Taehyung menghentikan langkahnya yang sedikit tertatih menuju kamar begitu mendengar suara familiar. Senyumnya terbentuk simpul mendapati pria paruh baya yang tengah berkutik dengan ponselnya terduduk manis di sofa.
"Abeoji?"
Seseorang yang merasa dipanggil itu mendongkak lantas kembali bergulat dengan kesibukkannya kembali. "Oh sudah pulang?"
Taehyung mengangguk, menghampiri ayahnya. "Tumben pulang cepat?"
"Sementara, sebentar lagi Abeoji akan pergi menemui klien." Pria yang merupakan salah satu pemilik perusahaan terbesar itu berucap tanpa mengalihkan pandangan pada ponselnya.
Mendapati jawaban itu, Taehyung ber-oh ria sedikit memendam kekecewaan. "Emm, aku ingin membicarakan sesuatu." Ia kembali membuka suara, berniat memberi tahu apa yang terjadi padanya hari ini.
"Ya? Bicara saja."
"Itu...tadi-"
"Presdir Kim?"
Ucapan Taehyung terpotong begitu suara sekretaris Jang menyeruak memanggil ayahnya dari sudut ruangan.
"Ada apa?"
"Waktunya pergi. Saya diberitahu klien sudah berangkat 10 menit yang lalu."
"Oh, baiklah." Kim Do memasukkan ponselnya kedalam kantong celana. Beranjak pergi sebelum tangannya ditahan oleh Taehyung.
"Abeoji, ada yang ingin aku bicarakan."
Kim Do melepaskan tangan anaknya sembari menghembuskan nafas pelan. "Kita bicarakan di lain waktu."
Taehyung menatap kepergian Ayahnya, mengangguk pelan berusaha mengerti. Menutupi kekecewaan yang melintasi diri. Ketika pintu utama rumahnya tertutup begitu Ayahnya keluar. Untuk kesekian kalinya, Taehyung sendiri lagi. Sudah sering, nanti juga terbiasa.
________
"Lo gapapa kan?!"
Taehyung meringsut mendengar pekikkan sahabatnya dari seberang panggilan yang memekakkan telinga.
"Jawab Tae!"
"Iya, gue gapapa. Jangan berlebihan deh."
"Syukurlah. Gue khawatir tau ga?! Gue pikir lo mati karena ga angkat telepon terus mayat lo dikubur sama Jungkook."
Taehyung terkekeh mendengar penuturan tak masuk akal dari Jimin. "Ponsel gue mati. Lagian lo bukannya nyari gue."
"Tadinya! Sebelum negara api menyerang."
"Hah?"
"Iya, sebelum Jungkook dateng ngerebut ponsel lo dan lari."
"Tapi gue ga percaya deh kalau yang tadi itu beneran Jungkook? Secara dia beneran bolos dan lari begitu gue bilang lo ga balik ke arena awal balap. Yang gue tau selama ini, bukannya seharusnya dia udah ngelaporin kita ke kepsek?"
Taehyung tersenyum tipis mendengar perkataan sahabatnya. "Dia..lari?"
"Iya, mukanya juga kelihatan panik banget. Kesambet kali ya?"
"Mungkin?"
"Oh ya, motor lo ada sama gue. Kata orang bengkel masih bisa diperbaikin. Baru bisa diambil 3 hari lagi."
"Beneran? Untung deh. Jadi gue ga harus beralasan apa-apa ke Aboeji."
"Iya, yaudah Tae gue tutup ya?"
"Iya Jim."
Taehyung menghempaskan dirinya ke kasur hijau muda setelah memastikan panggilan sahabatnya telah terputus. Menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi lampu. Mengangkat tangan mengusak surainya sendiri pelan, mengingat kejadian beberapa jam lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Part (KookV) || END
FantasyJeon Jungkook adalah siswa berandal yang hampir ditakuti seluruh siswa Seoul. Hingga keadaan berbalik setelah insiden itu. Tiba-tiba dia menjadi Ketua Osis yang paling disegani dan dihormati. Bertemu dengan Kim Taehyung, berandal yang sangat menyuk...