jijiqque" timpal bang Hansamu.
"Daffa, balik yuk" ajak kakak Daffa.
"Bentaran. Gue masih mau disini sama Bee" tolak Daffa.
"Yaudah tapi duduk. Ntar kondisi lo down lagi" titah kak Sherlly.
"Tapi ntar gue gabisa liat muka Bee" bantah Daffa.
"Daf, aku gapapa. Mending kamu balik aja ke kamar kamu. Takutnya kalo nanti kamu malah kenapa napa" suruhku.
"Tapi Bee"
"Udah. Tenang aja. Lagian kan disini juga ada bang Hansamu, Rian, sama Ernando"
"Bee..."
"Daf! Please sekali ini aja dengerin aku. Ini juga demi kebaikan kamu"
"Ayo dek" ajak kakaknya kemudian.
Daffa hanya bisa pasrah dengan kakaknya yang kini membawa dia kembali ke ruang perawatannya.
Ernando yang sedari tadi tampak biasa biasa saja, kini berubah menjadi seperti orang yang khawatir.
Bang Hansamu yang melihat gelagat aneh dari Ernando itu pun merangkulnya dan mengajak Ernando untuk keluar dari ruang perawatan.
Kini di dalam ruangan hanya menyisakan aku dan Rian. Tak ada perbincangan apa pun. Rian hanya menatapku lekat lekat. Rian seakan menelisik apa yang tersimpan di relung mataku yang terdalam. Dia sepertinya sudah mengetahui sedikit informasi yang membuatku tak pernah menceritakan cerita yang pernah ada antara aku dan Daffa.
Hingga perlahan, aku menutup mata. Menggagalkan usaha Rian untuk mengetahui apa yang tersimpan di masa lalu.
Mataku memang tertutup, tapi mata batinku masih bisa melihat. Rian terus saja menatap wajahku sambil membelai halus rambutku.
Suara pintu dibuka membuatku kembali membuka mata. Kulihat pintu, tapi tak ada orang. Aku dan Rian kemudian saling tatap. Tak tau apa yang terjadi barusan.
"Rara denger?" Tanya Rian.
"Denger"
"Siapa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU, & FOOTBALL [Tamat] || REVISI
Fiksi PenggemarRank stories : #1 persija #2 persebaya #2 rachmatirianto ------------------------------------ "Kita memang dekat. Kita memang pernah ada rasa. Tapi bukan berarti sekarang kita bisa kembali lagi di titik dimana kita dulu pernah ada" ...