20.KAPTEN MARRIED👰

124 9 1
                                    

Tak terasa sudah 2 bulan papah dan mamah meninggalkan keluarga kecil ini. Semenjak papah dan mamah pergi aku tinggal bersama bang Hansamu di Bandung. Sedangkan bang Rafly malah mengontrak rumah kecil di Jakarta agar mempermudah pekerjaannya.

"Assalamualaikum de" kata seseorang yang baru masuk ke dalam rumah.

"Iya bang, Waalaikumsalam" jawabku menghampiri bang Hansamu di ruang tamu. Mataku terbelalak melihat ada seorang wanita cantik berjilbab yang duduk di sofa ruang tamu bergandengan dengan bang Hansamu.

"Eh de, ini kenalin Zerlinda Gitta" kata bang Hansamu memperkenalkan wanita yang ada disampingnya.

"Hey, Zerlinda. Panggil aja Ze, atau Linda juga boleh" sahut wanita itu menodongkan tangannya untuk kujabat.

"Eh, ah iya aku Rara" ucapku sambil menjabat tangannya.

Aku lalu berjalan kembali ke dalam rumah, memainkan ponselku. Tiba tiba saja perasaanku akan kehilangan, kembali lagi menghantui otakku. Untuk mengalihkan pikiranku akan hal hal itu, aku lalu membuka aplikasi instagram men-scroll beranda. Aku lalu mendapati postingan bang Rafly sedang berfoto bersama seorang perempuan yang aku tafsir itu adalah pacarnya bang Rafly.

Rasa takut kehilangan kembali menyelimuti pikiranku. Sekarang ketiga kakakku sudah mempunyai wanita idaman masing masing. Akankah suatu saat nanti aku akan terlupakan? Semoga saja tidak! Ah ya sudahlah. Aku tak perlu memikirkan ini terlalu dalam. Kakak kakakku tak akan mungkin membiarkan adiknya kesepian.

"Dor!" Teriak seseorang mengangetkanku, sampai sampai ponsel yang tadinya ada ditangan pun sekarang sudah hilang jatuh entah kemana.

"Lo mah ya ngagetin mulu. Kalo tadi gue punya penyakit jantung gimana? Kalo hape gue sampe rusak gimana?" Cerocosku memarahi Indra yang baru saja datang.

"Pacar gue galak amat sii. Serem tau" ucap Indra sambil bergidik ngeri.

"Au ah serah" kesalku sambil mencari ponsel yang entah dimana.

"Nyari apa sii yank?" Tanya Indra saat melihatku masih mencari cari ponsel. Aku lalu mentapnya tajam.

"Eh, jangan panggil gue dengan sebutan tadi ya! Panggil aja Rara. Gue lebih suka dipanggil itu" kataku memperingatkan Indra. Sedangkan Indra hanya cengengesan, menampilkan sederet gigi putihnya.

"Senyum mulu, Rara leleh nih" candaku pada Indra.

"Jelasss... Indra kan manis" kata Indra menyombongkan diri.

"Alah udah gausa ngayal. Bantu kek nyariin hp" pintaku kembali mengobrak abrik ruang tengah untuk mencari ponsel. Akhirnya ponsel itu pun kutemukan di kolong sofa dengan keadaan pojok kanannya retak.

"Ahhh tu kan retakk.... mana belum dibeliin tempered glass lagi. Jadi pecahnya langsung ke layarr" gerutuku kesal pada Indra.

"Siapa suruh nglempar hape" kata Indra mengelak.

"Yeee, siapa suruh ngagetin. Ganti rugi!" Ucapku tak mau kalah.

"Ngga ngga ngga" tolak Indra.

"Pokoknya ganti rugi" kesalku sambil memukuli Indra.

"Yang nglempar siapa, yang suruh ganti rugi siapa" gerutu Indra pelan tapi masih terdengar olehku.

Aku lalu duduk di kursi, berpura pura kesal dan cuek dengan keadaan sekitar. Indra kemudian menghampiriku, mengelus pucuk kepalaku dengan senyum manisnya.

"Bener nii mau marah?" Goda Indra sambil mencubit pipiku gemas. Rona wajah seakan tak bisa diajak kompromi, Indra langsung tertawa melihat mukaku yang sudah seperti kepiting rebus.

ME, YOU, & FOOTBALL [Tamat] || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang