"Bagaimana para saksi? Sah?" Ucap penghulu.
"Sahhhh" ucap semua orang yang ada di dalam masjid besar. Tanpa terasa, air mata pun menetes ke pipi. Aku langsung menyekanya. Takut takut kalau ada yang melihat.
"Bang Rafly bakal ada buat Rara" ucap bang Rafly tiba tiba. Aku mengerutkan kening. Mencoba mencerna apa yang diucapkan bang Rafly.
"Abang yakin Rara tau alesannya" sambung bang Rafly penuh teka teki. Kak icky yang sudah selesai dengan acara akadnya pun menghampiriku. Memeluk dan mencium keningku.
Tuhan, jangan kau hilangkan lagi malaikatku. Aku membutuhkannya. Aku sangat menyayanginya.
"Kak icky tau, sedikit banyak Rara pasti merasa kehilangan sosok lama di hidup Rara. Tapi kak icky janji, kak icky ngga akan kaya bang Yama yang seakan lupa sama kita" kata kak icky lirih saat mendekapku.
"Jangan pernah janjiin apapun sama Rara. Karna Rara yakin, kepastian hari ini akan berubah esok hari" air mataku mulai menetes. Aku benar benar merasa kehilangan saat ini.
"Kak icky bakal usaha buat Rara bahagia. Rara masih punya hak atas kak icky. Jadi jangan pernah sekali pun Rara berpikiran kalo Rara itu kesepian. Rara masih punya kak icky sama bang Rafly" lanjutnya pelan. Kini dekapannya mulai terlepas. Mungkin ini adalah awal dari hidup kesendirianku. Karna setelah ini, kak icky akan di tinggal di Semarang, bang Rafly di Jakarta, dan bang Zamu di Surabaya.
"De, sini liat kakak" pinta kak icky mengarahkan pandanganku ke mukanya.
"Kak icky sayang banget sama Rara. Rara itu titipan tuhan yang harus kita jaga. Jadi kalo Rara butuh sesuatu, bilang aja. Kalo Rara kesepian dateng aja. Kalo ngga ke abang abang Rara, terus sama siapa? Inget de, kita ini udah kaya sendal yang ngga akan kepakai kalau salah satunya hilang atau rusak" ujar kak icky lembut. Air mata tak henti hentinya menetes, bahkan make up ku pun kini telah luntur akibat air mata yang berlebihan.
"Gini aja deh, gimana kalo selama libur pra musim ini Rara ikut bang Rafly aja di Jakarta. Jadi ngga terlalu kesepian ntar" usul bang Rafly. Aku hanya menggeleng pelan. Tak setuju dengan saran bang Rafly yang mengajakku untuk tinggal bersamanya di Jakarta.
"Rara mau di Bandung. Rara bisa sendiri kok. Lagian juga nanti bakal ngrepotin" tolakku halus.
"De, harus berapa kali bang Rafly bilang kalo Rara itu bukan beban. Rara itu kaya penyemangat buat abang. Rara itu malaikat abang"
"Rara tau bang. Tapi Rara juga sadar diri. Rara tau kapan Rara harus bersama dan kapan Rara harus meninggalkan. Rara tau abang pasti juga mau ada quality time sama pacar abang. Rara ga mau ganggu itu"
"Yaudah, ikut kak icky aja ya? Lagian juga disini ada Witan, Dewa, Egy, sama temen temen Rara yang lain" timpal kak icky.
"Ngga kak. Rara ngga mau. Kalau bang Rafly yang baru pacaran aja udah Rara kasih waktu, apalagi kak icky yang baru aja berkeluarga. Rara mau belajar mandiri. Rara bukan anak kecil lagi. Bahkan sekarang pun Rara udah ngga penting lagi" bang Hansamu yang tadinya ada di depan masjid sekarang sudah mendatangiku bersama sang istri.
"Ric, bang Yama ga bisa lama lama. Harus cepet balik ke Surabaya. Jadi sekarang abang mau ke rumah temen abang dulu, cari tiket" ucapnya datar. Ia sama sekali tak memperhatikan keadaanku saat ini. Padahal bang Hansamu dulu pernah berkata bahwa-. Ah ya sudahlah aku sedang tak ingin memikirkan ini. Ini adalah hari bahagia dan harusnya aku tersenyum. Bang Rafly kemudian beranjak dari tempat duduknya. Menghampiri bang Hansamu yang berdiri tanpa dosa dan menariknya ke tempat sepi di luar masjid.
Aku dan kak icky segera membuntuti dua kakakku yang keluar dari masjid.
Plak!
Tamparan keras melayang ke pipi bang Hansamu. Bang Hansamu pun kembali menampar bang Rafly yang keliatan sudah benr benar emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU, & FOOTBALL [Tamat] || REVISI
FanficRank stories : #1 persija #2 persebaya #2 rachmatirianto ------------------------------------ "Kita memang dekat. Kita memang pernah ada rasa. Tapi bukan berarti sekarang kita bisa kembali lagi di titik dimana kita dulu pernah ada" ...